Episode 14 { Keinginan bocah untuk loncat ke kelas akhir }

Sesampainya di sana....

"Tunggu sebentar, aku turun dulu baru kau turun." Ucap Kaisar Zeiland yang kemudian turun dari kuda yang dia tunggangi.

"Terserah ayah." Sahut Zen dengan ekspresi datar.

Setelah turun dari kuda tersebut dia kemudian menurunkan Zen dari kuda itu juga dan lalu mereka berdua pergi masuk kedalam sekolahan itu.

Sesampainya di sana....

Semua orang yang melihat Kaisar Zeiland dan juga Zen langsung menundukkan kepalanya dan setiap salah seorang dari mereka berpapasan mereka berkata, "semoga anda diberkati oleh sang pencipta, yang mulia Kaisar Zeiland dan yang mulia pangeran Zen.

"Apa kau tau dimana letaknya ruangan Profesor Alex Rudiart?" Tanya ayahnya kepada Zen.

"Tentu saja aku tahu!, Ikuti saja aku." Sahut Zen yang kemudian menarik tangan ayahnya dan membawanya ke ruangan Profesor Alex Rudiart.

"Nah, ini ruangannya. Sekarang tinggal ayah ketok pintu ruangan ini." Ucap Zen sesaat setelah mereka di depan pintu ruangan Profesor Alex Rudiart.

"Kenapa aku harus mengetok pintu ini, lebih baik mendobraknya!" Sahut ayahnya yang sedang membuka pintunya dengan cara mendobraknya.

Lalu Zen menatap ayahnya dengan ekspresi dingin dan dia berkata, "dengarkan aku ayah! Hanya karena kau seorang Kaisar kau melakukan apapun yang kau inginkan. Jika kau melakukan itu, kau hanya akan membuat keributan jadi kumohon kali ini saja, tetap diam dan jangan membuat ku harus mengatakan ini sekali lagi karena aku benci mengulangi kata-kataku!"

"Sejak kapan kau bisa berekspresi mengerikan begitu?" Ucap Kaisar Zeiland yang kemudian membuka pintu.

Zen hanya diam setelah melihat ayahnya yang tidak takut akan ancamannya itu. Mereka berdua pun masuk ke dalam ruangan Profesor Alex Rudiart.

Saat melihat kaisar Zeiland masuk ke ruangannya, Profesor Alex Rudiart seketika saja terkejut dan bertanya, "ada keperluan apa yang mulia menemui saya."

Sambil menggaruk kepalanya, Kaisar Zeiland berkata, "Ah, kau tau, bocah ini ingin loncat ke kelas akhir."

"Apa anda sungguh-sungguh Pangeran Zen? Bukannya anda baru satu hari sekolah kenapa anda memutuskan untuk loncat kelas?" Tanya Profesor Alex Rudiart yang kebingungan.

"Aku serius! Memangnya tidak bisa ya, Prof?" Sahut Zen.

"Bi-bisa yang mulia. Tapi jika anda ingin langsung ke kelas akhir maka tesnya akan cukup sulit. Dan jika nilai anda di bawah rata-rata maka anda tidak akan bisa loncat kelas." Ucap Profesor Alex Rudiart.

"Aku tidak peduli, kapan tes itu akan dilakukan?" Tanya Zen kepada Profesor Alex Rudiart.

"Ya, kapan tesnya akan dimulai?. Kau tau Profesor bodoh, pekerjaanku sangat banyak jadi jangan buang-buang waktu lagi." Sahut Kaisar Zeiland.

"Minggu depan yang mulia Kaisar." Sahut Profesor Alex Rudiart.

"Kenapa selama itu, tiga hari yang akan datang saja! Bisakan Prof." Ucap Zen.

"Tapi yang mulia pangeran Zen, untuk membuat tes itu diperlukan waktu satu minggu." Sahut Profesor Alex Rudiart.

"Baiklah, sudah ku putuskan! Tiga hari yang akan datang, tes itu akan dilangsungkan. Kau bisa melakukan itu kan Prof." Ucap Kaisar Zeiland yang kemudian berbisik ke telinganya Profesor Alex Rudiart, " jika kau tidak bisa melakukannya maka sekolahan ini akan ku bakar, kau mengertikan!"

