Di perjalanan pulang, Mira hanya terdiam. Sepanjang perjalanan, Dia hanya memandang sembarang arah keluar jendela mobil.
Mira masih memikirkan kejadian di rumah Kayla tadi, Ia merasa kasihan pada Kirei.
"Apa Kirei tidak di perlakukan dengan baik oleh mereka?" Batin Mira bergejolak mencari kebenaran atas hal itu.
Gibran tengah mengemudikan mobilnya, sesekali Ia melihat kaca spion yang ada di depan untuk melihat keberadaan Ibunya.
"Mami? Apa mami sakit? Aku perhatikan dari tadi Mami diam saja," Tanya Gibran sambil memperhatikan jalanan yang padat merayap.
"Gib, Mami kok kepikiran sama Kirei. Tadi Mami melihat dia menangis di dapur." Mira masih memalingkan wajahnya keluar jendela.
"Mi! Aku tidak suka padanya. Lagipula Dia bukan perempuan baik-baim." Gibran mencengkram stir mobilnya, Ia kesal karena Ibunya memikirkan wanita bar-bar itu.
"Gib, tapi Papi rasa Dia bukan anak seperti itu. Papi rasa Dia Anak yang baik." Tanto menimpali perkataan Gibran.
Rasanya Gibran enggan untuk membahas tentang Kirei, Gibran memilih memfokuskan matanya ke depan, melajukan mobilnya dengan kecepatan maksimum.
***
"Bu, Aku kecewa kenapa Ibu berbicara seperti itu tentang Kirei di orang lain?" Tony geram pada Istrinya yang bersikap acuh pada anak angkatnya itu.
"Ayah, Mereka bukan orang lain. Mereka calon besan Kita, Mereka harus tahu semua tentang keluarga Kita, termasuk si Anak angkat itu.'' Sari berkata sambil berkacak pinggang menanggapi perkataan Suaminya.
"Kau keterlaluan!" Tony menahan amarahnya, Dia berlalu pergi meninggalkan istrinya.
Dikamar lain, Kayla terduduk di tepi ranjangnya, ia memikirkan kejadian tadi. Ia merasa bersalah pada Kakaknya, dan merasa malu dengan orangtua Gibran, karena kata-kata Ibunya yang sudah menyakiti hati Kirei. Kayla menoleh, ketika seseorang mengetuk pintu kamarnya.
"Kay, ini Ayah. Apa Ayah boleh masuk?" Tanya Tony.
"Masuklah Ayah." Kayla tersenyum saat Ayahnya mulai berjalan mendekat padanya.
"Kayla, Kau kenapa? Sepertinya Kau sedang memikirkan sesuatu?" Tanya Tony.
"Ayah, Aku kasihan pada kKak Kirei. Kenapa Ibu selalu berkata kasar pada Kakak?" Kayla memeluk ayahnya, Ia menangis mengingat perlakuan Ibunya.
"Ayah juga kecewa pada Ibumu, kenapa Dia setega itu pada Kakakmu. Tapi Kay, lihat Ayah!" Kay mengangkat wajahnya, menatap mata Ayahnya dengan sendu.
"Bagaimanapun sikap Ibu, Dia tetap Ibumu. Jangan pernah Kau membenci Ibumu, Nak." Tony meminta sambil menatap dalam pada Kayla.
Kayla hanya mengangguk menanggapi perkataan Ayahnya itu.
"Ayah, Aku ingin memberi kebahagiaan pada Kakak." Kayla melepas pelukan Ayahnya.
"Aku akan bahagia, kalau Kakak sudah bahagia Ayah." Kayla menuturkan.
Tony menatap lekat mata Kayla, Ia bingung harus menjawab apa pernyataan Anaknya itu. Ia hanya mengangguk dan kembali memeluk Kayla.
"Lakukan, Nak! Lakukan apa yang menjadi keinginanmu!" Bisik Tony sembari mengusap lembut punggung Anaknya.
***
Hari pernikahan semakin dekat, persiapan sudah hampir selesai.
Pagi-pagi sekali, Gibran sudah menjemput Kayla untuk membereskan sisa persiapan pernikahanya. Hanya tinggal membeli cincin pernikahan, juga memilih gaun untuk Kayla dan jas untuk Gibran.
"Kay." Gibran membuyarkan lamunan Kayla, Ia memperhatikan calon Istrinya itu sedari tadi. Kayla hanya melamun dan tak banyak berkata.
"Iya, kenapa, Gib?" Kayla menoleh pada Gibran yang sudah menatapnya dengan heran.
"Kamu kenapa, Sayang? Apa kamu sakit?" Gibran mengusap pipi mulus Kayla.
Kayla menatap Gibran, "Gibran, apa kamu benar-benar mencintaiku?" Tanya Kayla, yang tiba tiba membuat Gibran mengernyitkan dahinya.
"Kenapa kamu masih bertanya hal ini, Sayang? Tentu saja Aku sangat mencintaimu." Gibran menggenggam erat jari-jari lentik calon Istrinya.
"Apa, kamu mau melakukan apapun untukku?" Tanya Kayla dengan hati-hati.
"Sayang, apapun yang kamu mau, apapun permintaanmu, selagi itu membuatmu bahagia, Aku akan lakukan." Gibran menjawab tanpa ragu. Gibran terdiam, sejenak dalam hatinya Ia berpikir tentang apa sebenarnya yang ingin Kayla sampaikan padanya, Dia merasa ada hal yang mengganggu pikiran wanitanya.
Gibran memeluk erat Kayla, berharap pelukannya akan menghilangkan rasa gundah dihati Kayla.
"Gibran, kamu laki-laki yang sangat baik. Aku sudah yakin dengan keputusanku, dan Aku juga yakin lambat laun Kau akan menerima keputusanku." Batin Kayla, Ia mengeratkan pelukanya pada Gibran.
Setelah selesai mencoba gaun pengantin, mereka bergegas pergi menuju toko perhiasan. Gibran dan Kayla memilih cincin pernikahan. Setelah di rasa cocok dengan pilihannya, Mereka langsung menuju mobil dan melanjutkan perjalanan pulang.
Kayla membaringkan tubuhnya di ranjang, Ia menatap langi-langit kamarnya dengan tatapan kosong.
"Kakak, Aku akan memberimu kebahagiaan. Walaupun harus mengorbankan kebahagiaanku, Aku rela. Aku menyayangimu melebihi apapun." Kayla memejamkan matanya, air mata pun mengalir deras membasahi wajah cantiknya itu.
***
Di tempat lain, Mira sedang menikmati secangkir teh di salah satu cafe langganannya. Ia berniat untuk bertemu teman-teman arisannya, Ia juga akan mengundang mereka ke pesta pernikahan Gibran. Karena dirasa teman-temannya tak kunjung datang, Mira beranjak dari tempat duduknya menuju toilet. Saat hendak memasuki toilet, Ia tak sengaja berpapasan dengan wanita yang tak asing di matanya.
"kau..."
Mira tak sungkan memeluk wanita yang kini ada di hadapanya.
"Sedang apa Kau disini?" Mira tersenyum hangat pada Kirei.
"Aku, hanya sedang menenangkan pikiranku saja disini, Tante." Kirei menjawab seadanya.
Mira mengerti arah pembicaraan Kirei, karena matanya menunjukan kalau Kirei baru saja menangis.
"Mau menemaniku minum teh?" Mira memberi tawaran dan segera di angguki oleh Kirei.
"Ada yang ingin Ka ceritakan?" Pertanyaan Mira sedikit membuat Kirei bingung.
"Apa, Tan? A-aku rasa tidak ada yang ingin Aku ceritakan." Kirei tersenyum tipis pada Mira dan secara spontan memalingkan wajahnya ke sembarang arah.
Mira tahu Kirei berbohong, Dia menggenggam erat tangan Kirei, menatapnya hangat, mengusap lembut punggung tangan Kirei.
Kirei tersentuh dengan perlakuan Mira, Ia merasa nyaman saat berada didekat Mira, kenyamanan yang tak ia dapatkan dari Ibu angkatnya.
"Ceritalah, Sayang. Tante akan menjadi pendengar yang baik untukmu," pinta Mira.
Seketika air mata Kirei meleleh, Ia tak dapat membendung lagi kesedihan nya .Akhirnya, Ia memberanikan diri dan mulai menceritakan setiap kejadian yang Ia alami selama ini.
"Kemari," Mira merentangkan kedua tanganya memeluk Kirei dengan erat, mengelus lembut rambutnya dan sesekali menciumi puncak kepala Kirei.
"Aku akan melindungimu, Kirei." Batin Mira, ia memejamkan matanya mendengar isakan Kirei yang sangat pilu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Kania sweet
adiknya baik banget wlo pun bukan saudara kandung 😭😭😭😭
2022-02-20
0
kiki
lah gw malah kasihan sama si kayla, dy tulus mencintai kirei
2021-09-29
0
Botte Chizzy
sepertinya ini peran utama perempuan dalm cerita ini kebalik.....si kay gadis baik, sedangkan peran utama cewek nya yg gak tau diri yaitu si keira....lucu beru nemu cerita seperti ini 🙃🙃🙃, gak sabar deh baca penderitaan si kei setelah menikah ma si gibran....😂😂😂😂😂😂, kebalik nih cerita ,
2021-09-05
0