Episode 3 { Kepanikan semua orang setelah mendengar suara ledakan }

Setelah cukup lama menahan tawa, akhirnya dia tidak bisa menahannya lagi.

"Bhahaha... tidak ku sangka bocah licik ini masih takut sama istrinya." Ucap Raja brengsek sambil memukul punggung Kaisar Zeiland dengan sangat keras dan tidak sampai disitu saja, kemudian dia tertawa lagi dan lagi bahkan sampai berguling guling di tanah.

"Dasar Raja brengsek, tidak akan aku ampuni dirimu!" Sahut Kaisar Zeiland.

Kemudian dia mendekat dan menarik kerah baju si Raja brengsek itu dan menggoyang goyangkan tubuhnya seperti mainan sampai Raja brengsek itu mau muntah.

"To-tolong aku," Kata si Raja brengsek dengan lemas.

"Zeiland Skywest! Lepaskan dia sekarang juga!" Kata istrinya dengan ekspresi wajah yang sangat mengerikan dan mata yang melotot.

"Aku, tidak akan melepaskannya kali ini. Hei Raja brengsek!, sepertinya malaikat maut sudah menunggumu terlalu lama, akan ku percepat kematian mu sekarang juga!" Ucap Kaisar Zeiland sambil tersenyum mengerikan karena sudah tidak sabar membunuhnya.

Sebelum dia berhasil memenggal kepala si Raja brengsek dia di hentikan dengan tendangan keras dari istrinya sampai dia terbang selama beberapa detik di atas kemudian Terjatuh.

Duak, "hwaaa, aku terbang." Kata Kaisar Zeiland saat dia terbang beberapa detik. Dan kemudian....

Gubrak, "aduh, pantatku sakit sekali." Kata Kaisar Zeiland sambil menepuk nepuk seluruh tubuhnya untuk membersihkan debu yang ada di sekujur tubuhnya.

Kemudian dia berteriak ke arah istrinya dan berkata, "kenapa kau menghentikan eksekusi mati si Raja brengsek itu, haaah!"

Lalu istrinya tersenyum ke arahnya dan berkata, "wah, wah, wah, anjing penurut ku sudah bisa melawan dan berteriak ke arahku rupanya." Setelah itu, dia pun menjewer telinga suaminya itu.

Sementara itu pasangan suami istri yang satunya lagi....

Istrinya si Raja brengsek itu tersenyum ke arah si Raja brengsek itu. Kemudian dia menitipkan Putri kecilnya yang seumuran dengan Zen ke kedua anak laki-laki kembarnya yang berumur delapan tahun. Setelah itu dia berkata, "sudah ku bilang bukan, jangan membuat Kaisar muda itu marah!"

Lalu salah satu anak laki-lakinya berkata, "Hei Leonel, sebentar lagi ayah akan dipukuli ibu seperti biasanya. Itu adalah momen yang tidak boleh terlewatkan oleh kita, benar bukan?"

Lalu kembarannya menyahut sambil menggendong adik perempuannya yang dititipkan ibunya kepada mereka berdua.

"Kau benar Daniel, itu adalah momen yang tidak boleh terlewatkan begitu saja. Sahut Leonel.

Si Kaisar dan Raja brengsek itu langsung babak belur karena di hajar oleh istri mereka masing-masing. Setelah itu mereka keruang tamu istana, dan kemudian istri mereka bercakap-cakap mengenai anak mereka yang masih kecil. Lalu istri dari Raja brengsek itu bertanya kepada ibunya Zen, "yang mulia ratu, dimana pangeran Zen?"

Sambil menggaruk-garuk kepalanya Ratu Fiona berkata, "emm, Zen berada di ruangan perpustakaan kerajaan. Dia sedang membaca buku."

"Hei Zeiland, apa istrimu sedang menghayal kalau kalian punya anak yang jenius?" Kata si Raja brengsek kepada kaisar.

Setelah itu Kaisar menjawab dengan ekspresi wajah yang kesal dan jengkel, "dengar ya Raja brengsek, yang di katakan istriku itu memang benar dan dia tidak mengada-ada perkataannya seperti dirimu!"

