Episode 11 { Kenakalan yang berujung apes }

Dengan mengulurkan tangannya ke adiknya, Daniel berkata, "Hilda, apa kau baik-baik saja. Sudah Kakak bilang kan, jangan menjauh dari kakak."

Karena ketakutan saat Zen menatap dan bertanya, dia langsung bersembunyi di belakang kedua kakaknya itu.

Lalu Leonel bertanya kepada Hilda, "kenapa kau bersembunyi di belakang kami."

"Ku akut." (aku takut) Sahutnya.

Lalu Daniel menatap wajahnya Hilda dengan tersenyum untuk menghibur Hilda dan dia bertanya, "apa yang kau takutkan Hilda? Katakan saja pada kakakmu ini."

"Ku akut da lang tu." ( aku takut pada orang itu) Ucap Hilda dengan menunjuk kearah Zen.

"Yang mulia pangeran Zen, apa boleh saya bertanya." Kata Daniel kepada Zen.

"Ya, tanyakan saja." Sahut Zen.

"Mengapa Hilda sangat ketakutan melihatmu?" Ucap Daniel.

"Ah, itu ya, sebenarnya... adikmu memasuki taman pribadiku dan dia jalan tanpa melihat kearah depan tapi kearah samping karena itu dia menabrak ku. Kemudian aku bertanya kepadanya, siapa namanya dan kenapa dia bisa ada di taman pribadiku. Cuma itu saja." Ucap Zen tanpa rasa bersalah. padahal dia memasang ekspresi wajah yang membuat seseorang bisa ketakutan setelah melihatnya.

Kemudian Daniel berkata dengan kepala menunduk, "ma-maafkan saya yang mulia pangeran Zen, karena tidak mengawasi Hilda."

"Saya juga yang mulia pangeran Zen," Kata Leonel.

"Baiklah aku akan memaafkannya. Ngomong-ngomong, apa kalian melihat ibuku ada dimana?"

"Ah, yang mulia ratu sedang ada diruang tamu bersama kaisar Zeiland dan juga ayah dan ibuku untuk membahas sesuatu. Karena itulah kami ada disini. Tadinya ayahku tidak ingin membawa kami ke sini tapi karena kami memaksa ingin ikut, akhirnya dia terpaksa membawa kami." Jawab Leonel.

"Jadi begitu ya, Eh tunggu dulu... bukannya ayahku pingsan karena kejatuhan vas bunga. Ba-bagaimana dia bisa ada diruang tamu?" Kata Zen yang kebingungan karena Kaisar Zeiland tadi pingsan akibat kejatuhan vas bunga.

Lalu Leonel berkata, "kalau itu saya juga tidak tahu. Tapi...."

"Tapi apa?" Tanya Zen.

"Saat saya melihatnya, kepalanya pakai perban. Cuma itu saja yang mulia, yang saya ketahui." Ucap Leonel kepada Zen.

"Oh, jadi begitu rupanya," Ucap Zen, kemudian dia menggosok kedua tangannya dan tersenyum lalu berkata "Karena mereka sedang sibuk, akhirnya aku bisa merasakan sensasi berenang di danau yang ku punya."

Lalu Daniel bertanya kepada Zen, "Memangnya anda bisa berenang yang mulia?"

"Ya tentu saja. Sejak umurku dua tahun ayahku sudah mengajarkanku berenang. Setelah aku bisa berenang, aku meminta ibu dan ayahku memberikan sebuah danau. Kemudian mereka memberikannya kepadaku. Pada saat aku ingin lompat ke air yang ada di danau itu ibuku langsung menghentikanku dan setelah itu dia terus memarahiku. Tapi, kali ini dia tidak akan mengacaukan lagi. Lebih baik sekarang aku pergi ke sana sebelum terlambat. Dah, Daniel dan Leonel. Dah, juga Hilda." ucap Zen sambil melambaikan tangannya dan tersenyum ke arah mereka.

"Oah, ampan seali. ku ngin Lang tu adi man ku." (wah, tampan sekali. aku ingin itu orang jadi temanku) ucap Hilda kepada kedua kakaknya.

Kemudian dia menarik tangan kakaknya ke arah Zen dan mengikuti Zen sampai ke danau.

Saat Zen menyadari kalau dia sedang diikuti dia menoleh ke belakang dan dia melihat Hilda, Leonel dan juga Daniel sedang mengikutinya dari tadi.

Zen berkata, "kenapa kalian mengikuti ku?"

Kemudian Leonel dan Daniel menundukkan kepalanya dan berkata,

"maafkan kami yang mulia, tangan kami ditarik oleh Hilda dan dia mengikutimu karena dia ingin menjadi temanmu.

"Dia ingin jadi temanku?" Tanya Zen.

"Iya, yang mulia pangeran. Dia ingin menjadi temanmu." Ucap Daniel kepada Zen.

"Bukannya tadi dia takut pada ku. kenapa dia ingin jadi temanku?" Ucap Zen kepada mereka berdua.

Lalu mereka berdua, menggaruk-garuk kepalanya sambil berkata, "ah, kami juga tidak tau alasannya apa yang mulia."

Padahal alasannya adalah Hilda terpikat dengan ketampanan Zen dan mereka berdua juga tau akan hal itu, tapi mereka tidak ingin mengatakannya.

"Ya sudah, jika itu yang di inginkan bocah itu, aku terima pertemanannya." Ucap Zen yang nggak nyadar diri kalau dia sendiri juga bocah.

"Benarkah yang mulia, anda mau menjadi temannya Hilda." Kata Daniel yang terkejut mendengar kata-kata yang diucapkan oleh Zen.

"Iya." Sahut Zen dengan ekspresi datar.

"Oh, iya. jangan ganggu aku lagi, karena aku ingin berenang sekarang." Ucapnya, setelah itu dia melepaskan bajunya di depan mereka bertiga.

"Hilda tutup matamu sekarang juga! Yang mulia Pangeran Zen kenapa anda melepaskan pakaian anda di depan adik kami!" Ucap Leonel kepada Zen.

"Apa maksudmu, aku hanya melepaskan bajuku untuk berenang. Ah, tunggu dulu... apa jangan-jangan kau berpikir aku akan melepaskan celana ku juga. Jadi karena itulah kau menyuruh adikmu menutup matanya." Ucap Zen kepada mereka berdua.

"Iya, yang mulia Pangeran Zen. Maafkan kami karena telah menganggap anda yang tidak-tidak." Ucap Leonel dengan menundukkan kepalanya.

"Iya, aku memaafkan mu kok." Ucap Zen.

Kemudian Zen berlari ke arah air yang ada di danau dan lalu menceburkan dirinya ke dalam air tersebut.

"Woah, airnya sangat pas sekali." ucapnya yang sedang bersenang-senang di air danau tersebut.

"Loh Daniel, apa kau melihat ini." Ucap Leonel kepada Daniel.

"Melihat apa?" Tanya Daniel.

"Kau tidak melihatnya ya, coba lihat-lihat sekeliling mu. Ada salju yang turun dari langit padahal ini masih musim panas." Ucap Leonel.

"Eh, kau benar ada salju." Sahut Daniel sambil menadahkan tanganya untuk mengambil salju tersebut.

"Padahal ini masih musim panaskan, Leonel?" Tanya Daniel.

"Iya, ini masih musim panas. Kenapa bisa turun salju. Aneh sekali." Ucap Leonel sambil menggaruk-garuk kepalanya.

Kemudian Hilda menunjuk-nunjuk ke arah danau dan dia berkata, " oba ihat a, ir anau tu adi eku." (coba lihat kak, air di danau itu jadi beku)

"Haha, air di danau itu membeku di musim panas. Apa kamu baru saja menghayal kalau danau itu membeku Hilda." Ucap Daniel sambil mengusap kepala adik kecilnya itu.

