Episode 16 { Hadiah ulang tahun yang tidak akan pernah dilupakan }

Hari-hari terus berlalu dan hari ulang tahun Zen tinggal satu hari lagi. Di pagi hari yang cerah....

"Ayah!, sampai kapan ayah tidur. Bukannya semalam ayah sudah berjanji untuk latihan pedang bareng dengan ku di pagi hari ini! Ayah bangun... bangun... bangun!" Teriak Zen tepat di telinga ayahnya.

Lalu kaisar Zeiland terbangun dan berkata pada Zen, "hoam... aku masih ngantuk, kenapa kau menggangu tidur ku terus sih, Fiona. Syuh, syuh, aku masih ingin tidur."

Setelah mengatakan itu dia kemudian melemparkan bantal dan guling kearah Zen Lalu dia meneruskan tidurnya lagi.

Duk, "Kenapa bantalnya harus kena muka ku sih, ayah! Kenapa kau tidur lagi. Hei yah, aku bukan ibu tapi Zen, Zen. Cepat bangun! Bukannya kau sudah berjanji untuk latihan pedang denganku hari ini." Ucapnya.

Kemudian datanglah ibunya. Setelah itu ibunya berkata pada Zen, "kau tau Zen, apa kau ingin aku membangunkan ayahmu. Katakan saja iya, nanti aku akan membangunnya."

"Ah, tidak usah. Biarkan saja dia tidur, lagi pula aku bisa latihan pedang dengan guruku, dah bu. Aku pergi dulu." Ucap Zen yang kemudian pergi dari kamar ayah dan ibunya.

Saat diperjalanan menuju tempat dia berlatih pedang, dia berkata, "haah... hampir saja, jika aku mengiyakan ucapan ibu tadi bisa-bisa nantinya mereka berdua bertengkar lagi. Aku tidak ingin melihat mereka berdua bertengkar lagi karena aku hanya ingin melihat mereka berdua akur seperti pasangan suami istri pada umumnya."

Sesampainya di sana....

"Loh, guru. Sejak kapan anda sudah tiba disini." Tanya Zen yang terkejut melihat gurunya yang datang lebih awal darinya.

"Aku baru saja datang, jadi bagaimana pangeran Zen, apa Kaisar Zeiland kali ini akan ikut?" Tanya gurunya balik padanya.

"Ah, dia masih tidur. Jadi, kali ini dia tidak ikut." Sahut Zen

"Ya sudah kalau begitu, persiapkan diri anda pangeran Zen." Ucap gurunya.

Setelah Zen sudah siap, gurunya tadi kemudian mengajarinya....

"Pegang pedang anda seperti ini, kemudian ayunkan ke arah patung kayu di depan anda itu." Ucap gurunya.

"Baik," Sahutnya.

Lalu dia mengayunkan pedangnya itu ke arah patung kayu itu, dengan mengayunkannya dari arah kiri, kanan dan juga atas selama lima belas menit. Tak, tak, tak.

"Bagus, anda sudah sangat berkembang. Istirahat selama lima menit lalu setelah itu targetmu kali ini adalah aku. Jika anda bisa mengayunkan pedang itu sampai mengenaiku, maka aku akan memberikan hadiah pedang asli pada anda pangeran Zen. Bagaimana anda tertarik?" Ucap gurunya.

"Tentu saja!" Sahutnya dengan semangat.

"Baiklah istirahat dulu baru kita mulai." Ucap gurunya.

Setelah selesai istirahat....

"Guru, aku sudah siap. Kapan kita mulai?" Tanya Zen pada gurunya itu.

"Sekarang juga, pegang pedangmu itu dengan benar, letakkan arah kakimu dengan benar kemudian ayunkan pedang itu ke arahku, Mengerti?"

"Baik." Sahutnya dengan melakukan seperti kata gurunya.

"Mulai! Serang aku sekarang juga." Ucap gurunya.

Kemudian Zen berlari ke arah gurunya itu dengan mengayunkan pedangnya dari arah kiri. Tapi sayang gurunya menghindar dan dia tidak berhasil mengenai gurunya. Setelah itu dia kemudian mengayunkan pedangnya dari arah kanan tetapi tetap tidak mengenai gurunya. Lalu dia meloncat dengan tinggi dan kemudian mengayunkan pedangnya dari atas ke arah gurunya, tapi lagi-lagi gagal. Dia terus mencoba dan mencoba tapi hasilnya sia-sia.

"Haah... haah... aku bahkan tidak mengenainya sama sakali. Haah... tubuhku lelah sekali." Ucap Zen yang kemudian terkapar dia tanah.