"Haaah... sudahlah, terserah apa mau mu, aku sama sekali tidak peduli." Ucap si Raja brengsek dengan melipat kedua tangannya.

Lalu Kaisar Zeiland mengoceh-oceh dengan suara yang pelan agar tidak kedengaran oleh istrinya.

"Dasar pria b*jing**... andaikan saja tidak ada istriku dan keluarganya disini, sudah pasti ku penggal kepalanya dan ku gantung di atas bendera kekaisaranku ini untuk memperingatkan Raja lainnya agar tidak sembarangan menghinaku!"

Beberapa menit kemudian mereka semua mendengar suara ledakkan yang arah suaranya berasal dari ruang perpustakaan kerajaan. Duarrr

"Eh, ledakan itu berasal dari mana suaranya? Apa ada penyusup disini?" Ucap si Raja brengsek kepada Kaisar Zeiland dengan wajah kebingungan.

Lalu Kaisar Zeiland berkata dengan wajah yang pucat, "su-suara itu asalnya dari ruangan perpustakaan kerajaan, dan Zen ada di sana!"

"Apa maksudmu suara ledakan itu ada di sana. Mana mungkin penyusup bisa memasuki area yang sangat ketat penjagaanya!" Sahut Ratu Fiona kepada Kaisar Zeiland.

"Aku akan pergi ke sana bersama si Raja brengsek ini untuk memastikannya, dan kalian tunggu disini saja agar tidak terjadi apa-apa," Kata Kaisar Zeiland untuk menenangkan istrinya.

"A-apa maksudmu Zeiland, kita berdua ke sana?" Ucap si Raja brengsek.

"Sudah jangan banyak bicara, kau ikut aku sekarang juga!" Kata Kaisar Zeiland dengan menarik kerah baju si Raja brengsek lalu menyeretnya keluar.

"Hei hentikan. Aku bisa berjalan sendiri tanpa harus kau seret!" Ucap si Raja brengsek.

"Oh, baiklah." Kemudian dia melepaskan tangannya dari kerah baju si Raja brengsek itu. Tapi karena posisi si Raja brengsek itu miring saat ditarik dan waktu si Kaisar Zeiland melepaskannya, dia langsung terjatuh ke bawah.

Gubrak, "aduh pantatku sakit sekali. Dasar b*jing** tidak beradab, bisa-bisanya kau menjatuhkan ku ke lantai." Ucap Raja brengsek sambil menepuk nepuk pantatnya yang kesakitan untuk mengurangi rasa sakitnya.

"Sudah ku bilang bukan, jangan banyak bicara!" Ucap Kaisar Zeiland. Lalu dia menatapnya dengan tatapan mata yang dingin dan kemudian dia menginjak-injak si Raja brengsek dengan bertubi-tubi.

Setelah itu mereka berdua meneruskan perjalanan ke arah suara ledakan tadi. Sesampainya di sana....

"Ya-yang mulia kaisar ampuni kami semua. Kami sungguh tidak tau apa apa tentang ledakan itu." Kata beberapa prajurit yang berjaga di sekitar ruangan perpustakaan kerajaan.

"Apa maksudmu haaah!" Ucap Kaisar Zeiland dengan mata yang dingin.

"Dimana anakku Zen!, bukannya sudah ku peringatkan kepada kalian, jika terjadi sesuatu pada Zen kalian semua akan ku bunuh!" Ucapnya lagi.

Glek, "habis sudah riwayat kita," Kata salah satu prajurit dengan nada suara pelan.

Setelah itu si Raja brengsek meletakkan tangannya ke pundak Kaisar Zeiland dan berkata, "tenang dulu bocah, anakmu pasti baik baik saja. Oh iya, dimana pangeran Zen sekarang, apa dia tidak apa-apa?" Tanyanya kepada para prajurit.

"Pa-padahal ledakan itu ada di dekat pangeran Zen, anehnya dia tidak terluka sama sekali. Dan dia sekarang ada di kamarnya," Ucap para prajurit kepada Kaisar Zeiland dan si Raja brengsek.

Lalu Kaisar Zeiland meletakkan tangannya ke dahinya dan berkata, "haaah... ayo kita pergi ke kamarnya Zen."

" Ah, iya, iya." Sahut si Raja brengsek.

Dan sesampainya mereka di depan pintu kamar Zen. Kaisar Zeiland langsung membanting pintu kamar dan berlari ke arah Zen.

Brak, tap tap tap, "Zen apa dia tidak apa-apa?" Tanyanya kepada para pelayan yang menjaga dan menemani Zen. Lalu salah satu pelayan berkata, "iya yang mulia, pangeran Zen baik baik saja, dan dia lagi main bersama pelayan yang lain di tempat tidurnya."

"Bawa dia kesini sekarang juga!" Ucap Kaisar Zeiland.

"Baik yang mulia Kaisar." Kemudian pelayanan itu pergi untuk membawa Zen kepada Kaisar Zeiland.

"Nah, ayo ikut saya yang mulia pangeran Zen," Kata pelayan tadi kepada Zen.

"Ita au emana?" (kita mau kemana) Kata Zen.

"Kita akan menemui ayahnya yang mulia pangeran." Sahut pelayan itu sambil tersenyum ke arah Zen.

Sesampainya mereka dihadapan Kaisar Zeiland dan si Raja brengsek itu, Kaisar Zeiland langsung menggendong Zen dan membawanya ke ruang tamu untuk menemui istrinya. Di tengah perjalanan menuju ke ruang tamu Kaisar Zeiland bertanya kepada Zen, "bagaimana caranya kamu bisa tidak terluka sama sekali?" Ucapnya dengan wajah yang kebingungan.

"Hei bocah, kau pikir dia mengerti apa yang barusan kau katakan, kau ini benar-benar tidak waras rupanya." Ucap si Raja brengsek.

"Aman, yah ku asih aras an ku ngelti pa yan arusan yah ku anyakan." (paman, ayah ku masih waras dan aku mengerti apa yang dia tanyakan) Sahut Zen.

si Raja brengsek itu langsung syok saat mendengar kata kata yang dikatakan oleh Zen yang masih berumur satu tahun itu.

"A-apa yang anak ini katakan barusan tadi, i-ini tidak mungkin. Anak yang masih berumur satu tahun bisa bicara seperti anak tiga tahun ke atas dan bahkan dia mengerti pembicaraan orang orang disekitarnya. A-apa jangan jangan yang dikatakan istrimu tadi tentang dia sedang membaca buku di perpustakaan kerajaan itu benar?" Kata si Raja brengsek dengan kebingungan.

^^^Bersambung....^^^

Episodes
1 Prolog
2 episode 1{ Kehebohan yang dibuat oleh bocah berumur satu tahun }
3 episode 2 { Jalan-jalan ke taman yang hangus terbakar dan tamu tak diundang }
4 Episode 3 { Kepanikan semua orang setelah mendengar suara ledakan }
5 Episode 4 { Pertengkaran antara kaisar dan raja yang disebabkan oleh Zen }
6 Episode 5 { Ulang tahun kedua Zen }
7 Episode 6 { Hadiah ulang tahun Zen }
8 Episode 7 { Menentukan pilihan, antara sekolah atau tidak }
9 Episode 8 { Persiapan hari pertama sekolah }
10 Episode 9{ Hari pertama sekolah bagi bocah berumur tiga tahun }
11 Episode 10 { Jawaban dari pertanyaan menjebak dan kekesalan Kaisar Zeiland }
12 Episode 11 { Kenakalan yang berujung apes }
13 Episode 12 { Kemunculan kekuatan baru }
14 Episode 13 { Kata-kata terlarang yang membuat nyawa bisa melayang }
15 Episode 14 { Keinginan bocah untuk loncat ke kelas akhir }
16 Episode 15 { Pendingin ruangan tanpa memerlukan kristal mana}
17 Episode 16 { Hadiah ulang tahun yang tidak akan pernah dilupakan }
18 Episode 17 { Pertemuan dengan roh yang penuh misteri }
19 Episode 18 { Cerita pertemuan Kaisar Note dengan Putri Lecia }
20 Episode 19 { Kenyataan pahit yang harus dilalui oleh bocah berumur enam tahun }
21 Episode 20 { Semangat yang membara untuk balas dendam }
22 Episode 21 { Percakapan tuan agung dengan seseorang di dalam bola kristal }
23 Episode 22 { Latihan pertama Zen }
24 Episode 23 { Terpesona karena otot perutnya bocah yang masih berumur enam tahun}
25 Episode 24 { Cerita asal-usul dari sebuah kutukan}
26 Episode 25 { Latihan tahap kedua Zen }
27 Episode 26 { Julukan Kaisar Diamond }
28 Episode 27 { Jalan-jalan mengelilingi kota }
29 Episode 28 { Perpisahan Zen dengan rakyat kota dan orang-orang disekitarnya }
30 Episode 29 { Pertemuan pertama dengan Putri Irene Evelina William Frencesco }
31 Episode 30 { Perkenalan Zen dengan Putri Irene Evelina William Frencesco }
32 Episode 31{ Alasan Zen terlihat bodoh saat berada di kekaisaran Diamond }
33 Episode 32 { Duel dengan Kaito }
34 Episode 33 { Amukan Zen yang hampir membuat Kaito tewas ditempat }
35 Episode 34 { bunuh diri? }
36 Episode 35 { Mata-mata }
37 Episode 36 { Memperlihatkan wajah aslinya }
38 Episode 37 { Duel dengan Pangeran Incelote }
39 Episode 38 { Penyesalan yang tidak berguna }
40 Episode 39 { Pembagian Tim }
41 Episode 40 { Zen hanya sampah dimata kebanyakan orang }
42 Episode 41 { Makan-makan }
43 Episode 42 { Di kejar anjing }
44 Episode 43 { Keanehan di Dangeon yang belum pernah terjadi }
45 Episode 44 { Pertarungan dengan monster }
46 Episode 45 { Hampir tiada }
47 Episode 46 { Di jenguk }
48 Episode 47 { Janji }
49 Episode 48 { Mengukur level kekuatan }
50 Episode 49 { Pertarungan Melawan Murid Yang Lemah Seperti Hama }
51 Episode 50 { Roti basi }
52 Episode 51 { Zen berubah menjadi anak kecil karena kalung Demoid }
53 Episode 52 { Perebutan hak mengasuh }
54 Episode 53 { Menjadi seorang bayi itu ternyata membosankan }
55 Episode 54 { Penculikan berujung maut }
56 Episode 55 { Kehancuran keluarga viscount}
57 Episode 56 { Rahasia Zen tentang jadi dirinya terbongkar }
58 Episode 57 { Pertunjukan yang menguras tenaga }
59 Episode 58 { Menyelesaikan misi }
60 Episode 59 { Menyelesaikan misi part dua }
61 Episode 60 { Hutan Terlarang }
62 Episode 61 { Kata-kata yang bikin kesabaran habis }
63 Episode 62 { Penjelasan }
64 Episode 63 { Masih cerita kehidupan Zen yang terdahulu }
65 Episode 64 { Kekerasan dan kebengisan Zen }
66 Episode 65 { Kembali ke cerita perkelahian Zen dengan Hilda }
Episodes