"Tidak ku sangka, kamu sekreatif itu Hilda." Sahut Leonel sambil bertepuk tangan.

"Heiii! Kalian yang disana. Tolong panggilkan ayahku." Teriak Zen.

"Hei Daniel, ada seseorang yang berteriak. Apa kau mendengar yang diucapkan oleh orang itu, dan dari mana asalnya?" tanya Leonel yang kebingungan setelah mendengar suara teriakan tersebut yang menggema ke seluruh arah.

"Aku tidak tau apa yang orang itu katakan, tapi arah suara tersebut dari arah danau. Apa jangan-jangan suara itu...." Jawab Daniel yang kemudian memalingkan wajahnya ke arah danau Dan secara bersamaan Leonel juga menoleh ke arah danau tersebut. Betapa terkejutnya mereka berdua setelah melihat Zen terjebak di bongkahan es yang membuat tangan dan kakinya tidak bisa di gerakkan karena membeku. Cuma kepalanya yang tidak membeku. Karena kepalanya berada diatas permukaan air.

Mereka berdua berkata, "a-apa yang terjadi pada anda yang mulia Pangeran Zen!"

Lalu Daniel bertanya kepada Zen, "Kenapa danau itu bisa membeku?"

"Mana aku tau. Pada saat posisiku sedang rebahan sambil memejamkan mata, beberapa saat kemudian setelah membuka mata beginilah jadinya. Sudah jangan banyak tanya!, cepat panggilkan ayahku. tubuhku sudah pegal karena tangan dan kakiku tidak bisa digerakkan." Ucap Zen pada mereka berdua.

"Baiklah yang mulia Pangeran, kami akan memanggilkan ayahmu. ayo Daniel kita pergi menemui yang mulia kaisar untuk minta bantuannya." Ucap Leonel kepada Daniel.

"Oke, ayo Hilda. Pegang erat-erat tangan ku ya." Ucap Daniel sambil menggenggam tangan adik kecilnya itu.

Kemudian mereka pun pergi ke kerajaan untuk meminta bantuan Kaisar.

beberapa menit kemudian....

"Kapan mereka sampai? Tubuh ku sudah pegal karena tidak bisa digerakkan sama sekali." Ucap Zen yang sudah bosan menunggu mereka meminta bantuan kepada ayahnya.

^^^Bersambung....^^^

Episodes
1 Prolog
2 episode 1{ Kehebohan yang dibuat oleh bocah berumur satu tahun }
3 episode 2 { Jalan-jalan ke taman yang hangus terbakar dan tamu tak diundang }
4 Episode 3 { Kepanikan semua orang setelah mendengar suara ledakan }
5 Episode 4 { Pertengkaran antara kaisar dan raja yang disebabkan oleh Zen }
6 Episode 5 { Ulang tahun kedua Zen }
7 Episode 6 { Hadiah ulang tahun Zen }
8 Episode 7 { Menentukan pilihan, antara sekolah atau tidak }
9 Episode 8 { Persiapan hari pertama sekolah }
10 Episode 9{ Hari pertama sekolah bagi bocah berumur tiga tahun }
11 Episode 10 { Jawaban dari pertanyaan menjebak dan kekesalan Kaisar Zeiland }
12 Episode 11 { Kenakalan yang berujung apes }
13 Episode 12 { Kemunculan kekuatan baru }
14 Episode 13 { Kata-kata terlarang yang membuat nyawa bisa melayang }
15 Episode 14 { Keinginan bocah untuk loncat ke kelas akhir }
16 Episode 15 { Pendingin ruangan tanpa memerlukan kristal mana}
17 Episode 16 { Hadiah ulang tahun yang tidak akan pernah dilupakan }
18 Episode 17 { Pertemuan dengan roh yang penuh misteri }
19 Episode 18 { Cerita pertemuan Kaisar Note dengan Putri Lecia }
20 Episode 19 { Kenyataan pahit yang harus dilalui oleh bocah berumur enam tahun }
21 Episode 20 { Semangat yang membara untuk balas dendam }
22 Episode 21 { Percakapan tuan agung dengan seseorang di dalam bola kristal }
23 Episode 22 { Latihan pertama Zen }
24 Episode 23 { Terpesona karena otot perutnya bocah yang masih berumur enam tahun}
25 Episode 24 { Cerita asal-usul dari sebuah kutukan}
26 Episode 25 { Latihan tahap kedua Zen }
27 Episode 26 { Julukan Kaisar Diamond }
28 Episode 27 { Jalan-jalan mengelilingi kota }
29 Episode 28 { Perpisahan Zen dengan rakyat kota dan orang-orang disekitarnya }
30 Episode 29 { Pertemuan pertama dengan Putri Irene Evelina William Frencesco }
31 Episode 30 { Perkenalan Zen dengan Putri Irene Evelina William Frencesco }
32 Episode 31{ Alasan Zen terlihat bodoh saat berada di kekaisaran Diamond }
33 Episode 32 { Duel dengan Kaito }
34 Episode 33 { Amukan Zen yang hampir membuat Kaito tewas ditempat }
35 Episode 34 { bunuh diri? }
36 Episode 35 { Mata-mata }
37 Episode 36 { Memperlihatkan wajah aslinya }
38 Episode 37 { Duel dengan Pangeran Incelote }
39 Episode 38 { Penyesalan yang tidak berguna }
40 Episode 39 { Pembagian Tim }
41 Episode 40 { Zen hanya sampah dimata kebanyakan orang }
42 Episode 41 { Makan-makan }
43 Episode 42 { Di kejar anjing }
44 Episode 43 { Keanehan di Dangeon yang belum pernah terjadi }
45 Episode 44 { Pertarungan dengan monster }
46 Episode 45 { Hampir tiada }
47 Episode 46 { Di jenguk }
48 Episode 47 { Janji }
49 Episode 48 { Mengukur level kekuatan }
50 Episode 49 { Pertarungan Melawan Murid Yang Lemah Seperti Hama }
51 Episode 50 { Roti basi }
52 Episode 51 { Zen berubah menjadi anak kecil karena kalung Demoid }
53 Episode 52 { Perebutan hak mengasuh }
54 Episode 53 { Menjadi seorang bayi itu ternyata membosankan }
55 Episode 54 { Penculikan berujung maut }
56 Episode 55 { Kehancuran keluarga viscount}
57 Episode 56 { Rahasia Zen tentang jadi dirinya terbongkar }
58 Episode 57 { Pertunjukan yang menguras tenaga }
59 Episode 58 { Menyelesaikan misi }
60 Episode 59 { Menyelesaikan misi part dua }
61 Episode 60 { Hutan Terlarang }
62 Episode 61 { Kata-kata yang bikin kesabaran habis }
63 Episode 62 { Penjelasan }
64 Episode 63 { Masih cerita kehidupan Zen yang terdahulu }
65 Episode 64 { Kekerasan dan kebengisan Zen }
66 Episode 65 { Kembali ke cerita perkelahian Zen dengan Hilda }
Episodes

Updated 66 Episodes

1
Prolog
2
episode 1{ Kehebohan yang dibuat oleh bocah berumur satu tahun }
3
episode 2 { Jalan-jalan ke taman yang hangus terbakar dan tamu tak diundang }
4
Episode 3 { Kepanikan semua orang setelah mendengar suara ledakan }
5
Episode 4 { Pertengkaran antara kaisar dan raja yang disebabkan oleh Zen }
6
Episode 5 { Ulang tahun kedua Zen }
7
Episode 6 { Hadiah ulang tahun Zen }
8
Episode 7 { Menentukan pilihan, antara sekolah atau tidak }
9
Episode 8 { Persiapan hari pertama sekolah }
10
Episode 9{ Hari pertama sekolah bagi bocah berumur tiga tahun }
11
Episode 10 { Jawaban dari pertanyaan menjebak dan kekesalan Kaisar Zeiland }
12
Episode 11 { Kenakalan yang berujung apes }
13
Episode 12 { Kemunculan kekuatan baru }
14
Episode 13 { Kata-kata terlarang yang membuat nyawa bisa melayang }
15
Episode 14 { Keinginan bocah untuk loncat ke kelas akhir }
16
Episode 15 { Pendingin ruangan tanpa memerlukan kristal mana}
17
Episode 16 { Hadiah ulang tahun yang tidak akan pernah dilupakan }
18
Episode 17 { Pertemuan dengan roh yang penuh misteri }
19
Episode 18 { Cerita pertemuan Kaisar Note dengan Putri Lecia }
20
Episode 19 { Kenyataan pahit yang harus dilalui oleh bocah berumur enam tahun }
21
Episode 20 { Semangat yang membara untuk balas dendam }
22
Episode 21 { Percakapan tuan agung dengan seseorang di dalam bola kristal }
23
Episode 22 { Latihan pertama Zen }
24
Episode 23 { Terpesona karena otot perutnya bocah yang masih berumur enam tahun}
25
Episode 24 { Cerita asal-usul dari sebuah kutukan}
26
Episode 25 { Latihan tahap kedua Zen }
27
Episode 26 { Julukan Kaisar Diamond }
28
Episode 27 { Jalan-jalan mengelilingi kota }
29
Episode 28 { Perpisahan Zen dengan rakyat kota dan orang-orang disekitarnya }
30
Episode 29 { Pertemuan pertama dengan Putri Irene Evelina William Frencesco }
31
Episode 30 { Perkenalan Zen dengan Putri Irene Evelina William Frencesco }
32
Episode 31{ Alasan Zen terlihat bodoh saat berada di kekaisaran Diamond }
33
Episode 32 { Duel dengan Kaito }
34
Episode 33 { Amukan Zen yang hampir membuat Kaito tewas ditempat }
35
Episode 34 { bunuh diri? }
36
Episode 35 { Mata-mata }
37
Episode 36 { Memperlihatkan wajah aslinya }
38
Episode 37 { Duel dengan Pangeran Incelote }
39
Episode 38 { Penyesalan yang tidak berguna }
40
Episode 39 { Pembagian Tim }
41
Episode 40 { Zen hanya sampah dimata kebanyakan orang }
42
Episode 41 { Makan-makan }
43
Episode 42 { Di kejar anjing }
44
Episode 43 { Keanehan di Dangeon yang belum pernah terjadi }
45
Episode 44 { Pertarungan dengan monster }
46
Episode 45 { Hampir tiada }
47
Episode 46 { Di jenguk }
48
Episode 47 { Janji }
49
Episode 48 { Mengukur level kekuatan }
50
Episode 49 { Pertarungan Melawan Murid Yang Lemah Seperti Hama }
51
Episode 50 { Roti basi }
52
Episode 51 { Zen berubah menjadi anak kecil karena kalung Demoid }
53
Episode 52 { Perebutan hak mengasuh }
54
Episode 53 { Menjadi seorang bayi itu ternyata membosankan }
55
Episode 54 { Penculikan berujung maut }
56
Episode 55 { Kehancuran keluarga viscount}
57
Episode 56 { Rahasia Zen tentang jadi dirinya terbongkar }
58
Episode 57 { Pertunjukan yang menguras tenaga }
59
Episode 58 { Menyelesaikan misi }
60
Episode 59 { Menyelesaikan misi part dua }
61
Episode 60 { Hutan Terlarang }
62
Episode 61 { Kata-kata yang bikin kesabaran habis }
63
Episode 62 { Penjelasan }
64
Episode 63 { Masih cerita kehidupan Zen yang terdahulu }
65
Episode 64 { Kekerasan dan kebengisan Zen }
66
Episode 65 { Kembali ke cerita perkelahian Zen dengan Hilda }

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!