"I-iya yang mulia Kaisar, saya pasti akan menyiapkannya." Sahutnya dengan pelan karena ketakutan.

"Baiklah Zen, kau bisa masuk ke kelasmu sekarang, nanti akan ada para prajurit yang akan menjemputmu." Ucap Kaisar Zeiland kepada Zen sambil mengusap kepalanya Zen.

"Baik, ayah." Sahut Zen.

"Kalau begitu, aku pergi dulu." Ucap Kaisar Zeiland kepada Zen dan kemudian dia pergi ke luar ruangan itu, lalu Zen pun pergi ke kelasnya.

Tiga hari kemudian....

Saat Zen berada di ruangan khusus untuk mengadakan tes tersebut, Profesor Alex Rudiart pun menghampirinya untuk memberikan semua lembar soal yang mana jika dijumlahkan soalnya berjumlah lima ratus soal dan soal itu bukanlah pilihan ganda melainkan soal esai. Hanya dalam waktu satu jam, Zen menyelesaikan tes tersebut. Lalu lembar jawaban semua soal itu dia berikan kepada Profesor Alex Rudiart.

"Ini, aku sudah selesai. Sekarang apa aku boleh istirahat karena ini sudah waktunya istirahat dan kau tau, koreksi jawaban itu dengan cepat karena aku sudah tidak sabar menunggu hasilnya." Ucapnya sambil memberikan lembar jawaban tersebut kepada Profesor Alex Rudiart.

"Baiklah yang mulia Pangeran Zen, anda bisa istirahat sekarang." Sahut Profesor Alex Rudiart.

Kemudian Zen pergi ke kantin untuk makan siang. Sesampainya di sana....

"Pangeran Zen, sebelah sini." Ucap salah satu teman sekelasnya yang sedang melambaikan tangannya agar Zen makan bareng dengannya beserta murid laki-laki lainnya yang semeja makan dengan dia.

"Ah, iya. Aku akan ke sana." Sahut Zen.

Pada saat dia menuju ke arah temannya yang melambaikan tangan itu beberapa murid membicarakan tentang dia yang sok jenius karena ingin loncat kelas tapi dia menghiraukan perkataan mereka itu dan tetap berjalan ke arah temannya. Lalu sesampainya dia disana, Zen pun duduk bersebelahan dengan temannya itu dan mereka semua berbicara tentang Zen yang mengikuti tes itu.

"Bagaimana tes itu Pangeran Zen, Apakah anda menjawab semua soal tersebut?" Tanya murid yang di depannya.

"Ya, aku menjawab semuanya. Memangnya kenapa?" Tanya Zen.

Murid yang di sebelahnya langsung menyemburkan air yang berada di mulutnya ke temannya yang didepannya.

"Ah, sial! Kenapa kau menyemburkan air ke wajahku!" Ucap murid yang kena semburan air itu sambil mengelap wajahnya dengan tisu yang disediakan di atas meja makan.

"Maaf, aku tidak sengaja." Sahut murid yang menyemburkan air itu.

"Memangnya apa alasanmu terkejut sampai-sampai kau menyemburkan air itu ke wajahnya?" Tanya Zen yang kebingungan melihat teman yang ada disebelahnya itu menyemburkan air ke wajah temannya yang berhadapan dengan murid itu.

"Ah, aku hanya terkejut mendengar anda menjawab semua soal tersebut. Yang saya dengar dari anggota Dewan siswa sekolahan ini.... Katanya soal tes yang diberikan pada anda itu ada lima ratus soal. Hanya dalam waktu satu jam anda sudah mengerjakannya itu kan sungguh diluar nalar." Ucap murid yang disebelahnya itu.

"Yang kau ucapkan itu benar." Sahut murid yang ada di depan Zen.

"Itu karena soal itu terlalu mud...." Ucap Zen yang terhenti karena dipanggil ketua Dewan siswa agar dia keruangan Profesor Alex Rudiart.

"Pangeran Zen! Anda dipanggil Profesor Alex Rudiart." Ucap ketua Dewan siswa.

"Ah, iya. Aku akan ke sana sekarang juga." Ucap Zen yang kemudian berdiri dari bangku makan dan pergi keruangan Profesor Alex Rudiart.

Sesampainya di sana....

"Kenapa anda memanggil saya? Apa anda sudah memutuskan bahwa saya lulus tes itu atau tidak." Tanya Zen kepada Profesor Alex Rudiart.

"Setelah mengoreksi semua jawaban anda, saya sudah menentukanya." Sahut Profesor Alex Rudiart.

"Jadi aku lulus atau tidak?" Tanyanya lagi kepada Profesor Alex Rudiart.

"Hem... semua jawaban anda itu benar bahkan jawabannya sangat akurat. Jadi saya memutuskan bahwa anda lulus dalam tes ini. Mulai besok anda akan berada dikelas tiga. Dan lokal anda dikelas tiga A, anda mengerti pangeran Zen." Sahut Profesor Alex Rudiart.

"Ya, aku mengerti." Ucap Zen.

Sesampainya dia dikediamannya....

Di tempat ruangan kerja Kaisar Zeiland, "Yang mulia kaisar pangeran Zen telah tiba!" Ucap Prajurit yang berjaga di depan pintu masuk ruangan kerjanya itu.

"Ah, iya, iya. Aku akan menemuinya sekarang!. Oh iya, Roan. Selesaikan pekerjaan ini semua, mengerti!. Jika semua ini tidak selesai, maka hari ini kau tidak akan ku bolehkan pulang ke kediamanmu." Ucap kaisar Zeiland yang kemudian pergi ke luar ruangan itu.

"Tapi yang mulia kaisar Zeiland, aku ingin menemui anak dan istriku dirumah ku! Ah, sial. Dia malah pergi sebelum mendengarkan penjelasan dariku," Sahut Perdana menteri.

Saat di ruangan tempat khusus untuk keluarga Kaisar.... Zen sedang melepaskan seragam sekolahnya lalu menggantinya dengan pakaian yang sehari-hari dan dia dibantu para pelayan untuk hal itu karena itu perintah Ratu meskipun Zen tidak mau dibantu tapi mereka tetap membantunya karena jika tidak, mereka akan dipecat.

Kemudian datanglah ayah dan ibunya menghampirinya lalu ibunya memeluknya dengan erat sambil berkata, "malaikat kecilku sudah pulang. Bagaimana tes mu tadi, apakah kamu lulus, sayang."

"Ya, aku lulus bu. Mulai besok aku Sudah ke kelas tiga." Sahutnya dengan tersenyum ke arah ibu dan ayahnya.

Lalu ayahnya mendekat ke arahnya dan mengusap kepalanya sambil berkata, "anakku ini memang sangat hebat. Ayah dan ibu sangat bangga padamu."