Updated 66 Episodes

1
Prolog
2
episode 1{ Kehebohan yang dibuat oleh bocah berumur satu tahun }
3
episode 2 { Jalan-jalan ke taman yang hangus terbakar dan tamu tak diundang }
4
Episode 3 { Kepanikan semua orang setelah mendengar suara ledakan }
5
Episode 4 { Pertengkaran antara kaisar dan raja yang disebabkan oleh Zen }
6
Episode 5 { Ulang tahun kedua Zen }
7
Episode 6 { Hadiah ulang tahun Zen }
8
Episode 7 { Menentukan pilihan, antara sekolah atau tidak }
9
Episode 8 { Persiapan hari pertama sekolah }
10
Episode 9{ Hari pertama sekolah bagi bocah berumur tiga tahun }
11
Episode 10 { Jawaban dari pertanyaan menjebak dan kekesalan Kaisar Zeiland }
12
Episode 11 { Kenakalan yang berujung apes }
13
Episode 12 { Kemunculan kekuatan baru }
14
Episode 13 { Kata-kata terlarang yang membuat nyawa bisa melayang }
15
Episode 14 { Keinginan bocah untuk loncat ke kelas akhir }
16
Episode 15 { Pendingin ruangan tanpa memerlukan kristal mana}
17
Episode 16 { Hadiah ulang tahun yang tidak akan pernah dilupakan }
18
Episode 17 { Pertemuan dengan roh yang penuh misteri }
19
Episode 18 { Cerita pertemuan Kaisar Note dengan Putri Lecia }
20
Episode 19 { Kenyataan pahit yang harus dilalui oleh bocah berumur enam tahun }
21
Episode 20 { Semangat yang membara untuk balas dendam }
22
Episode 21 { Percakapan tuan agung dengan seseorang di dalam bola kristal }
23
Episode 22 { Latihan pertama Zen }
24
Episode 23 { Terpesona karena otot perutnya bocah yang masih berumur enam tahun}
25
Episode 24 { Cerita asal-usul dari sebuah kutukan}
26
Episode 25 { Latihan tahap kedua Zen }
27
Episode 26 { Julukan Kaisar Diamond }
28
Episode 27 { Jalan-jalan mengelilingi kota }
29
Episode 28 { Perpisahan Zen dengan rakyat kota dan orang-orang disekitarnya }
30
Episode 29 { Pertemuan pertama dengan Putri Irene Evelina William Frencesco }
31
Episode 30 { Perkenalan Zen dengan Putri Irene Evelina William Frencesco }
32
Episode 31{ Alasan Zen terlihat bodoh saat berada di kekaisaran Diamond }
33
Episode 32 { Duel dengan Kaito }
34
Episode 33 { Amukan Zen yang hampir membuat Kaito tewas ditempat }
35
Episode 34 { bunuh diri? }
36
Episode 35 { Mata-mata }
37
Episode 36 { Memperlihatkan wajah aslinya }
38
Episode 37 { Duel dengan Pangeran Incelote }
39
Episode 38 { Penyesalan yang tidak berguna }
40
Episode 39 { Pembagian Tim }
41
Episode 40 { Zen hanya sampah dimata kebanyakan orang }
42
Episode 41 { Makan-makan }
43
Episode 42 { Di kejar anjing }
44
Episode 43 { Keanehan di Dangeon yang belum pernah terjadi }
45
Episode 44 { Pertarungan dengan monster }
46
Episode 45 { Hampir tiada }
47
Episode 46 { Di jenguk }
48
Episode 47 { Janji }
49
Episode 48 { Mengukur level kekuatan }
50
Episode 49 { Pertarungan Melawan Murid Yang Lemah Seperti Hama }
51
Episode 50 { Roti basi }
52
Episode 51 { Zen berubah menjadi anak kecil karena kalung Demoid }
53
Episode 52 { Perebutan hak mengasuh }
54
Episode 53 { Menjadi seorang bayi itu ternyata membosankan }
55
Episode 54 { Penculikan berujung maut }
56
Episode 55 { Kehancuran keluarga viscount}
57
Episode 56 { Rahasia Zen tentang jadi dirinya terbongkar }
58
Episode 57 { Pertunjukan yang menguras tenaga }
59
Episode 58 { Menyelesaikan misi }
60
Episode 59 { Menyelesaikan misi part dua }
61
Episode 60 { Hutan Terlarang }
62
Episode 61 { Kata-kata yang bikin kesabaran habis }
63
Episode 62 { Penjelasan }
64
Episode 63 { Masih cerita kehidupan Zen yang terdahulu }
65
Episode 64 { Kekerasan dan kebengisan Zen }
66
Episode 65 { Kembali ke cerita perkelahian Zen dengan Hilda }

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!