Bab 3 Aku Di Antara Vavan & Luky

Sebagaimana perjalanan keluar negeri yang sering kulakukan dan Vavan seringnya mengantarku, pun sama kali ini. Ia tak mau melewatkan kesempatan ini karena untuk pertama kalinya aku pergi dalam waktu yang lama.

Aku beruntung memilikinya di sisiku yang kadang berperan seperti petugas bandara dan seringnya mengecek semua dokumen sebelum bepergian. Terlihat cerewet, namun kecerewetannya beralasan.

Dia jauh lebih teliti dariku. Selalu memastikan dokumen, barang yang harus di packing di tas tenteng, list obat yang harus dibawa, minuman dan makanan, serta berbagai list barang kebutuhan lainnya.

"Semua udah masuk koper?" tanyanya sambil menutup bagasi mobil.

"Sudah, cuma satu yang belum" jawabku.

"Ayam Gepuk" ledeknya.

Kami berdua tertawa karena sama-sama tahu. Tepat seperti yang diterkanya dan memang tidak berencana membeli Ayam Gepuk. Mobil Vavan melaju keluar dari area apartement yang kutinggali.

Aku memandang sekali lagi gedung tinggi yang selama ini sudah menjadi tempat tinggalku ini. Lantai 17, di Tower inilah kami menciptakan banyak kenangan persahabatan, yang tak akan pernah kulupakan.

Jogging di malam hari yang biasanya kami lakukan, karena malas bangun pagi. Ada taman di Grand Floor yang mengitari kolam renang yang besar, ada fasilitas gym juga. Itu yang membuat aku memilih tempat ini, salah satunya.

Berkumpul, jogging, berenang atau piknik di taman adalah hal yang rutin kami lakukan sambil cuci mata lihat cowok-cowok yang biasanya juga olahraga sore hari di sana. Hanya berlaku bagi kami-kami tentunya, Vavan lebih memilih Gym biasanya. Aku pasti akan merindukan semua aktivitas ini, apalagi hangatnya matahari.

"Tumben nih gak macet" Vavan mulai memutar musik sambil tetap konsentrasi dengan kemudinya.

"Iya nih, semoga dewi keberuntungan ini mengikuti kita terus. Sampai di bandara dengan selamat, kamu pulang lagi juga semua lancar. Proses ****check in**** dan dokumenku juga lancar jaya menembus semua imigrasi, amin".

"Amin!" Vavan mengucapnya dengan suara besar menandingi musik di mobilnya.

Hanya butuh 1 jam, kami tiba di bandara Soekarnoe Hatta. Jalanan Jakarta yang sedang tidak terlalu macet telah memberikan kelancaran ini. Masih ada banyak waktu dan aku juga tidak perlu buru-buru. Ini yang kusuka, tiap bepergian punya cukup waktu untuk check in dan masih bisa bersantai menikmati segelas kopi sebelum masuk pesawat.

Vavan menggenggam tanganku dan kami berjalan bersama dari area parkir mobil ke terminal keberangkatan. Hal yang biasa kami lakukan ketika berjalan. Orang seringnya mengira kami adalah pasangan.

Bagi kami itu hanyalah kebiasaan dalam mengekspresikan kedekatan hubungan pertemanan kami. Dia memelukku dan menghela nafas panjang. Tak ditunjukkannya air mata, ia selalu tersenyum dan menenangkan dengan pandangan teduhnya.

"Call me anytime. Jangan kencan sembarang orang" pesannya yang disambut tawaku. Dia tahu semua jenis laki-laki yang pernah kukencani.

"Jangan pernah berani kirim aku foto saat kalian makan Gepuk" Ancamku yang disambut gelak tawanya.

Aku memeluk erat tubuhnya. Aku tahu rindu akan segera menyergapku saat tiba di Estonia nanti. Kami saling melambai, aku mempersiapkan segala dokumen untuk check in. Dia kembali berjalan menuju area parkir.

"Vashla!" ia berteriak dari jauh. Aku berpaling ke arahnya. Ia berlari ke arahku, memelukku dengan nafasnya yang memburu.

"I will miss you" bisiknya lirih. Duh hatiku berdentum kencang. Seperti drama-drama di TV.

"I will miss you too" kataku. Setelah itu, kami benar-benar berpisah karena aku harus check in.

***

Setelah 10 jam lebih duduk di pesawat, aku kembali menginjakkan kakiku di bandara Ataturk, Istanbul. Ini salah satu bandara favoritku. Selalu senang tiap kali transit di sini, walau sering punya masalah dengan internet di bandaranya. Namun, aku menyukai semua fasilitas lain yang mereka punya.

Aku sudah sering menghabiskan jam-jam di sini dengan membaca buku dan bekerja. Aku tukang kerja, jadi lokasi di mana aku berada sama sekali tidak mempengaruhi kerjaku, selama ada internet. Jika sedang tidak ada internet, seringnya aku mengerjakan beberapa pekerjaan secara offline.

Kopi panas, sandwich dan desert seringnya menemaniku di bandara ini. Itu sudah cukup menyenangkan bagiku. Ada banyak pilihan cafe yang menawarkan kenyamanan bagi pelanggannya. Namun jika tidak nongkrong di cafe sekalipun, bandara ini menyediakan banyak tempat duduk dan meja yang juga nyaman jika ingin bekerja.

Kubuka whatsapp untuk mengecek beberapa chat dan juga group yang seringnya begitu ribut. Lumayan mengusir rasa sepi di antara keramaian manusia yang sedang bepergian.

"Hey, how are you? You arrived?" kupandangi pesannya dengan senyuman mengembang di bibirku. Luky, lelaki favoritku. Ia seperti biasa rutin mengecek keadaanku.

Lelaki ini, teman virtualku. Sudah tiga tahun kami berteman dan merayakan kehangatan dalam berbagai percakapan. Kami hanya bertemu sekali di Bali, dalam sebuah malam tanpa sengaja.

Di Pantai Sanur, bersama teman-teman Baliku, dia di sana malam itu. Salah satu temanku mengenalkan lelaki bule pada kami semua. Sederhana dan sangat biasa, namun bertumbuh menjadi hubungan jarak jauh yang luar biasa setelah itu.

Luky sering menelpon sejak itu, kami bercerita tentang apa saja. Tak terlepas topik cinta. Setiap kali dia punya pacar baru, sampai dia putus, aku merasa menjadi saksi hubungannya itu, meski hanya lewat layar.

Dia juga mendapatkan cerita yang sama dariku, termasuk mendapat update tentang keberadaanku. Sebagaimana Vavan, Luky menjadi teman dekatku yang telah diuji oleh tahun-tahun yang berlalu.

Luky dan Vavan tidak pernah bertemu, namun terkadang mereka mengobrol satu sama lain. Akulah yang menghubungkan mereka berdua. Menariknya, mereka juga menemukan kecocokan dalam berdiskusi, sehingga ikut kecipratan jaringan pertemanan jarak jauh ini.

Luky di New Zealand sekarang, ia sedang menikmati working holiday visa yang didapatkannya. Sementara dia sendiri adalah warga negara Jerman. Sebagaimana aku, Luky suka merantau dan berpindah-pindah negara. Itu juga yang membuat kami sulit untuk bertemu meski sudah beberapa kali berusaha.

Sejak berpisah dari Bali, kami tidak lagi bertemu secara fisik. Persahabatan memang begitu, terkadang kita bisa merasa dekat pada orang yang hanya bertemu sekali, dan bisa menjadi asing pada orang yang bertemu begitu sering.

"Sitting at airport, waiting for the next flight. Want to call?" balasku.

Hanya dalam hitungan menit, telephone darinya berdering. Untuk beberapa saat, aku masuk dalam dimensi dunia kami sendiri meski dipenuhi oleh keramaian di bandara Turki. Aku bahagia berada di antara dua lelaki ini, Vavan dan Luky. Garis-garis kenyamanan telah membawa banyak kebahagiaan dalam hidupku semenjak mereka hadir.

Luky mulai cerita seperti biasa dari pekerjaan serabutan yang dikerjakannya di New Zealand. Mulai bekerja di pelabuhan, di perkebunan dan di pertanian serta di peternakan. Kudengar kisahnya dengan bahagia karena ia juga menuturkannya dengan bahagia.

Betapa ia menikmati alam indah New Zealand di dekat lokasi di mana film Lord of the Ring diciptakan. Dia menggambarkan suasana alam di sana yang mengagumkan. Terlihat memang, dia adalah pencinta kehidupan yang dekat dengan alam, terutama jika ia bisa tinggal di hutan untuk beberapa waltu, itulah kehidupan yang diidam-idamkannya.

Vavan pencinta kehidupan perkotaan, bekerja di perusahaan-perusahaan besar di Jakarta. Ia biasanya mengambil pekerjaan di bagian marketing. Kedua mereka adalah petualang, yang satu berpetualang di alam, yang satu selalu berusaha memenangkan pekerjaan dengan jabatan bagus di perusahaan-perusahaan di kota. Sementara aku penyuka keduanya. Sebagaimana menyukai mereka berdua.

Terpopuler

Comments

Hania Putri Bangsa

Hania Putri Bangsa

ngebayangin punya bnyak temen dr berbagai penjuru daerah Indonesia dan negara dunia... pasti seneng bnget bs berbagi berbagai cerita

2021-05-29

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Ketika Estonia Memanggilku
2 Bab 2 Selamat Tinggal Ayam Gepuk
3 Bab 3 Aku Di Antara Vavan & Luky
4 Bab 4 Permohonan Di Langit Istanbul
5 Bab 5 Hello Winter! Aku Kembali
6 Keluarga Estoniaku
7 Telliskivi Area
8 Natal & Permohonan Jodoh
9 Tahun Baru, Mungkinkah Pacar Baru?
10 Ketika Allan Datang
11 Virus & Rindu Ayam Gepuk
12 Kedatangan Luky
13 Estonesia Family
14 Tentang Law of Attraction
15 Luky is Here
16 Badai Corona & Permainan Durak
17 E-Democracy Class
18 Rasa Cemburu Allan
19 Waktunya Karauke Dangdut
20 Hari Valentine Di Tallinn
21 Saat Raguku Muncul
22 Allan Atau Luky
23 Corona & Rasis yang Terjadi
24 Bukan Cinta Atau Seks
25 3 Jenis Cinta
26 Kadar Cinta
27 Tentang Surat Di Pesawat
28 Allan untuk Terakhir Kalinya
29 Kemarahan Luky
30 Mari Sembuhkan Luka yang Menganga
31 Palo Santo & Dream Catcher
32 Winter Penyembuhan
33 Panggilan Keluarga
34 Corona, Agama dan Cinta
35 Ganti Kenangan Mantan
36 Berdamai Dengan Kenangan K
37 Berdamai Dengan Kenangan Allan
38 Gereja Di Tallinn dan Helsinki
39 Farewell Sementara
40 Leaving on the Jet Plan
41 Baju Silky Cashmere Di Bandara
42 Istanbul & Rindu yang Memanggil
43 Corona & Batalnya Penerbangan
44 Lelaki Aljazair
45 Emosi Di Bandara Istanbul
46 Reuni Geng Gepuk
47 Menyambut Lockdown
48 Tangis & Jebakan Corona
49 Cinta Di Antara Lockdown
50 Love is not Tourism
51 Mawar Merah Di Lobby
52 Saat Sutra Buddhis dan Ayat Quran Beriringan
53 Gelombang Pertengkaran
54 Ketika Mantannya Kembali
55 Benarkah Hatiku Pada Vavan
56 Genk Gepuk yang Tercerai
57 I Just Need You Know
58 Kembali Pada Cinta
59 Love is Essential
60 Lamaran Dari Jerman
61 Tunangan Di Antara Jakarta & Jerman
62 Sweetheart Visa
63 Kukejar Cintaku Ke Turki
Episodes

Updated 63 Episodes

1
Bab 1 Ketika Estonia Memanggilku
2
Bab 2 Selamat Tinggal Ayam Gepuk
3
Bab 3 Aku Di Antara Vavan & Luky
4
Bab 4 Permohonan Di Langit Istanbul
5
Bab 5 Hello Winter! Aku Kembali
6
Keluarga Estoniaku
7
Telliskivi Area
8
Natal & Permohonan Jodoh
9
Tahun Baru, Mungkinkah Pacar Baru?
10
Ketika Allan Datang
11
Virus & Rindu Ayam Gepuk
12
Kedatangan Luky
13
Estonesia Family
14
Tentang Law of Attraction
15
Luky is Here
16
Badai Corona & Permainan Durak
17
E-Democracy Class
18
Rasa Cemburu Allan
19
Waktunya Karauke Dangdut
20
Hari Valentine Di Tallinn
21
Saat Raguku Muncul
22
Allan Atau Luky
23
Corona & Rasis yang Terjadi
24
Bukan Cinta Atau Seks
25
3 Jenis Cinta
26
Kadar Cinta
27
Tentang Surat Di Pesawat
28
Allan untuk Terakhir Kalinya
29
Kemarahan Luky
30
Mari Sembuhkan Luka yang Menganga
31
Palo Santo & Dream Catcher
32
Winter Penyembuhan
33
Panggilan Keluarga
34
Corona, Agama dan Cinta
35
Ganti Kenangan Mantan
36
Berdamai Dengan Kenangan K
37
Berdamai Dengan Kenangan Allan
38
Gereja Di Tallinn dan Helsinki
39
Farewell Sementara
40
Leaving on the Jet Plan
41
Baju Silky Cashmere Di Bandara
42
Istanbul & Rindu yang Memanggil
43
Corona & Batalnya Penerbangan
44
Lelaki Aljazair
45
Emosi Di Bandara Istanbul
46
Reuni Geng Gepuk
47
Menyambut Lockdown
48
Tangis & Jebakan Corona
49
Cinta Di Antara Lockdown
50
Love is not Tourism
51
Mawar Merah Di Lobby
52
Saat Sutra Buddhis dan Ayat Quran Beriringan
53
Gelombang Pertengkaran
54
Ketika Mantannya Kembali
55
Benarkah Hatiku Pada Vavan
56
Genk Gepuk yang Tercerai
57
I Just Need You Know
58
Kembali Pada Cinta
59
Love is Essential
60
Lamaran Dari Jerman
61
Tunangan Di Antara Jakarta & Jerman
62
Sweetheart Visa
63
Kukejar Cintaku Ke Turki

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!