Lalu gurunya pun menjawab pertanyaan darinya, "tidak ada lagi burung yang hinggap di situ karena kabur mendengar suara tembakan dari senapan pemburu tersebut. Benar bukan begitu Zen?"
Kemudian Zen menjawab....
"Jawaban anda kurang tepat." Sahut Zen.
Kemudian gurunya bertanya kepadanya, "kenapa jawaban saya bisa salah yang mulia pangeran Zen, menurut saya itu sudah benar. Kalau begitu apa alasan anda mengatakan kalau jawaban saya itu kurang tepat?"
Setelah itu Zen menjawab, " alasannya adalah karena burung itu hanya terbang ketakutan bukan dia kabur, memangnya dia manusia."
Dalam hati gurunya, "ternyata pertanyaannya tadi adalah jebakan, ah sialan! Aku baru saja dikerjai seorang bocah yang bahkan umurnya tidak sampai lima tahun."
Lalu gurunya berkata dengan jengkel kerena telah dipermainkan oleh Zen, "alasan anda memang benar Zen, burung itu memang tidak kabur tapi dia hanya terbang ketakutan, karena dia bukan manusia.
Kemudian bel sekolah pun berbunyi yang menandakan bahwa jam pelajaran telah selesai dan waktunya untuk istirahat.
Mendengar suara bel tersebut, gurunya pun berkata, "oke anak-anak sekarang bapa akan keluar dan kalian boleh istirahat."
Mendengar kata-kata itu semua murid langsung ribut karena ingin ke kantin untuk makan siang.
Kemudian beberapa orang murid laki-laki mendekati Zen dan mengajaknya ke kantin untuk makan siang. Salah satu diantara mereka berkata kepada Zen, "Pangeran Zen anda mau ikut makan bersama kami berlima?"
Setelah itu Zen menjawab, "oke baiklah ayo kita pergi ke sana."
"Oke ayo kita pergi ke sana sekarang juga." Kata salah satu diantara mereka berlima.
Di perjalanan menuju ke kantin.... Zen bertanya makanan apa saja yang disediakan oleh sekolahan itu, kemudian diantaranya mereka ada yang menjawabnya, "hari ini adalah hari Senin jadi makanannya adalah steak daging dan minumannya adalah jus jeruk. Wahh aku tidak sabar untuk memakannya karena ini adalah makanan terenak yang mereka sediakan di banding hari-hari lainnya."
"Jadi begitu ya, kenapa murid-murid perempuan dari kelas lainnya memandangi ku terus sih, rasanya sesak sekali." Ucap Zen.
Kemudian salah satu temannya berkata, "itu mungkin karena ketampanan anda Pangeran Zen dan lagi baju seragam anda sangat berbeda dengan kami. Baju kami sama semua tetapi baju anda lain dari yang lain karena baju anda terlihat elegan dan mewah dibanding kami."
"Ah, iya juga." Sahut Zen.
Setelah itu ada seorang murid perempuan yang cantik dan imut berlari menghampiri Zen dan bertanya siapa namanya dan berapa umurnya, untuk memastikan kalau dia itu kerdil, karena dalam pikiran gadis itu meskipun dia tampan juga mempesona tapi jika dia adalah orang yang pertumbuhannya lambat atau kerdil, dia tidak akan melihatnya lagi karena merasa aneh.
"Kau bertanya siapa namaku dan berapa umurku." Ucap Zen.
Lalu murid perempuan itu pun berkata, "iya."
Setelah itu Zen menjawab, " namaku adalah Zen Skywest dan umur ku tiga tahun. Aku tahu kenapa kau menanyakan umurku juga, alasannya adalah kau ingin memastikan aku ini kerdil atau tidak kan? Asal kau tau saja dokter bilang kalau pertumbuhan ku lebih cepat di banding dengan anak yang lainnya. Karena anak yang berusia seumuran dengan ku jauh lebih rendah dari tinggi badanku. Kau mengerti."
"Eh, nama mu adalah "Zen Skywest" jika nama itu namamu berarti kau adalah pangeran dari kekaisaran EMPRESS MEGA UNI EMERALD GREEY." Setelah itu dia pun meminta maaf atas kelancangannya dengan menundukkan kepalanya, dan semua orang yang memperhatikan Zen pun terkejut saat mengetahui kalau dia adalah Pangeran Zen.
Setelah itu Zen dan teman-temannya meneruskan perjalanannya ke kantin.
Setelah selesai makan di kantin, mereka pergi mengunjungi sekeliling sekolahan karena waktu istirahatnya cukup lama.
Sesudah mengunjungi semua tempat di sekolah itu, mereka kembali ke kelas.
Kemudian bel berbunyi dan pelajaran pun berlangsung hingga jam pulang sekolah. Karena di sekolah itu hanya mengajarkan dua pelajaran saja dalam sehari.
Semua murid yang ada dikelas itu termasuk Zen, keluar ruangan untuk pulang.
Saat Zen keluar dari sekolahnya itu...
Dari arah kejauhan tampak terlihat seorang kusir dan beberapa prajurit untuk mengantarkan Zen.
Sesampainya ia di dekat pintu gerbang sekolah... beberapa prajurit pun menghampirinya untuk mengawalnya sampai masuk kereta kuda tersebut.
Saat kereta kudanya hampir memasuki kerajaan, kereta tersebut langsung berhenti karena ada seseorang yang menyuruh kereta tersebut berhenti. Zen pun keluar untuk memastikan apa yang sedang terjadi.
Alangkah terkejutnya dia saat melihat wajah ayahnya yang menyeramkan sedang melihat kearahnya. Zen bertanya dengan terbata-bata, karena merasa takut melihat wajah ayahnya yang menyeramkan untuk pertama kalinya.
"Ke-kenapa ayah me-menatapku dengan wajah yang mengerikan seperti itu." Tanya Zen.
"Harusnya aku yang bertanya bukan dirimu!" Sahut ayahnya dengan ekspresi yang kesal kepada Zen.
"Kenapa ayah yang harus bertanya bukannya aku?" Tanya Zen lagi.
Dengan mengepalkan tangannya dan menggertakkan giginya, ayahnya berkata, "apa kau lupa tentang kejadian tadi pagi."
"Kejadian apa maksud ayah, aku tidak ingat sama sekali?" Tanya Zen yang kebingungan karena kata-kata ayahnya.
"Kejadian itu adalah... kau meninggalkanku saat berangkat sekolah yang pertama kalinya." Jawab ayahnya.
"Ah, jadi itu rupanya. Kenapa ayah tidak mengatakannya secara langsung saja dari tadi." Sia mengatakannya dengan wajah datar karena dia menganggap kejadian itu adalah hal yang sepele.
Padahal... saat ibunya pulang setelah mengantarkan Zen ke sekolah. Kaisar Zeiland dan Ratu Fiona bertengkar hebat mempermasalahkan tentang hal itu selama beberapa jam.
Saat ayahnya mendengar kata-kata yang diucapkan oleh Zen, dia langsung darah tinggi. Lalu pada saat dia ingin memarahi Zen atas perbuatan yang dilakukan oleh Zen... entah dari mana datangnya suatu benda yang cukup besar terbang melayang dan langsung mengenai kepala Kaisar Zeiland. Dan karena benda itu cukup besar, ayahnya langsung pingsan setelah dijatuhi benda tersebut. Benda tersebut adalah sebuah vas bunga yang sudah usang karena tidak terpakai.
"Ah, kenapa jadinya seperti ini sih." Ucap Zen dengan meletakkan tangannya di dahinya
"Kalian berdua tolong panggilkan dokter, dan sisanya membawa ayahku ke kamarnya." Ucapnya yang membagi tugas untuk para prajurit disekitarnya.
Kemudian para prajurit pun berkata, "baik yang mulia pangeran."
Setelah itu mereka pun mengerjakan tugas yang diberikan oleh Zen.
"Sekarang aku harus menemui kepala pelayan yang bernama Sidrick itu terlebih dahulu sebelum menemui ibu. Karena aku ingin menanyakan apa saja yang terjadi setelah aku pergi ke sekolah tadi." Ucapnya.
Kemudian dia pergi menemui kepala pelayan tersebut. Sesampainya dia di tempat kediaman para pelayan, dia menanyakan kepada beberapa pelayan dimana keberadaan kepala pelayan Sidrick itu.
"Apa kalian tahu dimana kepala pelayan Sidrick?" Tanyanya kepada para pelayan.
Salah satu diantara mereka berkata dengan menundukkan kepalanya, "kepala pelayan sedang mengurus kekacauan tadi pagi. karena yang mulia kaisar dan yang mulia ratu bertengkar lagi. Karena pertengkaran itu sangat lama dan juga mereka berdua beberapa kali menghancurkan suatu barang. karena kekacauan itu terjadi di ruang tamu mungkin kepala pelayan ada disitu. Cuma itu yang saya tau yang mulia pangeran Zen."
Kemudian Zen berkata, "jadi begitu rupanya. Terima kasih banyak atas informasi tersebut."
"Iya, yang mulia pangeran Zen." Ucap pelayan tadi.
"Sekarang aku tidak perlu lagi menemui si kepala pelayan itu. Lebih baik aku bertemu ibu sekarang juga," setelah mengucapkan kata-kata itu, Zen kemudian langsung pergi untuk menemui ibunya.
Saat dia melintasi jalan taman miliknya untuk melihat-lihat apakah ibunya ada di sana atau tidak. Sesuatu hal pun terjadi,
dia bertabrakan dengan seorang gadis kecil yang seumuran dengannya. Wajah gadis kecil itu sangat cantik di tambah rambutnya yang berwarna putih keperak-perakan dan mata yang berwarna ungu itu menambah pesona gadis kecil tersebut.
Gubrak, " aduh!" ucap Zen sambil mengusap kepalanya yang kesakitan karena bertabrakan dengan kepala gadis itu.
Dan gadis itu juga berkata, "au." Setelah itu dia mengusap kepalanya.
Setelah sakit itu hilang. Zen langsung bertanya kepada gadis cantik tersebut.
"Siapa kau! Dan apa yang kau lakukan disini. Ini kan taman pribadi milikku, selain diriku hanya ayah dan ibuku yang boleh kesini dan tamu tidak diperbolehkan."
Gadis kecil tersebut langsung ketakutan saat dia melihat wajah Zen yang kesal. Dan dari arah kejauhan tampak terlihat dua orang anak laki-laki yang mendekati mereka.
"Leonel, coba lihat kearah taman yang di sana itu. Hilda ada di sana!" Ucap Daniel kepada kembarannya Leonel.
"Kau benar, ayo kita ke sana sebelum ibu tahu apa yang telah terjadi, karena jika ibu tau apa yang telah kita lakukan dia akan menghukum kita berdua." Sahut Leonel.
Kemudian mereka pun menghampiri Zen dan juga Hilda....
^^^Bersambung....^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments