Aku ini membawa jiwa Indonesia kemana-mana. Di mana pun tinggal, hatiku tetap membawa satu nama negeri yang utuh, Indonesia. Termasuk dalam urusan musik, masih memanggil jiwa dangdut sebagai musik khas Indonesia.
Banyak juga orang Indonesia yang tidak suka musik dangdut. Tidak ada yang salah, karena musik adalah persoalan selera. Menariknya, geng Estonesia yang kami bentuk ini, semuanya menyukai lagu dangdut. Itu kenapa, menunggu kedatangan mereka di apartemenku adalah hal yang menyenangkan. Apa yang lebih seru adalah karena ternyata menemukan Luky yang juga klik dengan teman-teman Indonesia ini. Mungkin karena Luky sudah beberapa kali datang ke Indonesia khususnya Bali. Ia biasanya stay disana beberapa bulan tiap kali berkunjung. Jadi gampang baginya berinteraksi dan mengerti budaya Indonesia. Dalam hal ini, Luky memenangkan hatiku dengan banyak cara. Karena orangnya memang gampang diajak bergaul.
"Mereka udah jalan belum?" tanya Luky saat aku sedang dandan.
"Alif & Mas Senar udah, yang lain belum gerak" jawabku yang masih sibuk menepuk-nepuk wajahku dengan spon bedak.
"Ok. Kenapa harus make up sih, kan acaranya cuma sedikit orang. Lagian di sini aja gak kemana-mana". Dia, seperti biasa, yang menanyakan segala aktivitas yang kulakukan. Suka ikut campurnya luar biasa.
"Emang kenapa kalau aku make up?" tanyaku dengan sikap menentang.
"Nggak pa-pa sih. Cuma kalau sering-sering dan terlalu banyak ya gak bagus aja untuk kulit wajahmu" layak expert gayanya berkomentar.
"Eh wajah-wajahku juga, biarinlah".
"Ya udah, aku cuma bilangin sih. Kebanyakan kimia tuh di wajah".
"Diam!". Aku melempar bantal ke arahnya.
"Btw yang datang cuma mereka berempat? Ada yang lain lagi gak?"
"Istrinya Mas Senar, Lessy ikutan".
"Oh yang perempuan Estonia ya? Pas lah kalau gitu".
"Pas apanya?".
"Aku mau bikin kocktail. Lagi ngitung orang aja".
Luky memang ahli dalam bikin Kocktail. Tak lain, karena salah satu pekerjaannya adalah sebagai Bartender. Dia ahli dalam meracik berbagai minuman terutama minuman beralkohol. Bertahun-tahun bergelut di dunia hospitality, itu yang membuat Luky terbiasa melayani orang-orang. Suka memasak dan menyiapkan ragam minuman. Pantas saja pagi-pagi sudah ke super market beli buah dan berbagai keperluan hari ini. Walau aku sudah bilang untuk tidak belanja banyak karena tim Estonesia akan belanja perlengkapan masak memasak hari ini.
Bel rumah kami berbunyi, pasti Alif, Mas Senar & Lessy.
"Luky, minta tolong bukakan pintu untuk mereka". Teriakku dari dalam kamar.
Luky berjalan ke pintu dan menekan tombol untuk membukakan pintu. Pintu gerbang bawah terdengar bunyi dan suara berisik memenuhi tangga. Khasnya Mas Senar, jika dia datang, pasti suara bicara nge bassnya dia dapat terdengar dari kejauhan.
"Hello! We are here!". Sapa Mas Senar ceria.
"Masuk mas".
"Selamat datang semua. Hi Lessy!" Aku memeluk dan mencium istrinya Mas Senar.
"Eh cuci tangan dulu semua. Baru dari luar kan?" Arahan Luky langsung diikuti semuanya. Ah dia memang tidak pernah lupa mengingatkan siapa saja untuk selalu cuci tangan. Mengingat Corona dan kita memang butuh berhati-hati.
"Mbak Dina & Mbak Melly baru mau jalan. Paling juga sejam-am lagi sampai," Mas Senar memberi update.
"Eh ini belanjaan perlu ditarok di kulkas dulu gak?" Tanyaku sambil mengobrak-abrik belanjaan yang baru saja dibawa mereka.
"Nggak usah. Aku juga nyicil aja dulu persiapan masak sambil nunggu mereka" Mas Senar langsung sigap mengambil pisau dan mangkok.
"Ok lah kalau begitu".
"Mas Senar mau kubantu?" Tanya Alif sambil menyingsingkan lengan bajunya. Alif memang suka membantu meski kenyataannya ia sendiri tidak bisa masak.
"Nggak usah. Kamu list lagu aja buat karauke". Kami kompak tertawa karena Alif seringnya memang mengusul lagu-lagu.
"Mau minum apa? Ada yang mau Kocktail? Kopi? Jus?" Luky mulai beraksi melayani tamu-tamu.
Masing-masing memilih minuman yang berbeda-beda dan Luky tidak keberatan dengan perbedaan sesuai selera tamu. Satu jam kemudian, rombongan kedua juga tiba. Mbak Melly dan Mbak Dina yang ikut membawa anaknya seperti biasa. Mereka menenteng beberapa botol minuman softdrink. Party akan segera dimulai. Sebagaimana biasanya dibuka dengan acara masak-masak, lalu makan bersama. Dilanjutkan cerita ceria dengan makanan penutup. 2 jam sebelum bubar adalah waktunya karauke dangdut.
"Lif, mana list karauke kita malam ini?" Mas Senar sudah tidar sabar rupanya.
"Wait. Mana tabletku? Tadi sudah ku list. Dari list pembukaan, pertengahan sampai penutupan," jelas Alif.
"Mana, sini coba ku cek," Mas Senar langsung mepet ke Alif ikut memeriksa.
Sebenarnya list lagu ini disepakati, karena pada sering lupa, setiap kali karauke selalu lupa mau nyanyi lagu apa. Mereka ini kreatif, jadi dibikin dulu, untuk lagu karauke pembukanya apa saja, nanti masing-masing pilih lagu pembuka. Lalu dilanjutkan dengan lagu puncak saat energi sedang hot dan goyangan masih heboh, baru ditutup dengan lagu-lagu slow.
Kami menyanyi seakan-akan kami semua memang biduan. Kenyataannya, suara-suara kami ini tidak semuanya layak masuk kategori penyanyi. Hanya Mas Senar saja yang memang sudah biasa tampil di acara-acara bermain musik dan juga bernyanyi. Mas Senar juga sering diundang oleh kedutaan untuk mengisi kegiatan.
Sementara kami heboh menyanyi dan menari, Luky & Lessy menemukan topik diskusi yang seru. Jadinya mereka hanya duduk di meja makan dan kelihatan begitu serius dalam mengobrol. Kami juga heboh penuh kegilaan dalam irama goyangan kami sendiri. Angel, anaknya Mbak Dina, meloncat-loncat bahagia meski tidak tau arti dari lagu yang kami nyanyikan.
Jika punya satu kelompok yang bikin fun dengan karauke dangdut bersama, meski jauh di negeri orang maka serasa di negeri sendiri. Di luar, udara boleh minus, salju boleh tumpah, namun di dalam hangat merayap meresap bersama kesayangan dalam irama dangdut.
"Lagu terakhir mau apa nih?" Mbak Melly memainkan remote sambil menunggu jawaban kami.
"Kemesraan?" Mbak Dina menunggu persetujuan.
"Bosen". Mas Senar langsung menjawab cepat.
"Udah, Gemu Fa Mi Re aja dua kali sebelum pulang" Alif menimpali.
"Yuk". Kataku dan ternyata disetujui.
Kami menari serentak tarian Gemu Fa Mire, lagu dari tanah Flores ini. Penuh tawa, hangat keringat dan rasa bahagia. Dingin winter telah menghilang bersama tarian kami. Waktu menunjukkan jam 10 malam, saatnya pulang. Seperti biasa yang terakhir pulang pasti Mas Senar, Alif & Lessy.
"Mau minum lagi gak?" Tanya Luky.
"Aku mau deh. Kocktail lagi ya?" Sahut Mas Senar.
"Lessy?" Luky melirik Lessy yang memperhatikan suaminya menambah kocktail.
"No for me, thank you. Kamu tau aku nyetir. Untuk laki berdua ini saja". Jawab Lessy.
"Aku juga gak, masih kenyang banget," sahut Alif.
"For me please, and strong one". Aku tersenyum Pada Luky.
Aku tahu, malam ini akan panjang untuk kami. Tak ingin melewatkan keseruan berikutnya bermain Durak bersama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments