Gibran mengantarkan Kayla pulang, diperjalanan menuju rumah mereka tidak banyak berbincang-bincang.
Kayla asik memandang keluar jendela mobil memperhatikan orang-orang yang berlalu lalang, sedangkan Gibran dia fokus mengemudikan mobilnya sesekali ia melirik wanita disebelahnya.
pertanyaan Gibran sontak memecahkan keheningan diantara mereka.
"Sayang, kau kenapa diam saja? biasanya kau banyak bercerita. Apa kau baik-baik saja? Apa kau sakit?" pertanyaan itu di lontarkan Gibran tanpa jeda.
"Aku baik-baik saja Gib, hanya aku sedang alas saja berbicara. Mulutku pegal, jadi aku ingin diam saja".
Kayla melebarkan senyumnya pada Gibran, tapi sangat terlihat jelas raut wajah Kayla yang memang sedang memikirkan sesuatu.
Gibran hanya mengangguk menanggapi pernyataan wanitanya itu dan kembali memfokuskan matanya kearah depan.
Setelah tiga puluh menit menempuh perjalanan, akhirnya mereka sampai ketempat tujuan.
Gibran memarkirkan mobilnya, ia keluar dan berlari membukakan pintu mobil untuk Kayla.
Gibran mengantarkan Kayla sampai didepan pintu rumahnya.
"Terima kasih sudah mengantarku pulang." Kayla berbalik menghadapkan tubuhnya pada Gibran.
Gibran mengusap lembut puncak kepala Kayla,dia memandang wanitanya penuh hangat.
"Sudah tugasku, sayang."
"Aku masuk dulu yah, kau mau mampir? Atau langsung pulang?" tanya Kayla.
"Aku langsung pulang saja yah." jawab Gibran.
"Baiklah, sampai bertemu lusa yah ,dengan pengantinmu." Kayla mengerlingkan matanya pada Gibran.
"Ok, " Gibran berbalik hendak berjalan menuju mobilnya.
"Jangan lupa pada janjimu, Gibran." perkataan Kayla membuat langkah kaki Gibran terhenti, dan refleks membalikan tubuhnya lagi menghadap Kayla.
"Aku tidak akan melupakannya" Gibran tersenyum dan melambaikan tangannya, ia segera kembali ke mobil dan melajukan mobilnya.
Kayla memandang mobil Gibran sampai menghilang dari pandangannya, setelah itu dia masuk ke dalam rumah.
"Aku pulang..." Kayla berjalan menuju kamarnya, langkahnya terhenti saat seseorang memanggilnya.
"Kay, dari mana saja? Ibu sudah memasak, ayo makan bersama!" pinta Sari.
"Aku tadi bertemu dengan Gibran Bu, aku juga sudah makan, maaf yah, aku jadi tidak bisa menemani Ibu makan." Kayla merasa bersalah karena tidak bisa memakan masakan Ibunya
"Ayah kemana, Bu?"tanya Kayla.
"Oh yasudah, tidak apa-apa. Ayah ada, sedang mandi." sahut Sari.
"Oh yasudah, aku ke kamar dulu yah, Bu." Kayla pergi meninggalkan Ibunya, ia ingin segera mandi karena badannya sudah lengket seharian berkeringat karena cuaca saat itu sangat panas.
***
Setelah memanjakan tubuhnya dengan berendam air hangat, Kayla langsung mendudukan tubuhnya ke ranjang.
Namun sebelum Kayla tidur, ia merogoh buku di laci meja dekat tempat tidurnya.
Ia menulis sesuatu pada buku itu .
"Selesai..."
Kayla membaca ulang kata-kata yang ia tulis tadi, dia menganggukan-anggukan kepalanya
merebahkan tubunya diatas tempat tidur memeluk erat buku itu dan perlahan matanya terpejam.
Ada sebulir air yang keluar pada sudut matanya.
***
Kirei tengah sibuk dengan tugas-tugasnya, ia fokus pada tugasnya karena dia ingin segera lulus.
mencari pekerjaan dan hidup mandiri.
"Emm, kenapa aku teringat pada perkataan Kayla." batin Kirei.
Akhir-akhir ini Kayla selalu saja mengucapkan kata-kata yang tidak aku pahami.
Menyuruhku menjaga apapun yang menjadi miliknya, menyuruhku berjanji untuk berjuang demi kebahagiaanku. Dan yang aku tidak mengerti, ucapannya yang mengatakan kalau dia akan pergi.
Entahlah aku tidak terlalu ingin dipusingkan dengan hal itu.
urusanku saja sudah membuatku pusing.
Apalagi kata-kata anak pemilik yayasan, dia bahkan menyuruhku agar tidak menampakan diri dihadapannya.
dan yang lebih mengejutkan dia adalah calon suami adikku.
Sempit sekali dunia ini, aku harap setelah dia menikah dengan Kayla, dia tidak akan menyulitkanku, bagaimanapun aku kan akan menjadi kakak iparnya, sudah jelas dia harus lebih menghargaiku.
Kirei menutup buku yang tengah ia kerjakan, ia beranjak naik ke tempat tidur dan merentangkan tangan juga kakinya yang dirasa pegal.
Kirei menarik selimut dan tak lama dia sudah terlelap.
***
Dikamar lain, Sari dan Tony pun berniat untuk segera beristirahat.
Saat Tony mulai memejamkan matanya, Sari menggoyangkan lengan suaminya itu.
"Ayah, dua hari lagi pernikahan anak kita berlagsung, aku sudah tidak sabar melihatnya bersanding di pelaminan, Kay pasti sangat cantik dengan balutan gaun pengantin yang indah." Sari memandang kearah suaminya yang tak beranjak dari posisinya.
"Ayah juga senang Bu, Akhirnya ada yang menjaga Kayla." sahut Tony dan ia merubah posisinya menghadap pada istrinya.
"Tinggal tersisa Kirei, Ayah sudah tidak sabar melihat kirei wisuda. Setelah ia lulus, Ayah berniat untuk mengajaknya bergabung di bisnis kuliner kita." Tony sangat antusias menata masa depan Kirei.
"Kenapa ayah repot-repot memikirkan masa depannya, dia kan sudah besar. Biarkan dia belajar mandiri jangan terlalu memanjakannya Ayah." jawaban Sari terdengar sinis, ia kesal karena suaminya selalu memanjakan anak angkatnya itu .
"Bu, dia kan anak kita juga. Ayah ingin dia mendapatkan yang terbaik untuk masa depannya." Tony tak menyangka sebegitu tidak suka kah istrinya pada Kirei.
"Anak Ayah, bukan anakku." Sari berbalik membelakangi suaminya.
"Terserah apa katamu. Ayah capek berdebat denganmu terus." Tony pun berbalik membelakangi istrinya.
Sari berdecak kesal, ia ingin Kirei segera lulus dan pergi dari rumahnya.
***
Esoknya, seperti biasa Kirei pergi ke kampus karena ia harus mengumpulkan tugas pada dosen pembimbing.
Kirei berlari kecil, ia tak ingin dosen pembimbingnya menunggu lama.
Ia berlari menyusuri lorong menaiki tangga menuju ruangan dosennya.
ceklek
"Permisi, Pak, saya ingin memberikan tugas laporan saya." Kirei masuk kedalam ruangan dan menghampiri dosen pembimbingnya
menyerahkan tumpukan laporan yang ia bawa.
"Oh baik akan saya cek dulu, nanti kalau ada yang harus diperbaiki saya akan memanggilmu lagi." sahut Pak Setyo dosen pembimbing Kirei.
"Terima kasih, Pak." Kirei membungkuk dan hendak berpamitan pada dosennya.
Kirei berjalan keluar membuka pintu dan menutupnya lagi. Saat ia membalikan tubuhnya, ia terkejut karena sepertinya ada benda yang terinjak olehnya.
Kirei menatap kebawah dan melihat sepatu hitam mengkilat terinjak oleh kakinya
kirei mengangkat wajahnya matanya tertuju pada pemilik sepatu itu.
Kirei menelan paksa salivanya, ia diam tak bisa berkata apapun.
Sedangkan di hadapanya sudah ada sepasang mata yang menatapnya tajam.
mata itu memerah terpancar amarah yang meluap luap.
"Kau lagi.." Gkbran geram, ia mencengkram lengan Kirei dengan kuat.
"Sa-sakit, Pak." Kirei meringis menahan rasa panas dan perih pada lengannya, ia mencoba melepaskan cengkraman Gibran. Namun tenaganya kalah oleh tangan Gibran yang kekar.
"Bersihkan sepatuku, sekarang juga !" Dada Gibran naik turun nafasnya memburu, rahangnya mengeras.
"Ap-apa? Tapi saya tidak sengaja, Pak." jawab Kirei terbata-bata ia merasa takut
sekujur tubuhnya gemetar.
"Bersihkan, atau aku akan mempersulit kelulusanmu!" kata-kata Gibran penuh penekanan dan menjurus kesebuah ancaman.
Kirei terbelalak, ia takut kalau Gibran akan mempersulitnya, tapi dia juga tidak mau menuruti perintah Gibran.
Kirei menggelengkan kepalanya, dia mencoba menahan egonya dia tak ingin ada masalah dengan Gibran.
Kirei perlahan membungkuk, hendak berlutut dan tangannya mulai mengusap sepatu Gibran.
Saat tangan Kirei masih mengusap sepatu milik Gibran, tiba-tiba lelaki itu mengangkat sepatunya dan menginjak tangan Kirei .
"Aw, sakit Pak!" Kirei mencoba mengangkat kaki Gibran, tetapi tangan nya di cekal oleh Gibran.
"Rasa sakit ditanganmu ini, tidak sebanding dengan perlakuanmu pada Kayla."
glGibran menatap penuh amarah pada wanita yang tengah meringis karena ulahnya.
Kirei memejamkan mata, air matanya meluncur deras ia sekuat tenaga menahan sakit ditangannya.
Gibran menatap wajah Kirei lekat, hatinya sempat merasa bersalah. Ia segara menjauhkan kakinya, dan berlalu begitu saja meninggalkan Kirei yang tengah meniupi tangannya.
"Tanganku sakit sekali.."
Kirei masih menangis, kenapa Gibran berbuat kasar padanya.
Apa salahnya pada lelaki itu?
Kirei menghapus air matanya, dia segera berdiri dan pergi ke ruang UKS untuk mengobati tangannya.
****
Gibran membanting keras pintu ruangannya, ia mendaratkan tubuhnya di sofa. Menyenderkan punggungnya, dan mengusap kasar wajahnya.
"Apa tadi, aku sudah keterlaluan padanya?"
batin Gibran.
"Tidak, itu tidak seberapa. Setelah apa yang dia lakukan pada Kayla yang bahkan hampir membuatnya celaka."
********
Bersambung
H**haaahhhh pusing aku readers ngetik di hp teruusss😥😥😥
Tapi demi bisa up setiap hari ,aku harus tetap semangat melanjutkan novel ini.
Ayo dong dukung aku readers, minta votenya untuk novel ini 😁😁😁😁
Nanti aku lanjutkan lagii yahh ceritanya, Happy reading semua 😍😍**😍😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Aco Riski
apa dia TDK diajar sopan santun ya sampai tega menyakiti seorang perempuan,kesel deh liatnya.
2022-08-10
0
Hendra Yenni
Blm jg jd suami Kayla.. begitu bencinya sm Kirei.
Sebwtulnya kenapa Gibran benci sm kirei. Mmmm.. penasaran
2022-07-27
0
Ramlah Rato
Katanya DOSEN kok ada etikanya yaa...
heran gk ada angin gk ada hujan tiba2 segitu bencinya pd kirey...☹️☹️☹️
2021-12-04
1