episode 2 { Jalan-jalan ke taman yang hangus terbakar dan tamu tak diundang }

Di tengah perjalanan menuju ke taman mereka berhenti, karena....

"Ma, ku udah elah alan aki. Endong ku arang uga." (mama, aku sudah lelah berjalan kaki. gendong aku sekarang juga) Ucap Zen kepada ibunya.

"Jadi anak kecilku yang imut dan tampan ini sudah lelah ya rupanya."

Kata ibunya sambil mencubit pipinya Zen.

Dengan ekspresi wajah yang kesal dan jengkel, Zen berkata, "dah ku ilang angan ubit piku agi!" (sudah aku bilang jangan cubit pipiku lagi)

"Ma-maafkan mama. Sini mama gendong." Sahut ibunya.

Dan sesampainya di taman....

"Ouahh, dah seali. Unganya uga angat anyak an arna arni." (whoaah, indah sekali. Bunganya juga sangat banyak dan berwarna warni) Ucap Zen.

"Indah sekali kan Zen." Kata ibunya sambil mengusap kepalanya.

"Emm," Kata Zen sambil menganggukkan kepalanya.

"Cihh, menurutku itu tidak indah dan malah sangat membosankan." Kata ayahnya sambil berpikir untuk membuat taman itu tidak membosankan lagi.

"Ahha, aku tahu harus berbuat apa untuk membuat taman ini tidak membosankan lagi." Ucap Kaisar Zeiland.

Kemudian kaisar baj**g*n yang bodoh itu mengeluarkan kekuatan api dan membakar semua bunga yang ada di taman itu.

"Indah sekali bukan?" Kata Kaisar Zeiland kepada Zen sambil tersenyum ke arah Zen.

"Emm, tu angat elin." (ya, itu sangat keren) Sahut Zen.

Tanpa disadari ayahnya, pemilik dari taman itu yaitu ibunya, marah besar dan kemudian menendang dan menginjak injak dirinya karena telah membakar semua bunga yang ada di taman

Bak, buk, gubraak, "ke-kenapa kau menendang dan menginjak injak diriku? tanya Kaisar Zeiland kepada istrinya.

Dia sangat kebingungan karena dia merasa tidak melakukan hal-hal yang membuat istrinya marah.

Dengan mata melotot dan amarah yang meledak ledak istrinya berkata, "Kenapa kau bilang! Harusnya aku yang bilang kenapa! Setelah kau menghancurkan taman indahku, haaah!"

Kemudian dia memeluk kaki istrinya sambil berkata, "Ma- maafkan aku. Akan ku kembalikan seperti semula nantinya taman ini, ku mohon ampuni aku."

Pertengkarannya itu pun terhenti karena pertanyaan dari Zen....

"Yah, agaiana alanya gal ku isa elualkan euatan sepelti yah adi?" (ayah bagaimana caranya agar aku bisa mengeluarkan kekuatan seperti ayah tadi) Tanya Zen Kepada ayahnya.

"Maksudmu mengeluarkan kekuatan seperti ini," Ucapnya, lalu dia Menunjukkan kekuatan api yang keluar dari tangannya kepada Zen.

"Emm," Kata Zen sambil menganggukkan kepalanya.

"Bagaimana ya, kau masih belum cukup umur untuk membangkitkan kekuatan yang ada didalam dirimu." Kata ayahnya sambil menggaruk kepalanya.

"U moon yah, ajalkan ku alang uga." (aku mohon ayah, ajarkan aku sekarang juga) Ucap Zen yang memohon dengan versi imut super cute.

"Ah ... kau tau Zen untuk membangkitkan kekuatan itu kau harus membaca dan memahami buku yang menjelaskan tentang cara-cara untuk membangkitkan kekuatan." Sahut Kaisar Zeiland.

"Alau egitu elikan adaku uku yang halus diaca tu!" (kalau begitu berikan padaku buku yang harus dibaca itu!) Ucap Zen.

Lalu ayahnya menggaruk garuk kepalanya sambil berkata, "kenapa bocah ini banyak tanya dan maunya sihh!"

