Gibran tertidur dengan wajah tenangnya, ia sesekali mengubah posisinya. Sama halnya dengan Kirei, ia sangat menikmati tidurnya.
****
Wajah tenang Gibran seketika berubah menjadi gusar, keringat bercucuran membasahi wajahnya.
"Kayla, kamu kemana saja?" Gibran melihat wanita yang dirindukannya kini berada di hadapannya.
"Aku ada di dekatmu Gib, kau tidak usah mengkhawatirkan ku."
"Bagaimana aku tidak mengkhawatirkanmu Kay, kau pergi tepat di hari pernikahan kita," Gibran sedikit meninggikan suaranya.
"Ini keputusan yang sudah aku pikirkan matang-matang Gib, aku harap kau bisa menerimanya."
"Tidak, aku tidak mencintai Kirei, aku hanya mencintaimu Kay!" Gibran memeluk Kayla sangat erat.
"Aku juga mencintaimu Gibran, sangat mencintaimu."
Kayla melepaskan pelukannya ia menatap lekat Gibran, tubuhnya mulai menjauh dari Gibran, semakin jauh bahkan bayangannya mulai menghilang.
"KAYLA!"
***
Gibran terbangun dari tidur, nafasnya terengah-engah, keringat semakin membanjiri dadanya.
"Hanya mimpi."
Gibran mengusap kasar wajahnya, memijit pelan keningnya.
Di sisi lain, Kirei yang mendengar teriakan Gibran hanya diam terpaku, matanya terbuka tapi Kirei tak merubah posisinya.
"Gibran sangat mencintai Kayla, sampai terbawa mimpi seperti itu."
Kirei menghela nafasnya pelan, ia merasa menjadi wanita kejam memisahkan dua orang yang saling mencintai.
"Kau dimana Kay? tolong kembalilah ! bahkan kau sampai memblokir nomorku," batin Kirei.
****
Pagi-pagi sekali Kirei sudah berkutat didapur, ia berniat untuk membuat sarapan.
Aroma yang berasal dari nasi goreng itu menyeruak ke setiap penjuru ruangan, bahkan sampai memenuhi rongga penciuman Gibran yang baru saja bangun dari tidurnya.
"Wangi sekali."
Gibran bangkit dari tidurnya, ia menyeret kakinya menuju asal bau itu.
"Oh, kau sudah bangun?" tanya Kirei saat melihat Gibran berdiri di depan pintu dapur.
"Hem."
"Kau mau mencoba masakan ku?" tanya Kirei sambil menata nasi goreng di atas meja.
"Iya."
"Baiklah, duduk disini!" pinta Kirei sembari menarik kursi yang akan di duduki oleh Gibran.
Gibran berjalan menuju kursi yang ditunjukan oleh Kirei, dengan sikap dinginnya.
"Aku ambilkan yah," Kirei hendak mengambilkan nasi, namun tangannya segera ditepis oleh Gibran.
"Aku bisa sendiri, kau tidak usah melayaniku!" Gibran mengambil nasi goreng dan meletakan di piringnya.
"Aku istrimu!" sahut Kirei, kini nadanya sedikit naik sampai membuat Gibran menatap tajam padanya.
"Hanya istri pengganti, dan setelah Kayla kembali kau bisa kembali pada kehidupan asalmu. Dan satu hal lagi mungkin ini kabar baik untukmu, selama kau berstatus menjadi istriku, aku akan memberikanmu nafkah berupa uang bulanan untuk mencukupi kebutuhan sehari-harimu." tutur Gibran dengan nada yang sangat tidak ramah.
"Kalau saja kau mau berteman denganku, mungkin kita bisa mencari Kayla bersama-sama," sahut Kirei.
"Apa? Berteman? Dan apa kau bilang tadi, kau akan mencari Kayla? Bahkan kau orang yang paling diuntungkan dalam situasi ini!" Gibran mendekatkan tubuhnya pada Kirei, ia berbicara sembari menunjuk wajah Kirei.
"Kenapa kau sangat membenciku? Apa salahku padamu?" Kirei mulai terisak.
Gibran menatap mata Kirei yang mulai basah, ia mengikuti arah jatuh air mata Kirei.
"Kenapa dia menangis?" Gibran memalingkan wajahnya, lalu mengusapnya dengan kasar.
"Apa aku sangat tidak diharapkan oleh siapapun? Apa aku tidak pantas mendapatkan kasih sayang dari orang disekitarku? Aku tidak pernah bermaksud melukai atau merebut kebahagiaan siapapun, aku hanya ingin hidup tenang, aku tidak ingin berada di situasi seperti ini, hikss."
Gibran hanya mematung melihat Kirei yang sudah berderai air mata, ia merasa tidak enak hati sudah berkata kasar pada Kirei.
Kirei melihat ke arah washtuffle, ia melihat sebuah pisau disana dan segera mengambilnya.
"Ini! Bunuh saja aku sekalian!" Kirei menyodorkan pisau itu pada Gibran.
"Apa-apaan kau ini?" Gibran terkejut dengan apa yang Kirei lakukan.
"Ambil! akan lebih baik kalau aku tidak pernah ada di dunia ini! Aku tidak pernah diinginkan oleh siapapun, bahkan orang tuaku sekalipun."
Kirei mengarahkan pisau itu pada pergelangan tangannya, dan sreeettttttt.
Tes.
Darah segar mengalir di pergelangan tangan Kirei, Gibran dengan sigap menahan tubuh Kirei yang sudah kehilangan kesadarannya.
"Kirei!" teriak Gibran.
Gibran terus menepuk-nepuk pipi istrinya, ia juga menutup luka Kirei dengan tangannya.
***
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
🇮🇩Imelda🇰🇷
kirei bodoh
2022-10-04
0
Isrotin Setia
semangat untuk hidup yang lebih baik kirei💪💪💪💪
2022-02-19
0
Ayudhiapink
bunuh diri y kurang Hot
2021-12-05
0