Pagi sekali Kirei sudah bangun dari tidur nya ia melihat sekeliling ruangan, tapi ia tak menemukan objek yang dicari.
"Dia tidak pulang?" batinnya.
Kirei berjalan menuju kamar mandi, ia berencana akan pergi ke kampus untuk menanyakan kelanjutan tugasnya.
Setelah membersihkan diri, Kirei segera bersiap siap.
Seperti biasanya, Kirei tampak cantik dengan polesan make up tipis juga rambutnya yang sengaja ia uraikan, tak lupa ia mengambil ponselnya di atas nakas dan segera berlalu meninggalkan apartemen suami nya.
Kirei berjalan menuju lift, ia memijit tombol menuju lantai dasar.
setelah sampai di lobby hotel, Kirei bergegas keluar dan mencari kendaraan umum.
****
Setelah taksi yang ditumpangi oleh Kirei berhenti didepan gerbang kampus, Kirei segera turun dan tal lupa ia memberikan beberapa lembar uang kepada supir taksi tersebut.
Rasa perih yang berasal dari perutnya membuat kaki jenjang Kirei mengajaknya berjalan menuju kantin.
"Aku lapar sekali, sarapan roti dan susu saja dikantin, itu pasti bisa mengganjal perut ku," gumamnya.
"Rein..."
Suara teriakan seseorang yang sangat tidak asing di telinga Kirei, membuatnya langsung menghentikan langkahnya.
"Kau sudah ke kampus saja, kenapa tidak ambil cuti?" tanya Novi sambil mengatur nafasnya, karena ia sedikit berlari saat menghampiri Kirei tadi.
"Nov, kau lupa? Aku menikah tanpa di duga."
Kirei berbalik dan melanjutkan langkahnya.
"Iya yah, aku lupa. Maaf kau kan pengantin pengganti," tutur Novi sambil menyamakan langkah kaki nya dengan sahabatnya itu.
Kirei mendengus kesal dengan pernyataan sahabatnya itu, mereka berjalan beriringan.
Saat hendak masuk ke kantin, tak sengaja Kirei menabrak seseorang yang ada didepannya.
"Astaga,"
Kirei melebarkan matanya saat ia melihat sebuah ponsel jatuh tepat di hadapannya, seketika Kirei memungut ponsel itu dan segera berdiri.
"Maaf, Pak. Maaf saya tidak sengaja." Kirei menundukkan badannya, Novi hanya diam membisu karena ia juga terkejut.
"Tidak apa-apa, Nona." Sebuah tangan kekar meraih ponsel yang sedari tadi Kirei pegang, Kirei terkesiap ia lalu mengangkat wajahnya melihat pria yang kini ada didepan matanya.
"Maaf Pak, teman saya benar-benar tidak sengaja, jangan menuntutnya untuk mengganti ponsel mahal bapak, yah. Karena dia pasti tidak memiliki uang untuk mengganti ponsel itu." Novi mencoba memelas agar pria itu mau memaafkan sahabatnya.
"Hahahaha, santai saja! Kalian terlihat tegang sekali." Pria itu lalu menatap lekat kepada Kirei, mata mereka bertemu.
"Cantik, manis." Batinnya.
"Bapak, tidak marah?" Kirei memberanikan diri untuk bertanya, walaupun dengan nada yang terdengar gugup.
Pria itu hanya menggelengkan kepalanya, ia masih terpaku pada wajah cantik Kirei.
"Syukurlah..." Kirei melirik kearah Novi, kini mereka saling melebarkan senyum satu sama lain.
"Kalau begitu, kami permisi, Pak. Sekali lagi, maaf atas kecerobohan saya." Kirei kembali membungkukkan tubuhnya.
"Tunggu! Aku memang tidak marah. Tapi sebagai gantinya, aku boleh meminta nomor ponselmu?" tanya pria itu pada Kirei.
"Lain kali saja yah, Pak. Itu pun kalau kita bertemu lagi." Kirei dengan di ikuti oleh Novi meninggalkan pria yang masih mematung ditempatnya.
"Menarik. Aku pastikan, kita akan bertemu lagi." Pria itu bergumam dan segera berlalu.
****
Ceklek.
Seseorang membuka pintu ruangan Gibran, tanpa mengetuknya terlebih dahulu.
"Apa kabar, Bro?" sapa pria itu yang langsung merangkul bahu Gibran tanpa segan.
"Al, kenapa kau lama sekali sih?" Gibran melepaskan tangan Al yang berada dibahunya.
"Sabar dong! sahabatmu ini bukan jin, yang saat kau minta untuk datang akan langsung ada di depan matamu." Al segera mendaratkan tubuhnya di sofa.
"Terserah kau saja." Gibran ikut duduk di samping sahabatnya.
AL, pria berparas tampan dengan kulit putih dan mata sedikit sipitnya itu adalah sahabat baik Gibran, mereka sudah berteman sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama. Ia sudah Gibran anggap seperti saudara nya, bahkan Al sangat paham dengan sikap Gibran yang selalu dingin terhadap orang yang baru ia kenal apalagi seorang itu adalah wanita.
"Kelihatannya kau sangat suntuk, sampai lingkaran hitam di matamu terlihat sangat jelas," ujar Al sembari memperhatikan wajah Gibran.
"Kau tidak tidur semalaman?" lanjut Al yang terus memperhatikan sahabat nya itu.
"Tepatnya, aku tidak pulang dan memilih tidur di sini." Gibran mengusap kasar wajahnya, terlihat jelas ekspresi suram dari wajah tampannya.
"Ceritakan saja apa masalahmu!" Al menepuk bahu Gibran.
"Aku batal menikah dengan pacarku," tutur Gibran dengan nada kecewa.
"Apa? Kau batal menikah, kenapa? Apa yang terjadi? Apa pacarmu berselingkuh?"
Al terkejut dengan apa yang diucapkan oleh Gibran.
"Tidak, mana mungkin dia seperti itu, dia wanita baik."
Gibran tersinggung dengan ucapan yang terlontar dari mulut sahabatnya.
"Aku tidak jadi menikah dengannya, tapi aku menikah dengan Kakaknya!" seru Gibran.
Al hanya diam mendengar penuturan Gibran, ia seakan sedang menonton sebuah drama.
"Kau Maruk sekali."
Al tertawa, tetapi ia juga masih terlihat syok dengan apa yang terjadi pada Gibran.
"Apanya yang maruk? Aku di paksa menikah dengan Kakaknya, karena saat ijab qabul akan di mulai, pacarku pergi dari rumah."
"Wah, drama serial yang epik." Al bertepuk tangan sembari menggelengkan kepalanya.
"Sialan! Bukannya menghiburku, kau malah mentertawakanku." Gibran mengumpat kesal.
"Ah, baiklah maafkan aku, Gib." Al menahan senyum.
"Ckkk," Gibran hanya berdecak kesal melihat tingkah sahabat nya itu.
"Lalu, bagaimana dengan istri mu? Apa dia cantik?" tanya Al antusias.
"Tidak ada yang lebih cantik dari pacarku!" seru Gibran.
"Hah, dasar! Kau memang bucin," ujar Al.
"Aku memberikannya persyaratan selama menjadi istriku," sahut Gibran, sontak membuat Al mengernyit.
"Persyaratan apa maksudmu?"
Gibran menjelaskan semua syarat yang dibuatnya untuk Kirei.
Al hanya diam menanggapi setiap perkataan Gibran.
"Kau jahat sekali, Gib!" ucap Al yang mendengar bahwa Gibran akan menceraikan istrinya setelah menemukan Kayla lagi.
"Aku sangat mencintai pacarku Al, aku hanya ingin dia yang menjadi istriku," sahut Gibran tegas.
Tidak ada yang bisa Al lakukan banyak untuk saat ini, dia hanya mendoakan yang terbaik untuk sahabat nya itu.
Al hanya berusaha menjadi pendengar yang baik untuk Gibran saat ini.
"Lalu, kau kapan akan menikah?" Pertanyaan gibran yang membuat Al menyunggingkan senyumnya.
"Aku tadi bertemu malaikat kecil yang manis, di kantin kampusmu." Al tersenyum mengingat wajah cantik Kirei.
"Mana ada malaikat cantik disini? Kau selalu memuji wanita terlalu berlebihan, Al." Gibran beranjak berpindah tempat duduk.
"Ada, dan aku akan membawanya kehadapan mu!" jawab Al penuh keyakinan.
"Baiklah, aku tunggu."
Gibran dan Al masih melanjutkan perbincangan nya, mereka juga sesekali tertawa bersama.
***
Di kantin, Kirei dan Novi tengah mengisi perut nya dengan sebungkus roti juga susu.
"Rein, bagaimana dengan suamimu?" tanya Novi yang membuat Kirei menghentikan aktivitas nya.
"Dia, mengajukan beberapa persyaratan."
jawab Kirei.
Novi mengernyit, "persyaratan apa?"
Kirei menceritakan semuanya pada Novi, terlihat Novi melebarkan matanya mendengar setiap poin yang ada dalam persyaratan itu.
"Sabar Rein, kau pasti melewati semua ini." Novi mengelus lembut bahu Kirei.
Kini dua wanita itu saling berpelukan, dan mereka kembali melanjutkan aktivitas sarapannya.
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Hendra Yenni
Thor.. Nikon dulu kirei dkt sm al.. Biar cemburu Mati tu Gibran.
Aku suka.. kalau Gibran path Hati sm kirei.. kalau kirei lebih dekat sm al.
2022-07-27
0
Fi Fin
thor persatukan Kei sama Al ya
2021-12-01
0
Roywagino P
perasaan kirei hobbi nabrak orang mulu
2021-08-05
0