"Itu semua kan salahmu sendiri, menunjukkan kekuatan kepada anakmu yang masih berumur satu tahun itu. Berikan saja bukunya padanya." Kata istrinya sambil tersenyum.

"Haaah... baiklah. Tapi buku itu terletak di perpustakaan kerajaan yang besar itu, cukup sulit untuk menemukannya." Sahut Kaisar Zeiland.

"Alau beitu, ita ke ana alang uga!" ( kalau begitu, kita ke sana sekarang juga) Ucap Zen.

Kemudian dia menarik tangan ayah dan ibunya agar pergi ke ruang perpustakaan kerajaan.

"Baiklah Zen kita akan pergi ke sana." Kata ibunya yang tersenyum ke arah Zen.

Sesampainya di depan pintu masuk perpustakaan kerajaan....

Ada dua prajurit penjaga ruang perpustakaan kerajaan berkata sambil membungkuk, "Semoga yang mulia kaisar dan yang mulia ratu di berkati oleh sang pencipta." Kemudian mereka membukakan pintu untuk mereka.

"Kalian duduk saja di sofa yang ada disini, biar aku yang mencari bukunya." Kata ayahnya kepada dia dan ibunya.

"Zen, apa mama boleh bertanya?" Tanya ibunya sambil menatap ke arahnya.

"Emm," Kata Zen pada ibunya sambil mengangguk.

"Sebenarnya apa alasan kamu sangat ingin membangkitkan kekuatan yang ada didalam dirimu?" Kata ibunya. Lalu ibunya bertanya lagi.

"Kalau mama pikir-pikir, keinginanmu untuk membangkitkan kekuatan itu bukan karena kau takjub akan kehebatannya. Benar bukan?"

"Emm," Katanya sambil menganggukkan kepalanya. Kemudian dia berkata lagi.

"Asan ku ngin isa angkit an euatan u alah, gal ku Isa indungi alian eldua." (alasan ku ingin bisa membangkitkan kekuatanku ialah, agar aku bisa melindungi kalian berdua) Katanya sambil tersenyum ke arah ibunya.

Sementara itu dari arah kejauhan....

Ayahnya berkata sambil menunjukkan sesuatu yang ditangannya, "Zen coba lihat apa yang ada di tangan ayah ini?"

"Oah, uku. Elikan adaku!"(wah, buku. Berikan padaku) Sahut Zen.

Kemudian ayahnya mendekat lalu memberikan buku itu pada Zen.

Lalu ayahnya bertanya pada ibunya dengan tangan kiri yang ada di atas kepalanya karena kebingungan dengan tingkah laku anaknya, "kau tau sayang, mengapa Zen ingin sekali akan buku itu, dia kan tidak biasa membacanya dan di dalamnya tidak ada gambar sama sekali tapi hanya ada tulisan yang sangat membosankan."

Kemudian istrinya menjawab, "aku juga tidak tau dan sama sekali tidak mengerti?"

"Bukanya kau itu adalah ibunya, bagaimana kau bisa tidak mengetahui perkembangannya!" Kata ayahnya dengan berteriak tepat di depan wajah ibunya.

Dengan amarah yang meledak-ledak ibunya berkata lalu menampar ayahnya dengan keras, "dasar brengsek!" plak.

"Kau juga ayahnya, mengapa kau juga tidak tau perkembangan anakmu haaah!" Tanya istrinya.

Lalu ayahnya berkata dengan nada suara yang tinggi dan mata melotot, "itu karena aku selalu sibuk dengan pekerjaan seorang Kaisar, kau pikir aku hanya bermain main!"

Dan pertengkaran antara dua benua pun terjadi....

Kemudian dari arah kejauhan tampak terlihat dua prajurit menghampiri mereka berdua, lalu salah satunya berkata dengan hormat dan menundukkan kepalanya, "yang mulia Kaisar dan yang mulia Ratu, maafkan atas kelancangan Saya karena memotong pembicaraan kalian, tapi ada hal penting yang harus kami sampaikan kepada yang mulia Kaisar dan yang mulia Ratu."

"Katakan saja sekarang!" Kata Kaisar Zeiland dengan tatapan mata yang dingin.

"Raja dari kerajaan Leopold Nesia beserta keluarganya sudah tiba dan mereka ada di depan gerbang istana." Sahut prajurit itu.

Dengan wajah yang kesal sambil menggertakan giginya, Kaisar Zeiland berkata, "si tua brengsek itu ternyata dia benar benar pergi ke sini!"

Kemudian Ratu Fiona memegang tangan Suaminya dan berkata, "ayo kita pergi ke sana untuk manyambut kedatangan mereka!"

"Untuk apa aku menyambut kedatangan si tua brengsek itu!" Kata Kaisar Zeiland, lalu dia mengoceh tidak karuan.

Setelah selesai mengoceh tidak karuan, istrinya kemudian menjewer telinganya dan berkata, "sebegitu sulitnya kah engkau menyambut kedatangannya?"

"A-aduh, lepaskan tanganmu dulu, rasanya telingaku hampir copot karena jeweranmu," Kata Kaisar Zeiland.

Lalu Ratu Fiona pun melepaskan tangannya dari telinga Kaisar Zeiland dan bertanya kepada Zen, "Zen ayo ikut mama menyambut tamu dari kerajaan Leopold Nesia dan kau bisa berteman dengan Putri mereka yang seumuran dengan mu."

Kemudian Zen menjawab, "ku isini ja, ku asih ngin aca uku." (aku disini saja, aku masih ingin membaca buku)

"Baiklah Zen kami pergi dulu, ya." Kata ibunya sambil melambaikan tangan ke arah Zen.

Kemudian ayahnya berkata dengan para prajurit dengan ekspresi dingin dan tatapan mata yang mengerikan, "perketat penjagaan di depan pintu masuk perpustakaan ini. Jika anakku sampai lecet sedikit saja, jangan harap besoknya kalian masih bernapas!"

Lalu dia memegang tangan istrinya dan kemudian pergi ke gerbang istana untuk menyambut kedatangan si raja brengsek itu. Sesampainya di sana....

Dengan ekspresi datar Kaisar Zeiland berkata, "selamat datang raja brengsek di kekaisaran ku, silahkan pergi dari sini sekarang juga!"

Setelah itu Ratu Fiona tersenyum mengerikan ke arah Kaisar Zeiland dan kemudian dia menginjak kaki Kaisar Zeiland dengan sangat keras dan berbisik, " perbaiki sikapmu! Jika tidak kau akan tidur diluar malam ini, mengerti!"

"Maafkan kata kataku tadi, selamat datang di kekaisaranku dan semoga kalian semua betah selama berada disini." Ucap Kaisar Zeiland Sambil membungkukkan badannya.

Lalu si raja brengsek itu menutup mulutnya dengan tangan kanannya karena ingin tertawa melihat sikap Kaisar yang berubah karena istrinya.

Dalam hati Kaisar Zeiland berkata, "dasar orang brengsek menjengkelkan, seandainya istriku tidak ada disini akan ku tebas lehernya!"

^^^Bersambung....^^^

Episodes
1 Prolog
2 episode 1{ Kehebohan yang dibuat oleh bocah berumur satu tahun }
3 episode 2 { Jalan-jalan ke taman yang hangus terbakar dan tamu tak diundang }
4 Episode 3 { Kepanikan semua orang setelah mendengar suara ledakan }
5 Episode 4 { Pertengkaran antara kaisar dan raja yang disebabkan oleh Zen }
6 Episode 5 { Ulang tahun kedua Zen }
7 Episode 6 { Hadiah ulang tahun Zen }
8 Episode 7 { Menentukan pilihan, antara sekolah atau tidak }
9 Episode 8 { Persiapan hari pertama sekolah }
10 Episode 9{ Hari pertama sekolah bagi bocah berumur tiga tahun }
11 Episode 10 { Jawaban dari pertanyaan menjebak dan kekesalan Kaisar Zeiland }
12 Episode 11 { Kenakalan yang berujung apes }
13 Episode 12 { Kemunculan kekuatan baru }
14 Episode 13 { Kata-kata terlarang yang membuat nyawa bisa melayang }
15 Episode 14 { Keinginan bocah untuk loncat ke kelas akhir }
16 Episode 15 { Pendingin ruangan tanpa memerlukan kristal mana}
17 Episode 16 { Hadiah ulang tahun yang tidak akan pernah dilupakan }
18 Episode 17 { Pertemuan dengan roh yang penuh misteri }
19 Episode 18 { Cerita pertemuan Kaisar Note dengan Putri Lecia }
20 Episode 19 { Kenyataan pahit yang harus dilalui oleh bocah berumur enam tahun }
21 Episode 20 { Semangat yang membara untuk balas dendam }
22 Episode 21 { Percakapan tuan agung dengan seseorang di dalam bola kristal }
23 Episode 22 { Latihan pertama Zen }
24 Episode 23 { Terpesona karena otot perutnya bocah yang masih berumur enam tahun}
25 Episode 24 { Cerita asal-usul dari sebuah kutukan}
26 Episode 25 { Latihan tahap kedua Zen }
27 Episode 26 { Julukan Kaisar Diamond }
28 Episode 27 { Jalan-jalan mengelilingi kota }
29 Episode 28 { Perpisahan Zen dengan rakyat kota dan orang-orang disekitarnya }
30 Episode 29 { Pertemuan pertama dengan Putri Irene Evelina William Frencesco }
31 Episode 30 { Perkenalan Zen dengan Putri Irene Evelina William Frencesco }
32 Episode 31{ Alasan Zen terlihat bodoh saat berada di kekaisaran Diamond }
33 Episode 32 { Duel dengan Kaito }
34 Episode 33 { Amukan Zen yang hampir membuat Kaito tewas ditempat }
35 Episode 34 { bunuh diri? }
36 Episode 35 { Mata-mata }
37 Episode 36 { Memperlihatkan wajah aslinya }
38 Episode 37 { Duel dengan Pangeran Incelote }
39 Episode 38 { Penyesalan yang tidak berguna }
40 Episode 39 { Pembagian Tim }
41 Episode 40 { Zen hanya sampah dimata kebanyakan orang }
42 Episode 41 { Makan-makan }
43 Episode 42 { Di kejar anjing }
44 Episode 43 { Keanehan di Dangeon yang belum pernah terjadi }
45 Episode 44 { Pertarungan dengan monster }
46 Episode 45 { Hampir tiada }
47 Episode 46 { Di jenguk }
48 Episode 47 { Janji }
49 Episode 48 { Mengukur level kekuatan }
50 Episode 49 { Pertarungan Melawan Murid Yang Lemah Seperti Hama }
51 Episode 50 { Roti basi }
52 Episode 51 { Zen berubah menjadi anak kecil karena kalung Demoid }
53 Episode 52 { Perebutan hak mengasuh }
54 Episode 53 { Menjadi seorang bayi itu ternyata membosankan }
55 Episode 54 { Penculikan berujung maut }
56 Episode 55 { Kehancuran keluarga viscount}
57 Episode 56 { Rahasia Zen tentang jadi dirinya terbongkar }
58 Episode 57 { Pertunjukan yang menguras tenaga }
59 Episode 58 { Menyelesaikan misi }
60 Episode 59 { Menyelesaikan misi part dua }
61 Episode 60 { Hutan Terlarang }
62 Episode 61 { Kata-kata yang bikin kesabaran habis }
63 Episode 62 { Penjelasan }
64 Episode 63 { Masih cerita kehidupan Zen yang terdahulu }
65 Episode 64 { Kekerasan dan kebengisan Zen }
66 Episode 65 { Kembali ke cerita perkelahian Zen dengan Hilda }
Episodes

Updated 66 Episodes

1
Prolog
2
episode 1{ Kehebohan yang dibuat oleh bocah berumur satu tahun }
3
episode 2 { Jalan-jalan ke taman yang hangus terbakar dan tamu tak diundang }
4
Episode 3 { Kepanikan semua orang setelah mendengar suara ledakan }
5
Episode 4 { Pertengkaran antara kaisar dan raja yang disebabkan oleh Zen }
6
Episode 5 { Ulang tahun kedua Zen }
7
Episode 6 { Hadiah ulang tahun Zen }
8
Episode 7 { Menentukan pilihan, antara sekolah atau tidak }
9
Episode 8 { Persiapan hari pertama sekolah }
10
Episode 9{ Hari pertama sekolah bagi bocah berumur tiga tahun }
11
Episode 10 { Jawaban dari pertanyaan menjebak dan kekesalan Kaisar Zeiland }
12
Episode 11 { Kenakalan yang berujung apes }
13
Episode 12 { Kemunculan kekuatan baru }
14
Episode 13 { Kata-kata terlarang yang membuat nyawa bisa melayang }
15
Episode 14 { Keinginan bocah untuk loncat ke kelas akhir }
16
Episode 15 { Pendingin ruangan tanpa memerlukan kristal mana}
17
Episode 16 { Hadiah ulang tahun yang tidak akan pernah dilupakan }
18
Episode 17 { Pertemuan dengan roh yang penuh misteri }
19
Episode 18 { Cerita pertemuan Kaisar Note dengan Putri Lecia }
20
Episode 19 { Kenyataan pahit yang harus dilalui oleh bocah berumur enam tahun }
21
Episode 20 { Semangat yang membara untuk balas dendam }
22
Episode 21 { Percakapan tuan agung dengan seseorang di dalam bola kristal }
23
Episode 22 { Latihan pertama Zen }
24
Episode 23 { Terpesona karena otot perutnya bocah yang masih berumur enam tahun}
25
Episode 24 { Cerita asal-usul dari sebuah kutukan}
26
Episode 25 { Latihan tahap kedua Zen }
27
Episode 26 { Julukan Kaisar Diamond }
28
Episode 27 { Jalan-jalan mengelilingi kota }
29
Episode 28 { Perpisahan Zen dengan rakyat kota dan orang-orang disekitarnya }
30
Episode 29 { Pertemuan pertama dengan Putri Irene Evelina William Frencesco }
31
Episode 30 { Perkenalan Zen dengan Putri Irene Evelina William Frencesco }
32
Episode 31{ Alasan Zen terlihat bodoh saat berada di kekaisaran Diamond }
33
Episode 32 { Duel dengan Kaito }
34
Episode 33 { Amukan Zen yang hampir membuat Kaito tewas ditempat }
35
Episode 34 { bunuh diri? }
36
Episode 35 { Mata-mata }
37
Episode 36 { Memperlihatkan wajah aslinya }
38
Episode 37 { Duel dengan Pangeran Incelote }
39
Episode 38 { Penyesalan yang tidak berguna }
40
Episode 39 { Pembagian Tim }
41
Episode 40 { Zen hanya sampah dimata kebanyakan orang }
42
Episode 41 { Makan-makan }
43
Episode 42 { Di kejar anjing }
44
Episode 43 { Keanehan di Dangeon yang belum pernah terjadi }
45
Episode 44 { Pertarungan dengan monster }
46
Episode 45 { Hampir tiada }
47
Episode 46 { Di jenguk }
48
Episode 47 { Janji }
49
Episode 48 { Mengukur level kekuatan }
50
Episode 49 { Pertarungan Melawan Murid Yang Lemah Seperti Hama }
51
Episode 50 { Roti basi }
52
Episode 51 { Zen berubah menjadi anak kecil karena kalung Demoid }
53
Episode 52 { Perebutan hak mengasuh }
54
Episode 53 { Menjadi seorang bayi itu ternyata membosankan }
55
Episode 54 { Penculikan berujung maut }
56
Episode 55 { Kehancuran keluarga viscount}
57
Episode 56 { Rahasia Zen tentang jadi dirinya terbongkar }
58
Episode 57 { Pertunjukan yang menguras tenaga }
59
Episode 58 { Menyelesaikan misi }
60
Episode 59 { Menyelesaikan misi part dua }
61
Episode 60 { Hutan Terlarang }
62
Episode 61 { Kata-kata yang bikin kesabaran habis }
63
Episode 62 { Penjelasan }
64
Episode 63 { Masih cerita kehidupan Zen yang terdahulu }
65
Episode 64 { Kekerasan dan kebengisan Zen }
66
Episode 65 { Kembali ke cerita perkelahian Zen dengan Hilda }

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!