Kemudian gurunya mendekat ke arahnya. Sambil tersenyum ke arah Zen dia berkata, "jadi bagaimana pangeran apa anda sudah menyerah?"

"Ya... aku menyerah." Sahutnya.

"Latihan kita cukup sampai disini, nanti aku akan mengajarkan anda cara menghindar." ucap gurunya.

Setelah selesai, Zen langsung pergi ke istana dan sesampainya di sana dia pergi menuju kamarnya dan langsung berbaring di kasur.

"Wah... nikmat sekali rasanya," ucap Zen yang sedang berbaring di kasurnya.

"Zen, apa kau ada dikamarmu? Tadi ibu melihatmu sudah kembali dari tempat latihanmu, jika kau ada di dalam dan sedang tidak sibuk, bisa bantu ibu tidak?" Ucap ibunya dari luar kamarnya.

"Ya ampun, baru saja aku istirahat. Sudah ada yang menggangu." Gumam Zen.

"Iya, aku ada di kamar. Tunggu sebentar bu, aku akan keluar." Sahutnya.

Kemudian dia keluar menghampiri ibunya. Setelah itu dia bertanya pada ibunya, "Memangnya apa yang bisa ku bantu? Katakan saja, aku tidak sibuk kok."

"Es persediaan kita saat musim panas sudah mencair karena kepanasan, jadi bisakah kamu menyediakannya?" Sahut ibunya.

"Ibu kehausan ya rupanya, baiklah aku akan menyediakanya." Ucap Zen pada ibunya.

"Terimakasih banyak ya Zen." Sahut ibunya dengan senyum bahagia.

"Iya." Ucap Zen.

Padahal dalam hatinya, "dia mengganguku hanya untuk minum! Kenapa dia tidak minta sama ayah sih."

Setelah dia menyediakan Es untuk ibunya, dia pergi ke ruang kerja ayahnya.

"Ayah, apa siang ini kau sibuk? Jika kau tidak sibuk bisakah kau mengajari menggunakan kekuatanku." Tanya Zen saat dia berada di ruangan kerja ayahnya.

"Halo Pangeran Zen, anda harusnya mengerti kalau kaisar sibuk karena mempersiapkan acara ulang tahunmu besok. Jadi kali ini dia tidak bisa melatih mu." Ucap Perdana menteri Roan dengan tersenyum.

Kemudian Kaisar Zeiland melemparkan penanya Ke kepala Perdana menteri itu. Buk, "aduh, kenapa anda melemparkan pena itu ke kepalaku!, memangnya apa salahku?" Tanya Perdana menteri sambil mengusap kepalanya yang kesakitan.

"Aku tau kenapa kau tersenyum bodoh!, kau sangat bahagia karena aku hari ini tidak bisa meninggalkan pekerjaan ini semua padamu. Maaf Zen, kali ini ayah tidak bisa meninggalkan pekerjaan ini pada orang bodoh itu, karena bisa-bisa acara ulang tahunmu kacau. Dan aku juga minta maaf Zen, karena tidak latihan pedang denganmu." Ucap Kaisar Zeiland.

"Ya sudah kalau begitu." Sahut Zen.

Kemudian dia pergi kembali ke kamarnya dan langsung berbaring di kasurnya. Setelah itu dia pun tertidur pulas sampai malam hari karena kelelahan.

Pada saat dia baru bangun dari tidurnya itu, dia langsung pergi keluar kamarnya karena kelaparan. Saat dia mau ke ruang makan dia melihat ke arah kamar ayah dan ibunya yang pintunya terbuka, dia terkejut karena ayah dan ibunya memakai baju tidur.

Lalu dia masuk ke dalam kamar ayah dan ibunya itu dengan berkata, "loh, yah. Kok ayah dan ibu pakai baju tidur, memangnya ini sudah malam?"

"Iya, ini sudah hampir tengah malam. Kenapa kau keluar dari kamar mu?" Tanya ayahnya balik.

"Eh, sudah tengah malam! Bagaimana bisa aku tertidur selama itu." Sahut Zen yang kaget karena tertidur sampai tengah malam.

"Mana ku tau, jadi apa alasanmu keluar tengah malam begini?" Tanya ayahnya lagi.

"Alasannya adalah perut ku keroncongan." Sahut Zen.

"Bhahaha, aku baru ingat. Hari ini kau hanya makan satu kali." Ucap ayahnya yang sedang mengejek Zen.

Knok, knok, "Hai Kaisar Zeiland dan juga Ratu Fiona. Wah, wah, ada pangeran Zen juga ya," Ucap Duke Hans Calisto.

"Apa tujuanmu datang ke sini?" tanya kasar Zeiland pada Duke Hans Calisto.

"Haha, tenang saja. Aku kesini hanya untuk memberikan hadiah ulang tahun Zen dan karena Zen juga ada disini, aku akan memberikan hadiah itu sekarang." Sahut Duke Hans Calisto.

"Apa maksudmu memberikan hadiah pada Zen. Ulang tahun Zen kan besok, dan lagi kau juga tidak membawa hadiah. Memangnya apa yang akan kau berikan?" Tanya Ratu Fiona.

"Oh, jadi anda tidak sabar ya, yang mulia ratu. Oke aku akan memberikan hadiahnya sekarang juga, "Hell's fire of death, Explode. (api kematian yang berasal dari neraka, ledakkan)

Setelah mendengar kata-kata itu, kaisar Zeiland langsung mengucapkan, "Protective Shield from heaven, activate" (perisai pelindung dari surga, aktifkan)

Seusai Duke Hans Calisto mengucapkan kata-kata itu, terjadilah ledakan yang mengerikan. Dan ledakan itu bahkan membuat dinding kastil kerajaan hancur yang membuat Kaisar Zeiland beserta Zen dan juga Ratu fiona terpelanting sampai ke tanah. Tapi karena Kaisar Zeiland sempat mengaktifkan perisai pelindung, mereka bertiga tidak terluka parah, tapi hanya memar-memar karena terpelanting ke tanah.

"Apa-apaan kau Hans brengsek! Bisa-bisanya kau ingin membunuh kami bertiga." Teriak Kaisar Zeiland dari luar kastil kerajaan.

"Cih, rupanya kau sempat mengaktifkan perisai ya. Tapi seingatku kau hanya bisa menggunakan perisai itu dua kali dalam sehari. Sekarang pilih, kau ingin dirimu dan istrimu selamat atau Zen!" Sahutnya dari dalam kastil.

"Apa maksudmu." Ucap Kaisar Zeiland setelah mendengar kata-kata dari Duke. Kemudian Kaisar Zeiland memalingkan arahnya ke belakang dan melihat Zen berada jauh darinya.

"Zen!, apa kau bisa mendekat ke arah kami. Karena jika tidak, aku tidak akan bisa melindungi kita semua! Aku hanya bisa mengaktifkannya sekali lagi." Ucap Kaisar Zeiland kepada Zen.

"Iya Zen! Kau harus kesini sekarang juga. Jika tidak kau akan dalam bahaya." Sahut ibunya.

"A-aku tidak bisa berdiri, tubuhku lemas." Ucap Zen.

"Satu, dua, dua setengah." Ucap Duke Hans Calisto yang menghitung aba-aba peringatan kepada Kaisar Zeiland.

"Ya, sudah. Aku sudah memutuskannya Fiona, aku akan mentransfer perisai pelindung itu ke Zen. Itu pilihan terbaik kan?" Ucap Kaisar Zeiland kepada Ratu Fiona.

"Iya, yang terpenting itu adalah Zen." sahutnya.

"Protective Shield from heaven, activate." Ucap Kaisar Zeiland yang mengarahkan perisai pelindung itu ke arah Zen.

"Pilihan yang tepat. Baiklah akan ku mulai sekarang juga, "Fire of death, burn the place now!" (api kematian, bakar tempat itu sekarang!)

Seketika saja api abadi yang berwarna hitam membakar tempat dimana kaisar Zeiland dan juga ratu Fiona berada. Mereka berdua pun terbakar disaat mereka sedang menyelamatkan diri dengan membuat dinding es, tapi sayang es itu langsung mencair dan mereka pun tidak bisa selamat dari api itu.

Zen yang melihat kedua orangtuanya terbakar api langsung berteriak dan berusaha menghancur perisai pelindung yang berbentuk bulat mengelilinginya tetapi transparan, karena itulah Zen bisa melihat apa yang terjadi kepada ayah dan ibunya. Tapi sayang usahanya sia-sia.

Duak, buk, duk, " ayah! Ibu! Ku mohon tarik kembali perisai ini dan lindungi diri kalian! Ku mohon! Hiks, hiks." Teriaknya sambil berusaha menghancurkan perisai itu dan terus mengulang kata-katanya itu sambil menangis sampai sesuatu hal tidak terduga pun terjadi

^^^Bersambung....^^^

Episodes
1 Prolog
2 episode 1{ Kehebohan yang dibuat oleh bocah berumur satu tahun }
3 episode 2 { Jalan-jalan ke taman yang hangus terbakar dan tamu tak diundang }
4 Episode 3 { Kepanikan semua orang setelah mendengar suara ledakan }
5 Episode 4 { Pertengkaran antara kaisar dan raja yang disebabkan oleh Zen }
6 Episode 5 { Ulang tahun kedua Zen }
7 Episode 6 { Hadiah ulang tahun Zen }
8 Episode 7 { Menentukan pilihan, antara sekolah atau tidak }
9 Episode 8 { Persiapan hari pertama sekolah }
10 Episode 9{ Hari pertama sekolah bagi bocah berumur tiga tahun }
11 Episode 10 { Jawaban dari pertanyaan menjebak dan kekesalan Kaisar Zeiland }
12 Episode 11 { Kenakalan yang berujung apes }
13 Episode 12 { Kemunculan kekuatan baru }
14 Episode 13 { Kata-kata terlarang yang membuat nyawa bisa melayang }
15 Episode 14 { Keinginan bocah untuk loncat ke kelas akhir }
16 Episode 15 { Pendingin ruangan tanpa memerlukan kristal mana}
17 Episode 16 { Hadiah ulang tahun yang tidak akan pernah dilupakan }
18 Episode 17 { Pertemuan dengan roh yang penuh misteri }
19 Episode 18 { Cerita pertemuan Kaisar Note dengan Putri Lecia }
20 Episode 19 { Kenyataan pahit yang harus dilalui oleh bocah berumur enam tahun }
21 Episode 20 { Semangat yang membara untuk balas dendam }
22 Episode 21 { Percakapan tuan agung dengan seseorang di dalam bola kristal }
23 Episode 22 { Latihan pertama Zen }
24 Episode 23 { Terpesona karena otot perutnya bocah yang masih berumur enam tahun}
25 Episode 24 { Cerita asal-usul dari sebuah kutukan}
26 Episode 25 { Latihan tahap kedua Zen }
27 Episode 26 { Julukan Kaisar Diamond }
28 Episode 27 { Jalan-jalan mengelilingi kota }
29 Episode 28 { Perpisahan Zen dengan rakyat kota dan orang-orang disekitarnya }
30 Episode 29 { Pertemuan pertama dengan Putri Irene Evelina William Frencesco }
31 Episode 30 { Perkenalan Zen dengan Putri Irene Evelina William Frencesco }
32 Episode 31{ Alasan Zen terlihat bodoh saat berada di kekaisaran Diamond }
33 Episode 32 { Duel dengan Kaito }
34 Episode 33 { Amukan Zen yang hampir membuat Kaito tewas ditempat }
35 Episode 34 { bunuh diri? }
36 Episode 35 { Mata-mata }
37 Episode 36 { Memperlihatkan wajah aslinya }
38 Episode 37 { Duel dengan Pangeran Incelote }
39 Episode 38 { Penyesalan yang tidak berguna }
40 Episode 39 { Pembagian Tim }
41 Episode 40 { Zen hanya sampah dimata kebanyakan orang }
42 Episode 41 { Makan-makan }
43 Episode 42 { Di kejar anjing }
44 Episode 43 { Keanehan di Dangeon yang belum pernah terjadi }
45 Episode 44 { Pertarungan dengan monster }
46 Episode 45 { Hampir tiada }
47 Episode 46 { Di jenguk }
48 Episode 47 { Janji }
49 Episode 48 { Mengukur level kekuatan }
50 Episode 49 { Pertarungan Melawan Murid Yang Lemah Seperti Hama }
51 Episode 50 { Roti basi }
52 Episode 51 { Zen berubah menjadi anak kecil karena kalung Demoid }
53 Episode 52 { Perebutan hak mengasuh }
54 Episode 53 { Menjadi seorang bayi itu ternyata membosankan }
55 Episode 54 { Penculikan berujung maut }
56 Episode 55 { Kehancuran keluarga viscount}
57 Episode 56 { Rahasia Zen tentang jadi dirinya terbongkar }
58 Episode 57 { Pertunjukan yang menguras tenaga }
59 Episode 58 { Menyelesaikan misi }
60 Episode 59 { Menyelesaikan misi part dua }
61 Episode 60 { Hutan Terlarang }
62 Episode 61 { Kata-kata yang bikin kesabaran habis }
63 Episode 62 { Penjelasan }
64 Episode 63 { Masih cerita kehidupan Zen yang terdahulu }
65 Episode 64 { Kekerasan dan kebengisan Zen }
66 Episode 65 { Kembali ke cerita perkelahian Zen dengan Hilda }
Episodes

Updated 66 Episodes

1
Prolog
2
episode 1{ Kehebohan yang dibuat oleh bocah berumur satu tahun }
3
episode 2 { Jalan-jalan ke taman yang hangus terbakar dan tamu tak diundang }
4
Episode 3 { Kepanikan semua orang setelah mendengar suara ledakan }
5
Episode 4 { Pertengkaran antara kaisar dan raja yang disebabkan oleh Zen }
6
Episode 5 { Ulang tahun kedua Zen }
7
Episode 6 { Hadiah ulang tahun Zen }
8
Episode 7 { Menentukan pilihan, antara sekolah atau tidak }
9
Episode 8 { Persiapan hari pertama sekolah }
10
Episode 9{ Hari pertama sekolah bagi bocah berumur tiga tahun }
11
Episode 10 { Jawaban dari pertanyaan menjebak dan kekesalan Kaisar Zeiland }
12
Episode 11 { Kenakalan yang berujung apes }
13
Episode 12 { Kemunculan kekuatan baru }
14
Episode 13 { Kata-kata terlarang yang membuat nyawa bisa melayang }
15
Episode 14 { Keinginan bocah untuk loncat ke kelas akhir }
16
Episode 15 { Pendingin ruangan tanpa memerlukan kristal mana}
17
Episode 16 { Hadiah ulang tahun yang tidak akan pernah dilupakan }
18
Episode 17 { Pertemuan dengan roh yang penuh misteri }
19
Episode 18 { Cerita pertemuan Kaisar Note dengan Putri Lecia }
20
Episode 19 { Kenyataan pahit yang harus dilalui oleh bocah berumur enam tahun }
21
Episode 20 { Semangat yang membara untuk balas dendam }
22
Episode 21 { Percakapan tuan agung dengan seseorang di dalam bola kristal }
23
Episode 22 { Latihan pertama Zen }
24
Episode 23 { Terpesona karena otot perutnya bocah yang masih berumur enam tahun}
25
Episode 24 { Cerita asal-usul dari sebuah kutukan}
26
Episode 25 { Latihan tahap kedua Zen }
27
Episode 26 { Julukan Kaisar Diamond }
28
Episode 27 { Jalan-jalan mengelilingi kota }
29
Episode 28 { Perpisahan Zen dengan rakyat kota dan orang-orang disekitarnya }
30
Episode 29 { Pertemuan pertama dengan Putri Irene Evelina William Frencesco }
31
Episode 30 { Perkenalan Zen dengan Putri Irene Evelina William Frencesco }
32
Episode 31{ Alasan Zen terlihat bodoh saat berada di kekaisaran Diamond }
33
Episode 32 { Duel dengan Kaito }
34
Episode 33 { Amukan Zen yang hampir membuat Kaito tewas ditempat }
35
Episode 34 { bunuh diri? }
36
Episode 35 { Mata-mata }
37
Episode 36 { Memperlihatkan wajah aslinya }
38
Episode 37 { Duel dengan Pangeran Incelote }
39
Episode 38 { Penyesalan yang tidak berguna }
40
Episode 39 { Pembagian Tim }
41
Episode 40 { Zen hanya sampah dimata kebanyakan orang }
42
Episode 41 { Makan-makan }
43
Episode 42 { Di kejar anjing }
44
Episode 43 { Keanehan di Dangeon yang belum pernah terjadi }
45
Episode 44 { Pertarungan dengan monster }
46
Episode 45 { Hampir tiada }
47
Episode 46 { Di jenguk }
48
Episode 47 { Janji }
49
Episode 48 { Mengukur level kekuatan }
50
Episode 49 { Pertarungan Melawan Murid Yang Lemah Seperti Hama }
51
Episode 50 { Roti basi }
52
Episode 51 { Zen berubah menjadi anak kecil karena kalung Demoid }
53
Episode 52 { Perebutan hak mengasuh }
54
Episode 53 { Menjadi seorang bayi itu ternyata membosankan }
55
Episode 54 { Penculikan berujung maut }
56
Episode 55 { Kehancuran keluarga viscount}
57
Episode 56 { Rahasia Zen tentang jadi dirinya terbongkar }
58
Episode 57 { Pertunjukan yang menguras tenaga }
59
Episode 58 { Menyelesaikan misi }
60
Episode 59 { Menyelesaikan misi part dua }
61
Episode 60 { Hutan Terlarang }
62
Episode 61 { Kata-kata yang bikin kesabaran habis }
63
Episode 62 { Penjelasan }
64
Episode 63 { Masih cerita kehidupan Zen yang terdahulu }
65
Episode 64 { Kekerasan dan kebengisan Zen }
66
Episode 65 { Kembali ke cerita perkelahian Zen dengan Hilda }

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!