Dengan mengulurkan tangannya ke adiknya, Daniel berkata, "Hilda, apa kau baik-baik saja. Sudah Kakak bilang kan, jangan menjauh dari kakak."
Karena ketakutan saat Zen menatap dan bertanya, dia langsung bersembunyi di belakang kedua kakaknya itu.
Lalu Leonel bertanya kepada Hilda, "kenapa kau bersembunyi di belakang kami."
"Ku akut." (aku takut) Sahutnya.
Lalu Daniel menatap wajahnya Hilda dengan tersenyum untuk menghibur Hilda dan dia bertanya, "apa yang kau takutkan Hilda? Katakan saja pada kakakmu ini."
"Ku akut da lang tu." ( aku takut pada orang itu) Ucap Hilda dengan menunjuk kearah Zen.
"Yang mulia pangeran Zen, apa boleh saya bertanya." Kata Daniel kepada Zen.
"Ya, tanyakan saja." Sahut Zen.
"Mengapa Hilda sangat ketakutan melihatmu?" Ucap Daniel.
"Ah, itu ya, sebenarnya... adikmu memasuki taman pribadiku dan dia jalan tanpa melihat kearah depan tapi kearah samping karena itu dia menabrak ku. Kemudian aku bertanya kepadanya, siapa namanya dan kenapa dia bisa ada di taman pribadiku. Cuma itu saja." Ucap Zen tanpa rasa bersalah. padahal dia memasang ekspresi wajah yang membuat seseorang bisa ketakutan setelah melihatnya.
Kemudian Daniel berkata dengan kepala menunduk, "ma-maafkan saya yang mulia pangeran Zen, karena tidak mengawasi Hilda."
"Saya juga yang mulia pangeran Zen," Kata Leonel.
"Baiklah aku akan memaafkannya. Ngomong-ngomong, apa kalian melihat ibuku ada dimana?"
"Ah, yang mulia ratu sedang ada diruang tamu bersama kaisar Zeiland dan juga ayah dan ibuku untuk membahas sesuatu. Karena itulah kami ada disini. Tadinya ayahku tidak ingin membawa kami ke sini tapi karena kami memaksa ingin ikut, akhirnya dia terpaksa membawa kami." Jawab Leonel.
"Jadi begitu ya, Eh tunggu dulu... bukannya ayahku pingsan karena kejatuhan vas bunga. Ba-bagaimana dia bisa ada diruang tamu?" Kata Zen yang kebingungan karena Kaisar Zeiland tadi pingsan akibat kejatuhan vas bunga.
Lalu Leonel berkata, "kalau itu saya juga tidak tahu. Tapi...."
"Tapi apa?" Tanya Zen.
"Saat saya melihatnya, kepalanya pakai perban. Cuma itu saja yang mulia, yang saya ketahui." Ucap Leonel kepada Zen.
"Oh, jadi begitu rupanya," Ucap Zen, kemudian dia menggosok kedua tangannya dan tersenyum lalu berkata "Karena mereka sedang sibuk, akhirnya aku bisa merasakan sensasi berenang di danau yang ku punya."
Lalu Daniel bertanya kepada Zen, "Memangnya anda bisa berenang yang mulia?"
"Ya tentu saja. Sejak umurku dua tahun ayahku sudah mengajarkanku berenang. Setelah aku bisa berenang, aku meminta ibu dan ayahku memberikan sebuah danau. Kemudian mereka memberikannya kepadaku. Pada saat aku ingin lompat ke air yang ada di danau itu ibuku langsung menghentikanku dan setelah itu dia terus memarahiku. Tapi, kali ini dia tidak akan mengacaukan lagi. Lebih baik sekarang aku pergi ke sana sebelum terlambat. Dah, Daniel dan Leonel. Dah, juga Hilda." ucap Zen sambil melambaikan tangannya dan tersenyum ke arah mereka.
"Oah, ampan seali. ku ngin Lang tu adi man ku." (wah, tampan sekali. aku ingin itu orang jadi temanku) ucap Hilda kepada kedua kakaknya.
Kemudian dia menarik tangan kakaknya ke arah Zen dan mengikuti Zen sampai ke danau.
Saat Zen menyadari kalau dia sedang diikuti dia menoleh ke belakang dan dia melihat Hilda, Leonel dan juga Daniel sedang mengikutinya dari tadi.
Zen berkata, "kenapa kalian mengikuti ku?"
Kemudian Leonel dan Daniel menundukkan kepalanya dan berkata,
"maafkan kami yang mulia, tangan kami ditarik oleh Hilda dan dia mengikutimu karena dia ingin menjadi temanmu.
"Dia ingin jadi temanku?" Tanya Zen.
"Iya, yang mulia pangeran. Dia ingin menjadi temanmu." Ucap Daniel kepada Zen.
"Bukannya tadi dia takut pada ku. kenapa dia ingin jadi temanku?" Ucap Zen kepada mereka berdua.
Lalu mereka berdua, menggaruk-garuk kepalanya sambil berkata, "ah, kami juga tidak tau alasannya apa yang mulia."