^^^Bersambung....^^^

Episodes
1 Prolog
2 episode 1{ Kehebohan yang dibuat oleh bocah berumur satu tahun }
3 episode 2 { Jalan-jalan ke taman yang hangus terbakar dan tamu tak diundang }
4 Episode 3 { Kepanikan semua orang setelah mendengar suara ledakan }
5 Episode 4 { Pertengkaran antara kaisar dan raja yang disebabkan oleh Zen }
6 Episode 5 { Ulang tahun kedua Zen }
7 Episode 6 { Hadiah ulang tahun Zen }
8 Episode 7 { Menentukan pilihan, antara sekolah atau tidak }
9 Episode 8 { Persiapan hari pertama sekolah }
10 Episode 9{ Hari pertama sekolah bagi bocah berumur tiga tahun }
11 Episode 10 { Jawaban dari pertanyaan menjebak dan kekesalan Kaisar Zeiland }
12 Episode 11 { Kenakalan yang berujung apes }
13 Episode 12 { Kemunculan kekuatan baru }
14 Episode 13 { Kata-kata terlarang yang membuat nyawa bisa melayang }
15 Episode 14 { Keinginan bocah untuk loncat ke kelas akhir }
16 Episode 15 { Pendingin ruangan tanpa memerlukan kristal mana}
17 Episode 16 { Hadiah ulang tahun yang tidak akan pernah dilupakan }
18 Episode 17 { Pertemuan dengan roh yang penuh misteri }
19 Episode 18 { Cerita pertemuan Kaisar Note dengan Putri Lecia }
20 Episode 19 { Kenyataan pahit yang harus dilalui oleh bocah berumur enam tahun }
21 Episode 20 { Semangat yang membara untuk balas dendam }
22 Episode 21 { Percakapan tuan agung dengan seseorang di dalam bola kristal }
23 Episode 22 { Latihan pertama Zen }
24 Episode 23 { Terpesona karena otot perutnya bocah yang masih berumur enam tahun}
25 Episode 24 { Cerita asal-usul dari sebuah kutukan}
26 Episode 25 { Latihan tahap kedua Zen }
27 Episode 26 { Julukan Kaisar Diamond }
28 Episode 27 { Jalan-jalan mengelilingi kota }
29 Episode 28 { Perpisahan Zen dengan rakyat kota dan orang-orang disekitarnya }
30 Episode 29 { Pertemuan pertama dengan Putri Irene Evelina William Frencesco }
31 Episode 30 { Perkenalan Zen dengan Putri Irene Evelina William Frencesco }
32 Episode 31{ Alasan Zen terlihat bodoh saat berada di kekaisaran Diamond }
33 Episode 32 { Duel dengan Kaito }
34 Episode 33 { Amukan Zen yang hampir membuat Kaito tewas ditempat }
35 Episode 34 { bunuh diri? }
36 Episode 35 { Mata-mata }
37 Episode 36 { Memperlihatkan wajah aslinya }
38 Episode 37 { Duel dengan Pangeran Incelote }
39 Episode 38 { Penyesalan yang tidak berguna }
40 Episode 39 { Pembagian Tim }
41 Episode 40 { Zen hanya sampah dimata kebanyakan orang }
42 Episode 41 { Makan-makan }
43 Episode 42 { Di kejar anjing }
44 Episode 43 { Keanehan di Dangeon yang belum pernah terjadi }
45 Episode 44 { Pertarungan dengan monster }
46 Episode 45 { Hampir tiada }
47 Episode 46 { Di jenguk }
48 Episode 47 { Janji }
49 Episode 48 { Mengukur level kekuatan }
50 Episode 49 { Pertarungan Melawan Murid Yang Lemah Seperti Hama }
51 Episode 50 { Roti basi }
52 Episode 51 { Zen berubah menjadi anak kecil karena kalung Demoid }
53 Episode 52 { Perebutan hak mengasuh }
54 Episode 53 { Menjadi seorang bayi itu ternyata membosankan }
55 Episode 54 { Penculikan berujung maut }
56 Episode 55 { Kehancuran keluarga viscount}
57 Episode 56 { Rahasia Zen tentang jadi dirinya terbongkar }
58 Episode 57 { Pertunjukan yang menguras tenaga }
59 Episode 58 { Menyelesaikan misi }
60 Episode 59 { Menyelesaikan misi part dua }
61 Episode 60 { Hutan Terlarang }
62 Episode 61 { Kata-kata yang bikin kesabaran habis }
63 Episode 62 { Penjelasan }
64 Episode 63 { Masih cerita kehidupan Zen yang terdahulu }
65 Episode 64 { Kekerasan dan kebengisan Zen }
66 Episode 65 { Kembali ke cerita perkelahian Zen dengan Hilda }
Episodes

Updated 66 Episodes

1
Prolog
2
episode 1{ Kehebohan yang dibuat oleh bocah berumur satu tahun }
3
episode 2 { Jalan-jalan ke taman yang hangus terbakar dan tamu tak diundang }
4
Episode 3 { Kepanikan semua orang setelah mendengar suara ledakan }
5
Episode 4 { Pertengkaran antara kaisar dan raja yang disebabkan oleh Zen }
6
Episode 5 { Ulang tahun kedua Zen }
7
Episode 6 { Hadiah ulang tahun Zen }
8
Episode 7 { Menentukan pilihan, antara sekolah atau tidak }
9
Episode 8 { Persiapan hari pertama sekolah }
10
Episode 9{ Hari pertama sekolah bagi bocah berumur tiga tahun }
11
Episode 10 { Jawaban dari pertanyaan menjebak dan kekesalan Kaisar Zeiland }
12
Episode 11 { Kenakalan yang berujung apes }
13
Episode 12 { Kemunculan kekuatan baru }
14
Episode 13 { Kata-kata terlarang yang membuat nyawa bisa melayang }
15
Episode 14 { Keinginan bocah untuk loncat ke kelas akhir }
16
Episode 15 { Pendingin ruangan tanpa memerlukan kristal mana}
17
Episode 16 { Hadiah ulang tahun yang tidak akan pernah dilupakan }
18
Episode 17 { Pertemuan dengan roh yang penuh misteri }
19
Episode 18 { Cerita pertemuan Kaisar Note dengan Putri Lecia }
20
Episode 19 { Kenyataan pahit yang harus dilalui oleh bocah berumur enam tahun }
21
Episode 20 { Semangat yang membara untuk balas dendam }
22
Episode 21 { Percakapan tuan agung dengan seseorang di dalam bola kristal }
23
Episode 22 { Latihan pertama Zen }
24
Episode 23 { Terpesona karena otot perutnya bocah yang masih berumur enam tahun}
25
Episode 24 { Cerita asal-usul dari sebuah kutukan}
26
Episode 25 { Latihan tahap kedua Zen }
27
Episode 26 { Julukan Kaisar Diamond }
28
Episode 27 { Jalan-jalan mengelilingi kota }
29
Episode 28 { Perpisahan Zen dengan rakyat kota dan orang-orang disekitarnya }
30
Episode 29 { Pertemuan pertama dengan Putri Irene Evelina William Frencesco }
31
Episode 30 { Perkenalan Zen dengan Putri Irene Evelina William Frencesco }
32
Episode 31{ Alasan Zen terlihat bodoh saat berada di kekaisaran Diamond }
33
Episode 32 { Duel dengan Kaito }
34
Episode 33 { Amukan Zen yang hampir membuat Kaito tewas ditempat }
35
Episode 34 { bunuh diri? }
36
Episode 35 { Mata-mata }
37
Episode 36 { Memperlihatkan wajah aslinya }
38
Episode 37 { Duel dengan Pangeran Incelote }
39
Episode 38 { Penyesalan yang tidak berguna }
40
Episode 39 { Pembagian Tim }
41
Episode 40 { Zen hanya sampah dimata kebanyakan orang }
42
Episode 41 { Makan-makan }
43
Episode 42 { Di kejar anjing }
44
Episode 43 { Keanehan di Dangeon yang belum pernah terjadi }
45
Episode 44 { Pertarungan dengan monster }
46
Episode 45 { Hampir tiada }
47
Episode 46 { Di jenguk }
48
Episode 47 { Janji }
49
Episode 48 { Mengukur level kekuatan }
50
Episode 49 { Pertarungan Melawan Murid Yang Lemah Seperti Hama }
51
Episode 50 { Roti basi }
52
Episode 51 { Zen berubah menjadi anak kecil karena kalung Demoid }
53
Episode 52 { Perebutan hak mengasuh }
54
Episode 53 { Menjadi seorang bayi itu ternyata membosankan }
55
Episode 54 { Penculikan berujung maut }
56
Episode 55 { Kehancuran keluarga viscount}
57
Episode 56 { Rahasia Zen tentang jadi dirinya terbongkar }
58
Episode 57 { Pertunjukan yang menguras tenaga }
59
Episode 58 { Menyelesaikan misi }
60
Episode 59 { Menyelesaikan misi part dua }
61
Episode 60 { Hutan Terlarang }
62
Episode 61 { Kata-kata yang bikin kesabaran habis }
63
Episode 62 { Penjelasan }
64
Episode 63 { Masih cerita kehidupan Zen yang terdahulu }
65
Episode 64 { Kekerasan dan kebengisan Zen }
66
Episode 65 { Kembali ke cerita perkelahian Zen dengan Hilda }

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!