Sebagaimana Idul Fitri, Natal menjadi ajang yang ditunggu oleh banyak orang. Meski aku tak merayakan natal, namun natal bukan sesuatu yang asing bagiku. Banyak teman-temanku merayakan natal, dan di rantau aku selalu berusaha menjadi keluarga yang baik bagi teman-temanku yang merayakannya. Aku tahu rasa rindu mereka pada keluarga dan tak bisa bersama saat natal tiba. Rasa rindu yang sama kupahami jika aku tak bisa bersama keluargaku saat Idul Fitri.
Hidup di perantauan telah menghadiahiku hati dalam bertoleransi. Bahwa cinta tidak mengenal sekat suku dan agama. Cinta adalah cinta. Bagaimana di Eropa? Khususnya di Estonia. Negara ini mayoritas penduduknya tidak memiliki agama. Lalu kenapa mereka merayakan natal? Karena natal adalah tradisi liburan di mana keluarga mereka berkumpul.
Saat yang ditunggu untuk saling memberi hadiah, saling mengunjungi dan memberikan cinta satu sama lain. Setahun sekali, semua orang berjuang untuk menyempatkan diri bergabung bersama keluarga besarnya. Natal telah melampaui tradisi agama bagi mereka. Tak lagi hanya dirayakan oleh umat kristiani atau katolik, namun juga oleh mereka yang tak memilih beragama sekalipun.
"Natal nanti seluruh keluarga akan kumpul. Kamu sudah pernah bertemu mereka tahun lalu. Namun ada yang belum pernah ketemu kamu. Kamu nggak pa-pa kan, nanti bakal rame di sini". Alin sebenarnya tak harus meminta izinku atau merasa tidak enak karena ini rumahnya. Namun, itulah dia, yang sering berkomunikasi secara terbuka.
"Tentu saja aku gak masalah. Aku senang ikut menikmati natal bersama" jawabku.
"Happy to hear that, besok kita ke hutan btw, mau cari pohon natal. Kamu mau ikut nggak?" ia bertanya lagi.
"Siapa yang mau melewatkan keseruan ini?" tanyaku balik. Karena aku tahu ini akan menjadi aktivitas yang seru.
"Cool. Kita perginya ke hutan dekat rumah kok. Gak jauh" katanya lagi.
"Tetap saja seru. Tapi sekarang salju lagi banyak banget ya" kataku sambil melihat ke jendela rumah. Jendela kaca yang transparan membuat kami dapat melihat halaman depan dan halaman belakang rumah langsung yang ditutupi salju.
"Iya, selutut mungkin kalau di hutan. Di halaman belakang kita juga bisa selutut kadang-kadang. Manu sering bantuin skop salju kalau udah terlalu bertumpuk di depan pintu" jawab Alin sambil menyeruput tehnya dan ikut berdiri di sampingku.
"Iya, aku ingat. Tahun lalu juga bisa sampai tinggi banget. Tiap buang sampah di belakang aku harus pakai boot kamu" haha jawabku.
"Pakai saja, aku punya beberapa. Kalau kamu pakai sepatu winter biasa ya basah kuyup usai itu" jawabnya sambil berlalu.
Sepatu bootnya memang sangat membantu. Tinggi selutut dan sangat melindungi. Aku hanya punya satu sepatu winter biasa yang tidak terlalu tinggi. Untung kaki kami ukurannya sama, bisa kupinjam punyanya.
Tak sabar menunggu besok, aku ingin menikmati petualangan mencari pohon natal bersama Alin, Manu & Hanno. Membawanya pulang ke rumah dan menghias pohon natal bersama. Oh aku ingat mungkin aku juga harus membeli beberapa hadiah, terutama untuk Manu.
***
Jam 8 pagi dan masih gelap. Inilah kondisi winter di negara ini. Jangan berharap melihat matahari sering-sering, jika pun ada hanya 2 atau 3 jam saja.
Pada saat itulah, mungkin merindukan Indonesia jauh lebih beralasan. Matahari dan nuansa hijau pepohonan yang begitu mudah ditemui di mana saja.
Bagaimana pun, Estonia adalah negara yang begitu indah. Aku selalu berusaha bangun dalam keadaan bersyukur. Karena pagi akan mengantarkan warna baru di setiap harinya. Termasuk pagi ini, yang sebentar lagi akan menyambut Natal.
Selama winter, suasana kelabu. Kebanyakan pohon-pohon telanjang tanpa dedaunan. Namun tidak terjadi pada pohon natal tentunya. Mereka spesial, tetap anggun dengan bentuknya dan hijau mempesona.
"Pastikan untuk memakai glove. Kamu selalu lupa pakai scarf. Ingat pakai scarf, kaos kaki. Nanti pakai jaketku saja, lebih tebal". Dia memang benar kakakku. Tak henti-hentinya mengingatkanku untuk memastikan beberapa hal ini tiap keluar rumah. Tentu saja, dingin akan menyiksaku pelan-pelan jika mengabaikannya.
Kami keluar rumah tepat tengah hari. Setelah satu jam di hutan akhirnya menemukan pohon natal yang sesuai. Hanno menebangnya dan kami memangkulnya pulang ke rumah.
"Mom, aku mau kita menggunakan hiasan seperti tahun lalu". Manu terlihat begitu bersemangat.
"Tentu saja sayang. Kita masih punya banyak dan tidak perlu beli yang baru" jawab Alin.
"Vashla, kamu punya permintaan khusus di natal kali ini?" Manu melihat ke arahku. Aku tahu dia menunggu jawaban.
Walaupun masih kecil, Manu selalu penasaran dan peka pada orang di sekelilingnya. Dia tak pernah absen melibatkanku dalam berbagai diskusi atau sekedar bertanya dengan Bahasa Inggrisnya yang tak lancar. Kadang dia mencampur Bahasa Inggris dan Estonia. Terdengar jauh lebih cute di telingaku.
"Oh, aku belum memikirkannya. Haruskah aku memintanya hari natal nanti?" aku bertanya.
"Kamu minta sekarang. Nanti akan dikabulkan di hari natal atau setelahnya" Manu begitu yakin dan percaya terkait permintaan di hari natal.
"Kamu minta apa?" Aku ingin tahu juga permohonannya.
"Aku buat 3 permohonan. Tapi rahasia, aku tidak mau kasih tau. Nanti saja kalau sudah dikabulkan" jawabnya.
"Ok, aku akan minta sesuatu kalau gitu. Rahasia....."kataku sambil meletakkan telunjuk di bibirku. Manu tertawa.
"Kasih tau kalau kamu sudah mendapatkannya ya?" pintanya.
"Ok my nunnu!" jawabku sambil membelai kepalanya.
Alin & Hanno tersenyum mendengar percakapan kami. Manu terlihat bahagia dan menikmati kebersamaan mencari pohon natal ini. Aku memikirkan perkataan Manu. Banyak orang mengajukan permohonan saat natal. Aku sudah mengajukannya saat di pesawat dan berharap itu saja dijawab. Jodoh.
Sebab natal tahun lalu pernah indah, saat K masih di sisiku. Setelah hubungan kami berakhir, aku terpuruk. Winter memberi warna yang begitu indah, disaat yang sama ada luka menganga di antara batinku yang belum sembuh. Itu kenapa aku ingin memulai hubungan baru. Sudah saatnya, menjemput keindahan dengan lelaki baru dalam hidupku. Setahun menangisinya, cukup sudah. Meski sesekali bayangan K, masih muncul.
Dear Vashla....setelah mempertimbangkan segalanya, hubungan kita harus berakhir disini......
Masih kuingat betul kata-kata dalam surat yang dituliskannya. Aku menangis seakan langit terbelah. Sama sekali tak kusiapkan diri, diputuskan dua hari menjelang valentine.
"Hayo ngelamun apaan?" Alin sudah berdiri di belakangku dengan teh hangat di tangannya.
"Biasa, melamunkan masa lalu," jawabku.
"Sudah satu tahun, sweetheart. Kamu layak berbahagia dan layak mendapatkan cinta yang baru. Mungkin orangnya akan segera tiba" Aku tahu Alin mencoba menghibur.
"Kamu seperti mentorku yang menggunakan kalimat yang sama, tiap kali bicara mengenai jodoh" kataku sambil kembali menyeruput tehku.
"Sana yuk, duduk di sofa" ajaknya.
Aku duduk di sampingnya. Sofa keluarga yang nyaman untuk kami semua kalau sudah berkumpul. Aku suka karena dari ruang tamu ini, selalu dapat melihat halaman belakang rumah. Ayunan warna merah yang kadang sering kami duduki dan berayun ria meski musim dingin. Kadang es memenuhi tempat duduknya yang terbuat dari plastik itu dan diikat dengan kedua rantai besi di kiri dan kanannya.
Pohon Apel ada di dekat Ayunan, beberapa pohonnya yang kini telanjang tanpa daun. Juga pohon Cherry, Berry dan beberapa Mawar yang tak berbunga. Rumputnya menghijau jika sedang tak ditutupi salju.
"Masih tentang K?" Hanno ikut membawa tehnya dan duduk bersama kami.
K, ceritanya masih sering hadir. Meski episodenya sudah tamat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Hania Putri Bangsa
oh vashla.
semangat vashla, yakin bs melupakan masalalu
2021-05-29
1