Episode 4 { Pertengkaran antara kaisar dan raja yang disebabkan oleh Zen }

Lalu Kaisar Zeiland berkata dengan tanpa ekspresi, "iya brengsek, yang dikatakan istriku itu memang benar."

"Jadi anak ini benar-benar bisa membaca buku?" tanya si Raja brengsek

"Entahlah... aku juga tidak tau, apa dia bisa membaca buku atau tidak," Jawab Kaisar Zeiland kepada Raja brengsek.

"Haaah... sudahlah, lupakan saja soal itu. Anggap saja anak ini jenius." Ucapnya lagi.

Lalu sesampainya mereka di ruang tamu kerajaan....

"Wah, coba lihat siapa yang datang yang mulia ratu," Ucap istrinya Raja brengsek.

Setelah menoleh ke belakang, Ratu Fiona langsung menghampiri Zen dan memeluknya dengan erat. Dia juga berkata, " syukurlah anakku baik baik saja. Oh ya Zeiland, jadi ledakan itu asalnya dari mana?" Tanyanya kepada mereka berdua.

Sambil menggaruk kepalanya Kaisar Zeiland berkata, "ah, bagaimana caranya menjelaskannya pada mu ya, yang aku dengar dari para prajurit yang berjaga ledakan itu asalnya dari tempat Zen berada. Anehnya Zen baik baik saja kata mereka, tapi disekitar Zen malah hangus terbakar oleh ledakan api yang kita dengar tadi."

Lalu istrinya Raja brengsek berkata, " kenapa kalian bicara sambil berdiri, lebih baik kalian bicara di sini." Sambil menepuk nepuk sofa.

"Ah, iya, ayo Zeiland kita duduk ke sana sekarang!" Kata istrinya.

"Oh, oke," Sahut Kaisar Zeiland.

Lalu mereka bertiga duduk di sofa. Kaisar Zeiland satu sofa dengan si Raja brengsek dan istri mereka duduk bersama di sofa yang berhadapan dengan mereka, sedangkan si kembar anak dari Raja brengsek duduk disofa sebelah kanan dari mereka.

"Hallo Zen, perkenalkan perempuan yang ada di pangkuan ku ini adalah Putri ku. Namanya adalah Hilda Crocelius dan anak laki-laki kembar yang disana itu adalah kakak laki-lakinya Hilda, yang berambut biru tua itu namanya Leonel Crocelius dan yang berambut biru muda itu namanya adalah Daniel Crocelius."

Sambil berbisik pada kembarannya Leonel, Daniel berkata, "hai Leonel, untuk apa ibu memperkenalkan kita kepada bocah yang masih berumur satu tahun itu?"

"Entahlah aku juga tidak tau," Sahut Leonel.

Beberapa saat kemudian Zen membuat tiga orang yang tidak tau apa-apa mengenai dirinya terkejut karena perkataannya. Zen tersenyum ke arah istri dan anak perempuannya si Raja brengsek itu sambil berkata, "ilda angat antik, kalena ambut na yan bealna utih alju sepelti nyona, tu angat antik." ( rambut Hilda sangat cantik, karena rambutnya yang berwarna putih salju seperti nyonya, itu sangat cantik)

"Haaaaah apa yang dikatakan bocah itu barusan Leonel, apa kau juga mendengarnya Leonel?" Tanya Daniel kepada kembarannya Leonel.

Dengan wajah yang kebingungan Leonel menjawab, "a-aku juga mendengarnya. Apa jangan jangan telinga kita yang bermasalah?"

"Entahlah." Sahut Daniel.

Lalu istrinya si Raja brengsek tersenyum ke arah Zen dan berkata, " tidak ku sangka anak kalian ini jenius dan tadinya kupikir yang mulia Ratu bercanda soal dia membaca buku.

Dalam hati Ratu Fiona berkata, "ah , pantas saja tadi dia tersenyum!"

"Oh iya Zen, tadi kamu bilang rambut Hilda cantik kan" Ucap istrinya Raja brengsek.

Lalu Zen menganggukkan kepalanya, dan kemudian istrinya Raja brengsek itu berkata lagi, "rambutmu juga indah Zen. warna rambut mu yang berwarna hitam sama seperti rambut ayahmu itu sangat indah.

"Enalkah?" (benarkah) Kata Zen.

"Iya Zen. Rambutmu itu memang indah," kata ibunya sambil mengusap kepalanya.

Kemudian Zen berkata lagi, "kau au ma, ku angat uka ambut ama yang bewalna uning mas dan uga ata ama yan bewalna bilu tu. Daian aja alau ambut an ata ku ama seelti ama, asti iriku angat kelen." (kau tau mama, aku sangat menyukai rambut mama yang berwarna kuning keemasan dan juga mata mama yang berwarna biru itu. Andaikan saja kalau rambut dan mata ku sama seperti mama, pasti diriku sangat keren)

Mendengar kata-kata itu dari Zen, si Raja brengsek langsung tertawa terbahak-bahak, "pfft... bhahaha, tidak ku sangka dia ingin mirip seperti istrimu di banding dirimu. Kau tau Zen yang dikatakan mu itu memang benar, mungkin jika kau mirip ibumu kau akan lebih keren.

Setelah mendengar kata-kata itu dari Raja brengsek Kaisar Zeiland langsung menginjak kakinya, *t**rak*....

Kemudian dia berkata, "dasar orang tua brengsek, berani-beraninya kau menghina dan menertawakan ku!"

"Ah, kakiku. Dasar bocah b*jing**! Bisa-bisanya kau menginjak kaki orang yang lebih tua dari mu," Ucap Raja brengsek .

"Bla bla bla, tutup mulutmu sekarang juga. Aku ingin bicara dengan anakku," Kata Kaisar Zeiland kepada Raja brengsek.

Kemudian dia bertanya kepada Zen tentang apa yang sebenarnya terjadi, "Zen ayah ingin bertanya, bagaimana caranya kamu tidak terluka sama sekali padahal ledakan itu asalnya dari sekitarmu?"

"Seenalnya yan tel adi yalah...." (sebenarnya yang terjadi iyalah) Kata Zen lalu dia menceritakan keadaannya sebelum ledakan itu terjadi.

"Aat tu ku edang aca uku yan yah elikan ada ku. Kalna ku ngin angkitkan euatan pi yan seelti yah aktu itu, emudian Ku ari ab alaman entang ala angkitkan euatan pi tu an abnya ada di ab pat, lu ku aca. Ara yang eltama, alilkan nelgi amalah yan da di dili ita ke atu itik yatu di ati ita. Emudian yan edua, etelah emua nelgi amalah ita udah tel umpul di ati ita, alu alilkan agi ke angan api angan elalu anyak. Kelena ku tel alu anyak menalilkan nelgi amalahnya emudian tel adilah edakan yang alian dengal tu."

(saat itu aku sedang membaca buku yang ayah berikan kepadaku. Karena aku ingin membangkitkan kekuatan api yang seperti ayah waktu itu, kemudian ku cari bab halaman tentang cara membangkitkan kekuatan api itu dan bab nya ada di bab empat, lalu ku baca. Cara yang pertama, alirkan energi amarah yang ada di diri Kita ke satu titik yaitu dihati kita. Kemudian yang kedua, setelah energi amarah kita terkumpul dihati kita, lalu alirkan lagi ke tangan tapi jangan terlalu banyak. Karena aku terlalu banyak mengalirkan energi amarahnya kemudian terjadilah ledakan itu)

Mendengar kata-kata Zen, si Raja brengsek langsung spontan tertawa.

"Pftt... bhahaha, sepertinya bukan hanya jenius ya, ternyata dia juga pandai melawak rupanya." Ucapnya yang tertawa sampai memukul kakinya sendiri.

"Ku idak ohong!" (aku tidak bohong) Sahut Zen yang marah karena ditertawakan oleh Raja brengsek.

"Asal kau tahu bocah, untuk membangkitkan kekuatan

itu kau harus bermeditasi selama beberapa bulan dan umur rata-rata anak yang bisa membangkitkan kekuatan itu berumur sepuluh tahun sampai dua belas tahun. Kau mengerti bocah jenius!" Kata si Raja brengsek.

"Engal ya aja elek, ku Idak ohong ama seali!" ( dengar ya Raja jelek, aku tidak bohong sama sekali) Kata Zen, kemudian dia turun dari sofa dan mengeluarkan kekuatan api yang berwarna ungu di tangannya. Setelah menunjukkan kalau dia sudah membangkitkan kekuatanya kepada semua dan dia tidak berbohong sama sekali, setelah itu semua orang yang ada di situ pun terkejut.

"Ba-bagaimana itu bisa, apa aku salah lihat. Apa kalian juga melihatnya tadi?" Ucap si Raja brengsek dengan mengucek matanya beberapa kali.

"Zen!, tanganmu tidak terbakar kan?" Kata ibunya sambil menyentuh tangan Zen untuk memastikan kalau tangannya baik-baik saja.

"Angan ku Idak elbakal o" (tanganku tidak terbakar, kok) Ucap Zen yang kemudian dia melepaskan tangan ibunya dari tangannya.

"Zen, coba kau perlihatkan lagi kekuatanmu pada ayah." Kata Kaisar Zeiland, lalu dia mendekati Zen dan memegang tangannya Zen.

Setelah itu Zen pun menunjukkannya lagi kepada ayahnya, whuss....

"Ti-tidak ku sangka Zen, kau bisa membaca buku dan bukan hanya itu saja, kau juga bisa memahami isi dari buku tersebut. Bahkan kau juga bisa membangkitkan kekuatanmu tanpa bermeditasi terlebih dahulu dan kau anak yang paling muda dalam sejarah yang membangkitkan kekuatan pada umur satu tahun." Ucap Kaisar Zeiland yang kagum dengan kelebihan yang dimiliki oleh Zen.

"Hahahaha, lihat pria tua anakku lebih hebat dibandingkan anak kembar mu itu," Kata kaisar Zeiland yang meledek Raja brengsek.

Kemudian si Raja brengsek itu memalingkan wajahnya dari arah Kaisar Zeiland dan melipat kedua tangannya. Lalu dia berkata, "cih, kau mungkin beruntung memiliki anak yang memiliki kelebihan banyak seperti Zen, tapi kau tidak memiliki anak kembar dan anak perempuan. Hahahaha, aku tetap unggul dibandingkan dirimu."

Setelah mendengar semua yang dikatakan oleh Raja brengsek, Kaisar Zeiland kemudian menggertakkan giginya dan mengepalkan tangannya lalu mengatakan, "dasar Raja tua sialan!"

^^^Bersambung....^^^

Episodes
1 Prolog
2 episode 1{ Kehebohan yang dibuat oleh bocah berumur satu tahun }
3 episode 2 { Jalan-jalan ke taman yang hangus terbakar dan tamu tak diundang }
4 Episode 3 { Kepanikan semua orang setelah mendengar suara ledakan }
5 Episode 4 { Pertengkaran antara kaisar dan raja yang disebabkan oleh Zen }
6 Episode 5 { Ulang tahun kedua Zen }
7 Episode 6 { Hadiah ulang tahun Zen }
8 Episode 7 { Menentukan pilihan, antara sekolah atau tidak }
9 Episode 8 { Persiapan hari pertama sekolah }
10 Episode 9{ Hari pertama sekolah bagi bocah berumur tiga tahun }
11 Episode 10 { Jawaban dari pertanyaan menjebak dan kekesalan Kaisar Zeiland }
12 Episode 11 { Kenakalan yang berujung apes }
13 Episode 12 { Kemunculan kekuatan baru }
14 Episode 13 { Kata-kata terlarang yang membuat nyawa bisa melayang }
15 Episode 14 { Keinginan bocah untuk loncat ke kelas akhir }
16 Episode 15 { Pendingin ruangan tanpa memerlukan kristal mana}
17 Episode 16 { Hadiah ulang tahun yang tidak akan pernah dilupakan }
18 Episode 17 { Pertemuan dengan roh yang penuh misteri }
19 Episode 18 { Cerita pertemuan Kaisar Note dengan Putri Lecia }
20 Episode 19 { Kenyataan pahit yang harus dilalui oleh bocah berumur enam tahun }
21 Episode 20 { Semangat yang membara untuk balas dendam }
22 Episode 21 { Percakapan tuan agung dengan seseorang di dalam bola kristal }
23 Episode 22 { Latihan pertama Zen }
24 Episode 23 { Terpesona karena otot perutnya bocah yang masih berumur enam tahun}
25 Episode 24 { Cerita asal-usul dari sebuah kutukan}
26 Episode 25 { Latihan tahap kedua Zen }
27 Episode 26 { Julukan Kaisar Diamond }
28 Episode 27 { Jalan-jalan mengelilingi kota }
29 Episode 28 { Perpisahan Zen dengan rakyat kota dan orang-orang disekitarnya }
30 Episode 29 { Pertemuan pertama dengan Putri Irene Evelina William Frencesco }
31 Episode 30 { Perkenalan Zen dengan Putri Irene Evelina William Frencesco }
32 Episode 31{ Alasan Zen terlihat bodoh saat berada di kekaisaran Diamond }
33 Episode 32 { Duel dengan Kaito }
34 Episode 33 { Amukan Zen yang hampir membuat Kaito tewas ditempat }
35 Episode 34 { bunuh diri? }
36 Episode 35 { Mata-mata }
37 Episode 36 { Memperlihatkan wajah aslinya }
38 Episode 37 { Duel dengan Pangeran Incelote }
39 Episode 38 { Penyesalan yang tidak berguna }
40 Episode 39 { Pembagian Tim }
41 Episode 40 { Zen hanya sampah dimata kebanyakan orang }
42 Episode 41 { Makan-makan }
43 Episode 42 { Di kejar anjing }
44 Episode 43 { Keanehan di Dangeon yang belum pernah terjadi }
45 Episode 44 { Pertarungan dengan monster }
46 Episode 45 { Hampir tiada }
47 Episode 46 { Di jenguk }
48 Episode 47 { Janji }
49 Episode 48 { Mengukur level kekuatan }
50 Episode 49 { Pertarungan Melawan Murid Yang Lemah Seperti Hama }
51 Episode 50 { Roti basi }
52 Episode 51 { Zen berubah menjadi anak kecil karena kalung Demoid }
53 Episode 52 { Perebutan hak mengasuh }
54 Episode 53 { Menjadi seorang bayi itu ternyata membosankan }
55 Episode 54 { Penculikan berujung maut }
56 Episode 55 { Kehancuran keluarga viscount}
57 Episode 56 { Rahasia Zen tentang jadi dirinya terbongkar }
58 Episode 57 { Pertunjukan yang menguras tenaga }
59 Episode 58 { Menyelesaikan misi }
60 Episode 59 { Menyelesaikan misi part dua }
61 Episode 60 { Hutan Terlarang }
62 Episode 61 { Kata-kata yang bikin kesabaran habis }
63 Episode 62 { Penjelasan }
64 Episode 63 { Masih cerita kehidupan Zen yang terdahulu }
65 Episode 64 { Kekerasan dan kebengisan Zen }
66 Episode 65 { Kembali ke cerita perkelahian Zen dengan Hilda }
Episodes

Updated 66 Episodes

1
Prolog
2
episode 1{ Kehebohan yang dibuat oleh bocah berumur satu tahun }
3
episode 2 { Jalan-jalan ke taman yang hangus terbakar dan tamu tak diundang }
4
Episode 3 { Kepanikan semua orang setelah mendengar suara ledakan }
5
Episode 4 { Pertengkaran antara kaisar dan raja yang disebabkan oleh Zen }
6
Episode 5 { Ulang tahun kedua Zen }
7
Episode 6 { Hadiah ulang tahun Zen }
8
Episode 7 { Menentukan pilihan, antara sekolah atau tidak }
9
Episode 8 { Persiapan hari pertama sekolah }
10
Episode 9{ Hari pertama sekolah bagi bocah berumur tiga tahun }
11
Episode 10 { Jawaban dari pertanyaan menjebak dan kekesalan Kaisar Zeiland }
12
Episode 11 { Kenakalan yang berujung apes }
13
Episode 12 { Kemunculan kekuatan baru }
14
Episode 13 { Kata-kata terlarang yang membuat nyawa bisa melayang }
15
Episode 14 { Keinginan bocah untuk loncat ke kelas akhir }
16
Episode 15 { Pendingin ruangan tanpa memerlukan kristal mana}
17
Episode 16 { Hadiah ulang tahun yang tidak akan pernah dilupakan }
18
Episode 17 { Pertemuan dengan roh yang penuh misteri }
19
Episode 18 { Cerita pertemuan Kaisar Note dengan Putri Lecia }
20
Episode 19 { Kenyataan pahit yang harus dilalui oleh bocah berumur enam tahun }
21
Episode 20 { Semangat yang membara untuk balas dendam }
22
Episode 21 { Percakapan tuan agung dengan seseorang di dalam bola kristal }
23
Episode 22 { Latihan pertama Zen }
24
Episode 23 { Terpesona karena otot perutnya bocah yang masih berumur enam tahun}
25
Episode 24 { Cerita asal-usul dari sebuah kutukan}
26
Episode 25 { Latihan tahap kedua Zen }
27
Episode 26 { Julukan Kaisar Diamond }
28
Episode 27 { Jalan-jalan mengelilingi kota }
29
Episode 28 { Perpisahan Zen dengan rakyat kota dan orang-orang disekitarnya }
30
Episode 29 { Pertemuan pertama dengan Putri Irene Evelina William Frencesco }
31
Episode 30 { Perkenalan Zen dengan Putri Irene Evelina William Frencesco }
32
Episode 31{ Alasan Zen terlihat bodoh saat berada di kekaisaran Diamond }
33
Episode 32 { Duel dengan Kaito }
34
Episode 33 { Amukan Zen yang hampir membuat Kaito tewas ditempat }
35
Episode 34 { bunuh diri? }
36
Episode 35 { Mata-mata }
37
Episode 36 { Memperlihatkan wajah aslinya }
38
Episode 37 { Duel dengan Pangeran Incelote }
39
Episode 38 { Penyesalan yang tidak berguna }
40
Episode 39 { Pembagian Tim }
41
Episode 40 { Zen hanya sampah dimata kebanyakan orang }
42
Episode 41 { Makan-makan }
43
Episode 42 { Di kejar anjing }
44
Episode 43 { Keanehan di Dangeon yang belum pernah terjadi }
45
Episode 44 { Pertarungan dengan monster }
46
Episode 45 { Hampir tiada }
47
Episode 46 { Di jenguk }
48
Episode 47 { Janji }
49
Episode 48 { Mengukur level kekuatan }
50
Episode 49 { Pertarungan Melawan Murid Yang Lemah Seperti Hama }
51
Episode 50 { Roti basi }
52
Episode 51 { Zen berubah menjadi anak kecil karena kalung Demoid }
53
Episode 52 { Perebutan hak mengasuh }
54
Episode 53 { Menjadi seorang bayi itu ternyata membosankan }
55
Episode 54 { Penculikan berujung maut }
56
Episode 55 { Kehancuran keluarga viscount}
57
Episode 56 { Rahasia Zen tentang jadi dirinya terbongkar }
58
Episode 57 { Pertunjukan yang menguras tenaga }
59
Episode 58 { Menyelesaikan misi }
60
Episode 59 { Menyelesaikan misi part dua }
61
Episode 60 { Hutan Terlarang }
62
Episode 61 { Kata-kata yang bikin kesabaran habis }
63
Episode 62 { Penjelasan }
64
Episode 63 { Masih cerita kehidupan Zen yang terdahulu }
65
Episode 64 { Kekerasan dan kebengisan Zen }
66
Episode 65 { Kembali ke cerita perkelahian Zen dengan Hilda }

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!