Padahal alasannya adalah Hilda terpikat dengan ketampanan Zen dan mereka berdua juga tau akan hal itu, tapi mereka tidak ingin mengatakannya.
"Ya sudah, jika itu yang di inginkan bocah itu, aku terima pertemanannya." Ucap Zen yang nggak nyadar diri kalau dia sendiri juga bocah.
"Benarkah yang mulia, anda mau menjadi temannya Hilda." Kata Daniel yang terkejut mendengar kata-kata yang diucapkan oleh Zen.
"Iya." Sahut Zen dengan ekspresi datar.
"Oh, iya. jangan ganggu aku lagi, karena aku ingin berenang sekarang." Ucapnya, setelah itu dia melepaskan bajunya di depan mereka bertiga.
"Hilda tutup matamu sekarang juga! Yang mulia Pangeran Zen kenapa anda melepaskan pakaian anda di depan adik kami!" Ucap Leonel kepada Zen.
"Apa maksudmu, aku hanya melepaskan bajuku untuk berenang. Ah, tunggu dulu... apa jangan-jangan kau berpikir aku akan melepaskan celana ku juga. Jadi karena itulah kau menyuruh adikmu menutup matanya." Ucap Zen kepada mereka berdua.
"Iya, yang mulia Pangeran Zen. Maafkan kami karena telah menganggap anda yang tidak-tidak." Ucap Leonel dengan menundukkan kepalanya.
"Iya, aku memaafkan mu kok." Ucap Zen.
Kemudian Zen berlari ke arah air yang ada di danau dan lalu menceburkan dirinya ke dalam air tersebut.
"Woah, airnya sangat pas sekali." ucapnya yang sedang bersenang-senang di air danau tersebut.
"Loh Daniel, apa kau melihat ini." Ucap Leonel kepada Daniel.
"Melihat apa?" Tanya Daniel.
"Kau tidak melihatnya ya, coba lihat-lihat sekeliling mu. Ada salju yang turun dari langit padahal ini masih musim panas." Ucap Leonel.
"Eh, kau benar ada salju." Sahut Daniel sambil menadahkan tanganya untuk mengambil salju tersebut.
"Padahal ini masih musim panaskan, Leonel?" Tanya Daniel.
"Iya, ini masih musim panas. Kenapa bisa turun salju. Aneh sekali." Ucap Leonel sambil menggaruk-garuk kepalanya.
Kemudian Hilda menunjuk-nunjuk ke arah danau dan dia berkata, " oba ihat a, ir anau tu adi eku." (coba lihat kak, air di danau itu jadi beku)
"Haha, air di danau itu membeku di musim panas. Apa kamu baru saja menghayal kalau danau itu membeku Hilda." Ucap Daniel sambil mengusap kepala adik kecilnya itu.
"Tidak ku sangka, kamu sekreatif itu Hilda." Sahut Leonel sambil bertepuk tangan.
"Heiii! Kalian yang disana. Tolong panggilkan ayahku." Teriak Zen.
"Hei Daniel, ada seseorang yang berteriak. Apa kau mendengar yang diucapkan oleh orang itu, dan dari mana asalnya?" tanya Leonel yang kebingungan setelah mendengar suara teriakan tersebut yang menggema ke seluruh arah.
"Aku tidak tau apa yang orang itu katakan, tapi arah suara tersebut dari arah danau. Apa jangan-jangan suara itu...." Jawab Daniel yang kemudian memalingkan wajahnya ke arah danau Dan secara bersamaan Leonel juga menoleh ke arah danau tersebut. Betapa terkejutnya mereka berdua setelah melihat Zen terjebak di bongkahan es yang membuat tangan dan kakinya tidak bisa di gerakkan karena membeku. Cuma kepalanya yang tidak membeku. Karena kepalanya berada diatas permukaan air.
Mereka berdua berkata, "a-apa yang terjadi pada anda yang mulia Pangeran Zen!"
Lalu Daniel bertanya kepada Zen, "Kenapa danau itu bisa membeku?"
"Mana aku tau. Pada saat posisiku sedang rebahan sambil memejamkan mata, beberapa saat kemudian setelah membuka mata beginilah jadinya. Sudah jangan banyak tanya!, cepat panggilkan ayahku. tubuhku sudah pegal karena tangan dan kakiku tidak bisa digerakkan." Ucap Zen pada mereka berdua.
"Baiklah yang mulia Pangeran, kami akan memanggilkan ayahmu. ayo Daniel kita pergi menemui yang mulia kaisar untuk minta bantuannya." Ucap Leonel kepada Daniel.
"Oke, ayo Hilda. Pegang erat-erat tangan ku ya." Ucap Daniel sambil menggenggam tangan adik kecilnya itu.
Kemudian mereka pun pergi ke kerajaan untuk meminta bantuan Kaisar.
beberapa menit kemudian....
"Kapan mereka sampai? Tubuh ku sudah pegal karena tidak bisa digerakkan sama sekali." Ucap Zen yang sudah bosan menunggu mereka meminta bantuan kepada ayahnya.
^^^Bersambung....^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments