Beberapa kali Kayla menghubungi Gibran, tapi tak ada jawaban.
"Kemana Dia? Apa yang Dia lakukan sehingga tak mengangkat telepon dariku?" Kayla mencoba mengirim pesan pada Gibran.
"Sayang, kau sedang apa? Kenapa telponku tidak di jawab? Apa kau sibuk? Ada yang ingin aku bicarakan padamu." ___Kayla
***
Di kampus.
"Berapa lama lagi Kau wisuda?" Tanya Gibran, matanya menelisik perempuan yang sekarang ada di hadapannya.
"Sekitar beberapa bulan lagi, Pak." Kirei menundukkan pandangannya, Dia meremas tangannya, takut akan Gibran mempersulit kelulusannya.
"Kenapa Kau selalu berbicara tidak sopan padaku?" Teriak Gibran pada Kirei.
"Karena, Kau juga tidak bersikap baik padaku, Pak!" Kata-kata itu pun meluncur dari mulut Kirei yang sedari tadi ia tahan. Ia merasakan bibirnya bergetar, sekarang pria dihadapannya semakin geram padanya.
"Segeralah Kau wisuda, Aku tidak ingin ada mahasiswi yang tidak memiliki sopan santun berkeliaran di kampusku!" Gibran menatap tajam pada Kirei.
Flashback On.
Bruukkk!!
"Aduh!" Kirei meringis kesakitan saat tubuhnya tersungkur.
"Sialan! Kenapa Kau jalan tidak pakai mat..."
Seketika mata Kirei terbelalak melihat siapa yang bertubrukan dengannya.
"Sialan? Kau menyebutku, sialan?" Gibran setengah berteriak membentak Kirei, ia tidak menerima kata-kata kasar yang ia dapatkan dari wanita ini.
"Ikut, Aku!" Gibran berjalan mendahului Kirei.
Flashback Off.
***
Di ruangannya, Gibran tengah memeriksa beberapa dokumen tentang identitas para calon mahasiswa dan mahasiswi baru, dan Dia teringat seharian ini dia tidak menghubungi Kayla. Gibran merogoh ponselnya yang ada di saku celana.
"Wah banyak sekali miss call, dan pesan apa ini?" Ucap batin Gibran, ia seger membuka pesan dari Kayla.
"Apa yang akan dibicarakan oleh Kayla?" Gibran bergumam dan berniat membalas pesan dari Kayla.
"Sayang, maaf. Ada hal yang harus aku selesaikan tadi. Maaf aku tidak mengangkat teleponmu. Oh iya, ada hal penting apa yang ingin kau bicarakan?" __Gibran.
***
Pesan pun diterima Kayla, dan ia segera membalasnya.
"Sayang, bisa kita bertemu? sekarang Aku ada di Cafe dekat komplek rumahku."__Kayla.
"Baiklah. Sayang, Aku akan menemuimu, tunggu! Aku janji tidak akan lama," __Gibran.
Gibran beranjak dari meja kerjanya dia segera pergi menemui Kayla, dan dia tidak ingin wanitanya menunggu lama untuk kesekian kalinya.
***
Cafe bunga.
"Sayang," Gibran berhambur memeluk wanitanya dengan hangat, mencium puncak kepalanya dengan lembut.
"Sayang, kenapa setiap hari Kau semakin menggemaskan?" Gibran melepas pelukanya dan duduk di samping Kayla.
Kayla tersenyum mendengar kata-kata prianya yang manis dan selalu membuat pipinya merona. Dari dulu mereka selalu harmonis jarang sekali bertengkar.
"Sayang, Ayah ingin bertemu denganmu. Ia ingin Kau segera menikahiku." Kayla langsung berbicara tanpa basa basi. Gibran sejenak terdiam.
"Baiklah, kapan? Aku akan dengan senang hati bertemu dengan Ayahmu, dan membicarakan pernikahan Kita,'' jawab Gibran dengan tegas sambil menggenggam erat tangan Kayla.
"Be-benarkah? Benarkah kau akan menikahiku?" Tanya Kayla, tak percaya bahwa tak ada keraguan saat Gibran menyetujui untuk segera menikahinya.
"Iya, Sayang. Aku sangat mencintaimu, Aku ingin menjagamu, agar tak ada satupun yang melukaimu. Tetapi Aku harus menunggu orangtuaku pulang dari perjalanan bisnis mereka," jawab Gibran penuh kepastian.
Orangtua Gibran memang sering bepergian untuk urusan bisnis, terutama soal yayasan-yayasan yang Mereka bangun di beberapa kota.
"Baiklah Aku akan menunggu, terima kasih." Kayla memeluk Gibran erat begitu juga sebaliknya.
"Tidak ada kata terima kasih untuk cinta," ucap Gibran, membuat Kayla terharu dan membenamkan wajahnya pada dada bidang Gibran.
***
Dirumah Gibran.
"Bibi, telepon berbunyi!" Gibran berteriak memanggil asisten rumah tangganya yang tengah ada di dapur.
"Halo?"sapa seseorang disebrang sana.
"Iya halo. Maaf saya tadi sedang didapur," jawab Bi Imah dengan gugup, nafasnya terengah karena berlari dari arah dapur munuju ruang tengah tempat telepon itu berbunyi.
"Bibi, Gibran ada?" tanya Mira Aditya Ibu Gibran.
"Oh, Nyonya. Ada, sebentar saya panggilkan dulu," Bi Imah hendak memanggil Gibran, tapi segera di tahan oleh majikannya.
"Tunggu, Bi! Biarkan saja, Aku dan suamiku akan pulang sore ini, Kami hanya memastikan ada atau tidak Gibran di rumah. Kami ingin memberinya kejutan!" Tutur Mira.
"Baiklah, Nyonya. Pukul berapa sampai di rumah? Saya akan menyiapkan makan malam," Tanya Bi Imah.
"Sekitar, pukul enam sore Bi."
"Baiklah, Nyonya. Akan saya siapkan," jawab Bi Imah, sambungan telepon pun terputus.
Bi Imah kembali berkutat di dapur, ia menyiapkan makan malam untuk menyambut kedatangan Nyonya dan Tuan besarnya. Mereka adalah orangtua Gibran, Tanto Aditya dan Mira Aditya.
***
Bel rumah Gibran berbunyi.
"Biar Aku saja, Bi," perintah Gibran pada Bi Imah, yang sedang menuju pintu.
"Baiklah, Den." Bi Imah mengangguk dan kembali ke dapur.
"Kejutan." Mira dan Tanto berucap secara bersamaa.
"Mami, Papi." Gibran memeluk erat kedua orangtuanya, di ciuminya punggung tangan keduanya.
"Sayang, apa kabar Kau? Mami kangen sekali padamu sayang," Mira menciumi pipi Anaknya dengan gemas.
"Sudah dong, Mi. Papi juga ingin mencium Anak tampan ini, Papi juga kangen." Tanto tersenyum kepada sang istri dan segera melalukan hal yang sama kepada Gibran.
"Aku baik Mi, Kalian bagaimana? Oh ayo, masuk." Mereka berjalan beriringan ke dalam rumah.
"Kenapa Papi tidak menghubungiku kalau mau pulang? Kan bisa Gibran jemput,'' tutur Gibran.
"Kan, Kami ingin membuat kejutan," Mira menggandeng lengan anaknya itu. Sesampainya di ruang tengah, Mereka duduk berbincang ringan melepas rindu.
***
Saat ini mereka sudah berkumpul di meja makan yang sudah tersedia berbagai jenis masakan, dengan di selingi candaan.
"Mami kangen sekali masakan Bi Imah," Mira antusias dengan makanan yang dibuat asisten rumah tangganya itu.
"Sama. Papi juga,'' Tanto ikut menimpali perkataan istrinya sambil mengambil piring dan menyodok makanan yang ada di hadapannya.
"Mi, Pi, ada yang ingin Gibran bicarakan." Gibran mulai membuka perbincanganya.
"Apa Sayang, bicaralah." Mira menaruh sendok dan garpu di pinggiran piring dan beralih menatap anaknya.
"Gibran, akan segera menikah dengan Kayla".
Uhuk!
"Papi, pelan-pelan dong makannya!" Mira menyodorkan gelas berisi air minum pada suaminya.
"Kau serius, Sayang?" Tanya Tanto.
"Gibran serius. Aku mencintai Kayla." Gibran meyakinkan kedua orangtuanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Yunita Laito
te poin
2021-09-08
0
Mamah Dila
sampai d sni q mmbca y blum merasa sedih
2021-08-10
0
Rengganis E E
ucapan yg menyakitkan dapat membunuh perlahan sekuat apapun orangnya
2021-07-21
0