Episode 13 { Kata-kata terlarang yang membuat nyawa bisa melayang }

"Iya, iya, aku sudah... sadar. Ayah... kumohon... hentikan sekarang. Kepalaku pusing." Ucap Zen yang sudah sadar. Kemudian dia langsung terkapar karena terlalu pusing.

Buak, "Ah, kepalaku! Kenapa kau memukul kepalaku? Memangnya apa salahku padamu." Ucap Kaisar Zeiland dengan mengusap kepalanya karena kesakitan.

"Kau memang tidak melakukan apapun padaku, tau. Tapi kau telah membuat putraku terkapar!" Sahut istrinya yang sedang membantu Zen untuk berdiri kembali.

"Dia juga putraku. Jadi aku berhak melakukan apapun padanya." Ucap Kaisar Zeiland.

Kemudian istrinya menendangnya, duak, "ah, kakiku! Kenapa kau menyiksaku seperti ini sih. Sebenarnya kau itu istriku atau musuhku. Haah! Kenapa nasibku harus begini." Ucap Kaisar Zeiland.

Lalu Raja brengsek menepuk-nepuk pundak kaisar Zeiland dan seraya berkata, "Aku turut berdukacita dengan yang kau rasakan. Karena aku juga merasakan yang kau rasakan. Kenapa kita harus dapat istri seperti mereka berdua! Dunia ini memang tidak adil."

Setelah mendengar kata-kata yang diucapkan oleh Raja brengsek tersebut, Ratu Fiona dan istrinya kemudian tersenyum mengerikan ke arahnya. Lalu mengeroyok Raja brengsek tanpa ampun.

Duak... buak... plak.... "Hei, hei, hentikan sekarang juga. Ma-maafkan aku oke. Ratu Fiona kumohon ampuni aku dan sayang, a-aku hanya bercanda, jangan masukkan ke dalam hati. Jadi kumohon hentikan." Ucap Raja brengsek yang kesakitan setelah dikeroyok mereka berdua.

"Ratu Fiona, tolong tarik rambut pria brengsek ini dan buat dia tidak bisa bergerak sedikitpun! Dan setelah itu biarkan saya yang mengurusnya." Ucap istri dari Raja brengsek dengan tatapan mata yang mengerikan ke arah Raja brengsek.

"Baiklah, aku akan melakukan seperti yang kau katakan." Sahut ratu Fiona, kemudian dia melakukan seperti yang diperintahkan oleh istrinya Raja brengsek.

"Ah, rambutku! Ma-maafkan aku yang mulia Ratu. Hei Zeiland, kenapa kau hanya diam! Dan Daniel juga Leonel kenapa kalian tidak menenangkan amarah ibu kalian!" Ucap Raja brengsek terhadap Kaisar Zeiland dan juga kedua anaknya.

"Ah, aku tidak ingin ikut campur. Oh ya Fiona, kalau perlu sekalian penggal lidah orang itu. Dah raja brengsek, aku ingin mengantarkan Zen ke kamarnya dulu." Sahut Kaisar Zeiland yang sedang menggendong Zen untuk mengantarkannya ke kamarnya dan kemudian dia pergi dengan melambaikan tangannya ke arah Raja brengsek.

"Kalau kami, tidak ingin dapat masalah yah, karena jika membantumu hanya akan membuat kami dalam masalah." Ucap kedua anaknya secara bersamaan.

"Oke yang mulia Ratu, sekarang giliran saya yang menyiksa orang ini!" Ucap istrinya.

"Oke, ku serahkan kepadamu, karena aku ingin menemui Zen untuk memastikan kalau dia sudah siuman atau belum?" Sahut ratu Fiona yang kemudian pergi.

Setelah Ratu Fiona pergi, istri Raja brengsek langsung melakukan serangan ke Raja brengsek dengan menginjak ******** Raja brengsek. Seketika saja Raja brengsek langsung tidak sadarkan diri setelah *********** diinjak oleh istrinya.

"Daniel dan juga Leonel!, seret ayahmu ke kereta kuda. Kita akan pulang sekarang!" Ucap istri raja brengsek.

"Baiklah bu. Hilda jalan dengan ibu ya, Kakak ingin menyeret ayah dulu." Ucap Daniel kepada adiknya itu.

Kemudian mereka berdua menyeret ayahnya sampai ke kereta kuda dan mereka mengangkat Raja brengsek untuk membuatnya masuk ke kereta kuda tersebut. Setelah semuanya masuk ke dalam kereta kuda tersebut, mereka pun pergi kembali ke kerajaan Leopold Nesia.

Di kamarnya Zen....

"Zen, kumohon bangun. Jika kau tidak bangun, maka tamat sudah riwayat hidupku. Zen, Zen, Zen!" Ucap Kaisar Zeiland yang mencoba membuat Zen sadar.

"I-iya, aku sudah bangun. Memangnya kenapa ayah ketakutan seperti itu kalau aku tidak bangun?" Tanya Zen sesudah dia sadar.

"Ah, bukan apa-apa." Sahut ayahnya.

Lalu pelayan yang membantu kaisar Zeiland untuk membuat Zen sadar berkata, "yang mulia kaisar, yang mulia Ratu sedang menuju kamar Zen."

"Sudahlah, sekarang sudah aman karena Zen sudah sadar. Oh iya, apa kau tau bagaimana jadinya Raja brengsek itu setelah dikeroyok mereka berdua?" Tanya kaisar Zeiland kepada pelayan tadi.

"Ah, beliau sudah kembali ke kerajaannya. Maaf yang mulia cuma itu yang saya tau, kalau mengenai bagaimana jadinya beliau setelah dikeroyok yang mulia Ratu dan istrinya saya tidak tahu." Jawab pelayan tersebut.

Lalu Zen bertanya kepada ayahnya, "apa yang dilakukan oleh Raja brengsek itu sampai ibu dan istrinya mengeroyok dirinya?"

"Ah, kau tau dia menghina istrinya dan juga ibumu. Dan dia beserta keluarganya sudah kembali ke kerajaannya." Jawab Kaisar Zeiland.

"Kalau dia menghina ibu, kenapa ayah tidak marah?" Tanya Zen lagi.

"Haah... kau ini banyak tanya. Bagaimana aku bisa marah kalau ibumu sendiri sudah menghajarnya tanpa ampun." Sahutnya.

"Jadi mulai besok, kau harus meluangkan waktumu untuk berlatih! Karena jika kau tidak berlatih, aliran energi kekuatanmu itu akan menggumpal dan sewaktu-waktu akan meledak. Setelah itu kau tidak akan bisa mengendalikan dirimu lagi dan kau hanya akan membuat orang disekitarmu terluka." Ucap Kaisar Zeiland yang sedang memperingatkan Zen.

"Baiklah yah. Oh, iya yah, aku ingin menanyakan sesuatu." Ucap Zen.

"Tanyakan saja, memangnya apa yang ingin kau tanyakan?" Sahut ayahnya.

"Apa aku bisa loncat kelas ke kelas akhir? Aku sudah muak dengan pembelajaran yang mereka ajarkan! Yang mereka ajarkan itu sudah ku pelajari." Ucapnya kepada ayahnya.

"Apa kamu serius Zen! Kamu masih sehari sekolah, masa bilang muak?" Sahut ibunya yang tiba-tiba muncul di sebelah kanan ayahnya.

"Sejak kapan kau ada disini?" Tanya Kaisar Zeiland dengan tatapan mata yang tidak menginginkan kehadiran istrinya itu.

"Memangnya kenapa, kalau aku ada disini! Aku tidak punya urusan denganmu, jadi jangan hiraukan diriku karena aku kesini ingin melihat apakah Zen baik-baik saja." Sahut istrinya.

Lalu Ratu Fiona bertanya sekali lagi kepada Zen, "apa kamu serius mengenai loncat kelas itu Zen?"

"Iya, aku serius. Memangnya tidak bisa yah?" Tanya Zen kepada ayahnya.

"Bisa sih, tapi...." Sahut ayahnya.

"Tapi apa?" Ucap Zen

Lalu Kaisar Zeiland menjawab pertanyaan darinya, " tapi kau harus mengikuti tes. Jika kau ingin langsung ke kelas akhir maka tes itu akan sulit karena para Profesor akan membuat soal yang mencakup pembelajaran dari kelas satu sampai ke kelas dua. Karena sekolah pendidikan itu hanya selama tiga tahun dan kelasnya mulai kelas satu sampai tiga. Jadi jika kau ingin ke kelas tiga maka tes mu itu akan mencakup pelajaran yang diajarkan di dua kelas itu. Mengerti Zen."

"Iya, aku mengerti. Jadi aku tinggal mengikuti tes saja kan?" Tanya Zen kepada ayahnya.

"Jadi kamu beneran ingin loncat kelas Zen?" Tanya ibunya kepada Zen.

"Iya bu, aku ingin loncat kelas." Sahut Zen dengan ekspresi kesal.

"Baiklah, jika itu yang kau inginkan. Aku akan mengatakannya kepada Profesor Alex, jadi kau harus pergi sekolah bersamaku dan ibumu tidak akan ikut bersama kita karena hanya akan membuat keributan." Ucap kaisar Zeiland.

"Apa yang kau katakan tadi Zeiland! Kau yang membuat keributan, bukan aku!" Sahut ibunya dengan mata melotot.

"Lihat sendiri kan Zen, jika aku dan ibumu pergi bersamamu maka akan terjadi pertengkaran seperti ini. Jadi... karena itulah diantara kami harus ada yang tidak ikut. Karena ibumu sudah mendapatkan jatah mengantarkanmu tadi pagi ke sekolah maka sekarang giliranku, apa kau paham Zen." Ucap Kaisar Zeiland.

"Iya aku paham, jadi kali ini ayah yang akan ikut ya bu." Ucap Zen kepada ibunya sambil tersenyum untuk membuat ibunya tidak marah.

"Baiklah, kali ini aku akan mengalah tapi bukan mengalah denganmu Zeiland tapi dengan Zen!" Sahut ibunya.

"Iya, iya. Aku tau kok, karena kau tidak akan pernah mengalah denganku meskipun dunia ini akan hancur." Ucap Kaisar Zeiland kepada istrinya dengan tatapan mata yang kesal pada istrinya.

Hari pun berlalu hari itu dan pagi hari pun tiba....

"Oke Zen, apakah kau sudah siap untuk ke sekolah hari ini?" Tanya ayahnya kepada Zen saat berada di depan kuda yang berada diluar kerajaan.

"Aku sudah siap dari tadi! Kapan kita akan pergi dan kenapa kereta kudanya belum datang? Apa jangan-jangan kita akan menunggangi kuda ini?" Sahut Zen.

"Ya, kita memang akan menunggangi kuda tersebut jadi ayah akan mengangkatmu sekarang." Ucap Kaisar Zeiland yang kemudian mengangkat Zen ke atas kuda itu.

Kemudian setelah Zen menaiki kuda tersebut dia pun naik juga ke kuda tersebut dan berkata kepada Zen, "pegangan yang erat Zen karena jika kau jatuh, aku yang akan disiksa oleh ibumu."

"Iya." Sahut Zen.

Setelah itu mereka pun pergi ke sekolahan Zen....

^^^Bersambung....^^^

Episodes
1 Prolog
2 episode 1{ Kehebohan yang dibuat oleh bocah berumur satu tahun }
3 episode 2 { Jalan-jalan ke taman yang hangus terbakar dan tamu tak diundang }
4 Episode 3 { Kepanikan semua orang setelah mendengar suara ledakan }
5 Episode 4 { Pertengkaran antara kaisar dan raja yang disebabkan oleh Zen }
6 Episode 5 { Ulang tahun kedua Zen }
7 Episode 6 { Hadiah ulang tahun Zen }
8 Episode 7 { Menentukan pilihan, antara sekolah atau tidak }
9 Episode 8 { Persiapan hari pertama sekolah }
10 Episode 9{ Hari pertama sekolah bagi bocah berumur tiga tahun }
11 Episode 10 { Jawaban dari pertanyaan menjebak dan kekesalan Kaisar Zeiland }
12 Episode 11 { Kenakalan yang berujung apes }
13 Episode 12 { Kemunculan kekuatan baru }
14 Episode 13 { Kata-kata terlarang yang membuat nyawa bisa melayang }
15 Episode 14 { Keinginan bocah untuk loncat ke kelas akhir }
16 Episode 15 { Pendingin ruangan tanpa memerlukan kristal mana}
17 Episode 16 { Hadiah ulang tahun yang tidak akan pernah dilupakan }
18 Episode 17 { Pertemuan dengan roh yang penuh misteri }
19 Episode 18 { Cerita pertemuan Kaisar Note dengan Putri Lecia }
20 Episode 19 { Kenyataan pahit yang harus dilalui oleh bocah berumur enam tahun }
21 Episode 20 { Semangat yang membara untuk balas dendam }
22 Episode 21 { Percakapan tuan agung dengan seseorang di dalam bola kristal }
23 Episode 22 { Latihan pertama Zen }
24 Episode 23 { Terpesona karena otot perutnya bocah yang masih berumur enam tahun}
25 Episode 24 { Cerita asal-usul dari sebuah kutukan}
26 Episode 25 { Latihan tahap kedua Zen }
27 Episode 26 { Julukan Kaisar Diamond }
28 Episode 27 { Jalan-jalan mengelilingi kota }
29 Episode 28 { Perpisahan Zen dengan rakyat kota dan orang-orang disekitarnya }
30 Episode 29 { Pertemuan pertama dengan Putri Irene Evelina William Frencesco }
31 Episode 30 { Perkenalan Zen dengan Putri Irene Evelina William Frencesco }
32 Episode 31{ Alasan Zen terlihat bodoh saat berada di kekaisaran Diamond }
33 Episode 32 { Duel dengan Kaito }
34 Episode 33 { Amukan Zen yang hampir membuat Kaito tewas ditempat }
35 Episode 34 { bunuh diri? }
36 Episode 35 { Mata-mata }
37 Episode 36 { Memperlihatkan wajah aslinya }
38 Episode 37 { Duel dengan Pangeran Incelote }
39 Episode 38 { Penyesalan yang tidak berguna }
40 Episode 39 { Pembagian Tim }
41 Episode 40 { Zen hanya sampah dimata kebanyakan orang }
42 Episode 41 { Makan-makan }
43 Episode 42 { Di kejar anjing }
44 Episode 43 { Keanehan di Dangeon yang belum pernah terjadi }
45 Episode 44 { Pertarungan dengan monster }
46 Episode 45 { Hampir tiada }
47 Episode 46 { Di jenguk }
48 Episode 47 { Janji }
49 Episode 48 { Mengukur level kekuatan }
50 Episode 49 { Pertarungan Melawan Murid Yang Lemah Seperti Hama }
51 Episode 50 { Roti basi }
52 Episode 51 { Zen berubah menjadi anak kecil karena kalung Demoid }
53 Episode 52 { Perebutan hak mengasuh }
54 Episode 53 { Menjadi seorang bayi itu ternyata membosankan }
55 Episode 54 { Penculikan berujung maut }
56 Episode 55 { Kehancuran keluarga viscount}
57 Episode 56 { Rahasia Zen tentang jadi dirinya terbongkar }
58 Episode 57 { Pertunjukan yang menguras tenaga }
59 Episode 58 { Menyelesaikan misi }
60 Episode 59 { Menyelesaikan misi part dua }
61 Episode 60 { Hutan Terlarang }
62 Episode 61 { Kata-kata yang bikin kesabaran habis }
63 Episode 62 { Penjelasan }
64 Episode 63 { Masih cerita kehidupan Zen yang terdahulu }
65 Episode 64 { Kekerasan dan kebengisan Zen }
66 Episode 65 { Kembali ke cerita perkelahian Zen dengan Hilda }
Episodes

