Kirei tampak sedang menyenderkan punggungnya di sudut ranjang, begitu banyak hal yang menyakitkan menimpa kehidupannya.
Entah dosa apa yang diperbuat Kirei, sampai dia mengalami semua hal menyedihkan ini .
"Apa ini hukuman untukku? Atau ini ujian untukku?" Kirei hanya bisa meratapi nasibnya.
Malam itu sudah hampir masuk waktu subuh, tapi mata nya tetap terjaga.
Kirei merasa kerongkongannya kering, dan ia beranjak keluar kamar untuk mengambil air minum.
Ia berjalan menuju dapur, langkahnya terhenti ketika melihat pintu kamar Kayla yang sedikit terbuka. Ia mengintip Kayla yang dilihatnya sedang menuliskan sesuatu.
"Mungkin dia sedang menulis buku diary," pikir Kirei.
Kirei tak melanjutkan aksinya itu, dan melangkah pada tujuan awalnya. Setelah di rasa kerongkongannya tak kekeringan lagi, ia bergegas kembali ke kamar nya. Sekarang pintu kamar Kayla sudah tertutup, ia hanya melirik sekilas tanpa berniat mencari tahu apa yang dilakukan adiknya tadi.
"Sebentar lagi aku wisuda, Apa sebaiknya aku mulai mencari pekerjaan yah?" tampaknya Kirei memang sudah memikirkan hal ini dengan matang, Ayahnya sempat menawarkan ia untuk ikut mengurus bisnis kuliner yang dimilikinya, tetapi Kirei ingin bekerja karena hasil usahanya sendiri bukan karena campur tangan Ayahnya .
****
Toktoktok.
"Kakak, apa kau sudah bangun?"
Karena dirasa pintu kamar kakaknya tak di kunci, Kayla langsung masuk mengedarkan pandanganya dan mencari keberadaan kakaknya.
Suara gemericik air yang berasal dari kamar mandi, menandakan memang kirei tengah ada didalam.
"Mungkin kakak sedang mandi," pikir Kayla.
Ia duduk di tepi ranjang milik Kirei, menopang tubuhnya dengan tangan yang menekan tempat tidur dan mengayunkan kedua kakinya.
Ceklekk
"Kay, sedang apa kau disini?" Kirei berjalan menuju cermin dan menyisir rambutnya, memoleskan riasan tipis di wajahnya, ia tampak begitu cantik.
"Tidak ada apa-apa, aku hanya ingin bertemu dengan kakak saja, soalnya seharian kemarin kakak tidak ada di rumah," sahut Kayla.
"Hem."
"Kakak, kemari duduk di sampingku!" pinta Kayla sambil menepuk nepuk ranjang.
Kirei melangkah mendekati Kayla dan duduk di sebelahnya.
"Ada apa?"
"Kakak, aku ingin bertanya," Kayla menahan nafasnya sejenak lalu melanjutkan perkataannya.
"Apa kakak menyayangiku?" tanya Kayla.
Kirei yang heran mengapa adiknya bertanya seperti itu, hanya menggangguk tanpa melihat ke arah Kayla.
Kayla menggenggam tangan Kirei, menyenderkan kepalanya dibahu sang kakak.
Kayla merasakan apa yang kakaknya rasa. Kesedihan, ketakutan, bahkan mungkin kakaknya kesepian. Namun, semua rasa itu disembunyikan oleh kakaknya.
"Kalau kakak menyayangiku, apa kakak akan melakukan semua apa yang aku mau?" tanha Kayla mengangkat kepalanya kini ia berhadapan dengan Kirei.
"Apapun! Apapun yang kau mau, aku akan berusaha mengabulkannya, asal itu bisa membuatmu bahagia." Mata Kirei berkaca kaca. Ia memang sangat menyayangi adikknya, bahkan ia rela memberikan kebahagiaanya pada Kayla.
Kayla tersenyum haru, ia memeluk kakaknya erat. Ia bersyukur memiliki kakak yang sangat menyayanginya.
"Baiklah, Kak. terima kasih." Kayla masih memeluk kakaknya, mengusap punggung yang bergetar karena ia tau dibelakangnya Kirei tengah menangis.
Kirei melepaskan pelukannya, ia menatap lekat adiknya.
"Apa yang kau mau, hmm?"
"Aku ingin kakak bahagia." pinta Kayla.
"Aku sudah bahagia, Kay." jawab Kirei seadanya.
"Tidak! Kakak berbohong." tulas Kayla.
"Aku ingin kakak berjuang, untuk mendapatkan kebahagiaan itu." Kayla menekan bahu Kirei.
Kayla terdiam sejenak, ia menghela nafas dan membuangnya perlahan.
"Kakak, jika nanti aku pergi, aku ingin menitipkan semua yang kumiliki, pada kakak." pinta Kayla penuh keyakinan.
"Makasudmu?" Kirei mengernyitkan dahinya, "kau mau pergi kemana?"
"Jangan macam-macam Kay, beberapa hari lagi kau akan menikah." Imbuh Kirei.
"Kakak tenang saja, aku tidak akan berbuat yang aneh-aneh, dan pernikahan itu juga tetap akan berlangsung, bahkan harus berlangsung. Setelah pernikahan itu selesai, semua yang aku miliki aku titipkan pada kakak."
Kayla melebarkan senyumnya ia memeluk lagi kakaknya.
"Berjanjilah, untuk selalu bahagia Kak." Kayla mengeratkan pelukannya ia sekuat tenaga menahan airmatanya agar tidak terjatuh.
Kirei hanya diam menanggapi perkataan adikknya. Perasaannya tidak enak, seperti akan terjadi sesuatu yang besar pada adikknya.
Memang akan terjadi hal besar pada adikknya, Kayla kan akan segera menikah dan itu adahal kebahagiaan terbesar untuk Kirei dan orang tuanya, pikirnya.
*****
"Selamat pagi, Pak" sapa para mahasiswi pada sosok yang menjadi pusat perhatian semua orang, mereka memandang dengan takjub akan ciptaan Tuhan yang sangat sempurna itu.
"Pagi," jawabnya dingin.
"Selamat pagi, Pak. Gibran."para mahasiswa pun turut menyapanya.
Gibran berjalan menuju ruangannya, sebenarnya tidak ada hal yang mengharuskan ia selalu pergi ke kampus. Hanya, tidak ada kegiatan lain selain ini yang bisa sedikit menyibukkannya.
Ia hanya mengecek kinerja para dosen, kegiatan untuk wisuda dan data-data para calon mahasiswa dan mahasiswi baru.
"Kenapa tiga hari kedapan serasa lama sekali, aku sudah tidak sabar ingin segera menikah dengan Kayla." gumam Gibran di sela-sela kesibukannya.
Drrtt ddrtt drrt.
Dering ponsel Gibran terdengar sangat nyaring, ia segera menggeser ikon berwarna hijau.
"Halo, sayang?"
"Halo, Gibran. Bisa kita bertemu hari ini?"
"Baiklah, dimana?"
"Seperti biasa."
"Ok sayang, aku janji tidak akan membiarkanmu menunggu lama, I love you."
Gibran mengakhiri telponnya, dan melanjutkan kembali pekerjaannya agar segera selesai.
****
Kayla tengah duduk sambil memainkan ponselnya, sesekali ia mengedarkan pandangannya kesekitar.
Ia terkejut saat dirasa ada tangan yang melingkar di dadanya.
Kayla mengangkat kepalanya, dan tersenyum setelah tahu siapa yang memeluknya.
"Sayang, kau mengagetkanku saja".
Gibran duduk disebelah Kayla, ia masih setia menatap wajah manis Kayla, senyumannya seakan sudah menjadi candu untuknya.
"Kenapa kau sangat menggemaskan?" tangan Gibran mencubit pipi wanitanya dengan kedua tangannya.
"Apa sih, kau selalu saja membuatku malu."
Kayla memalingkan mukanya,wajahnya bersemu merah.
"Gibran, tiga hari lagi kita akan menikah." ucap Kayla.
Gibran mengganggukan kepalanya dan tetap memandang wanitanya.
"Apa kau sudah siap?" tanya Kayla.
Gibran tersenyum, dia menyenderkan punggungnya pada bangku.
"Aku sangat siap." jawab Gibran sambil mengerlingkan matanya pada Kayla.
"Baguslah, setelah pernikahan itu terjadi, semua yang aku miliki akan menjadi milikmu juga."
"Ekhemm,'' Gibran mengangguk tanda mengerti.
"Aku mau kau berjanji, untuk menjaga dan menyayangi apa yang aku miliki itu, karena setelah kau menikah, apa yang aku miliki itu akan aku serahkan padamu." papar Kayla.
"Sebenarnya apa yang ingin kau serahkan padaku itu, sepertinya sangat berharga untukmu?" tanya Gibran.
"Kau benar, ini sangat berharga sekali untukku, dan aku mau kau yang menjaganya, kau berjanji?" pinta Kayla.
Sejenak Gibran terdiam dengan permintaan wanitanya ini, akhir-akhir ini Kayla sedikit berbeda mungkin sedikit misterius. Tapi tak lama Gibran menganggukan kepalanya, "aku berjanji padamu."
**Bersambung...
Haaaaayyyyyy sayang sayangnya aku.... ,😍😍😍😍
Bagaimana penasaran dengan kelanjutan ceritanya???
Tetap setia yah nungguin episode selanjutnyaa..
Oh iya maaf kalau ceritanya agak norak atau ada yang ga nyambung, harap di maklum yaahh Author masih tahap belajar nihh
Tapi Authorr bakalan terus berusaha sebaik mungkinn untuj membuat kalian puass dengan novel ini ..
Tetap dukung aku yah readers..dan jangan lupa vote nya 🤩🤩🤩🤩🤩🤗🤗🤗🤗**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Aco Riski
oke,makin kesini makin bagus dan menyentuh hati.
2022-08-10
0
Ramlah Rato
hmmm caramu ini key hanya akan menambah kebencian ibumu kepada kirey....
2021-12-04
1
Salsabilla Rizky Octavianie
apa Kayla meninggal pas mau akad
2021-11-10
0