Updated 66 Episodes

1
Prolog
2
episode 1{ Kehebohan yang dibuat oleh bocah berumur satu tahun }
3
episode 2 { Jalan-jalan ke taman yang hangus terbakar dan tamu tak diundang }
4
Episode 3 { Kepanikan semua orang setelah mendengar suara ledakan }
5
Episode 4 { Pertengkaran antara kaisar dan raja yang disebabkan oleh Zen }
6
Episode 5 { Ulang tahun kedua Zen }
7
Episode 6 { Hadiah ulang tahun Zen }
8
Episode 7 { Menentukan pilihan, antara sekolah atau tidak }
9
Episode 8 { Persiapan hari pertama sekolah }
10
Episode 9{ Hari pertama sekolah bagi bocah berumur tiga tahun }
11
Episode 10 { Jawaban dari pertanyaan menjebak dan kekesalan Kaisar Zeiland }
12
Episode 11 { Kenakalan yang berujung apes }
13
Episode 12 { Kemunculan kekuatan baru }
14
Episode 13 { Kata-kata terlarang yang membuat nyawa bisa melayang }
15
Episode 14 { Keinginan bocah untuk loncat ke kelas akhir }
16
Episode 15 { Pendingin ruangan tanpa memerlukan kristal mana}
17
Episode 16 { Hadiah ulang tahun yang tidak akan pernah dilupakan }
18
Episode 17 { Pertemuan dengan roh yang penuh misteri }
19
Episode 18 { Cerita pertemuan Kaisar Note dengan Putri Lecia }
20
Episode 19 { Kenyataan pahit yang harus dilalui oleh bocah berumur enam tahun }
21
Episode 20 { Semangat yang membara untuk balas dendam }
22
Episode 21 { Percakapan tuan agung dengan seseorang di dalam bola kristal }
23
Episode 22 { Latihan pertama Zen }
24
Episode 23 { Terpesona karena otot perutnya bocah yang masih berumur enam tahun}
25
Episode 24 { Cerita asal-usul dari sebuah kutukan}
26
Episode 25 { Latihan tahap kedua Zen }
27
Episode 26 { Julukan Kaisar Diamond }
28
Episode 27 { Jalan-jalan mengelilingi kota }
29
Episode 28 { Perpisahan Zen dengan rakyat kota dan orang-orang disekitarnya }
30
Episode 29 { Pertemuan pertama dengan Putri Irene Evelina William Frencesco }
31
Episode 30 { Perkenalan Zen dengan Putri Irene Evelina William Frencesco }
32
Episode 31{ Alasan Zen terlihat bodoh saat berada di kekaisaran Diamond }
33
Episode 32 { Duel dengan Kaito }
34
Episode 33 { Amukan Zen yang hampir membuat Kaito tewas ditempat }
35
Episode 34 { bunuh diri? }
36
Episode 35 { Mata-mata }
37
Episode 36 { Memperlihatkan wajah aslinya }
38
Episode 37 { Duel dengan Pangeran Incelote }
39
Episode 38 { Penyesalan yang tidak berguna }
40
Episode 39 { Pembagian Tim }
41
Episode 40 { Zen hanya sampah dimata kebanyakan orang }
42
Episode 41 { Makan-makan }
43
Episode 42 { Di kejar anjing }
44
Episode 43 { Keanehan di Dangeon yang belum pernah terjadi }
45
Episode 44 { Pertarungan dengan monster }
46
Episode 45 { Hampir tiada }
47
Episode 46 { Di jenguk }
48
Episode 47 { Janji }
49
Episode 48 { Mengukur level kekuatan }
50
Episode 49 { Pertarungan Melawan Murid Yang Lemah Seperti Hama }
51
Episode 50 { Roti basi }
52
Episode 51 { Zen berubah menjadi anak kecil karena kalung Demoid }
53
Episode 52 { Perebutan hak mengasuh }
54
Episode 53 { Menjadi seorang bayi itu ternyata membosankan }
55
Episode 54 { Penculikan berujung maut }
56
Episode 55 { Kehancuran keluarga viscount}
57
Episode 56 { Rahasia Zen tentang jadi dirinya terbongkar }
58
Episode 57 { Pertunjukan yang menguras tenaga }
59
Episode 58 { Menyelesaikan misi }
60
Episode 59 { Menyelesaikan misi part dua }
61
Episode 60 { Hutan Terlarang }
62
Episode 61 { Kata-kata yang bikin kesabaran habis }
63
Episode 62 { Penjelasan }
64
Episode 63 { Masih cerita kehidupan Zen yang terdahulu }
65
Episode 64 { Kekerasan dan kebengisan Zen }
66
Episode 65 { Kembali ke cerita perkelahian Zen dengan Hilda }

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!