Derita Istri Pengganti
Perkenalkan, namaku Kireina Humaira. Aku bukan siapa-siapa, Aku hanya perempuan biasa, tidak ada yang istimewa dariku. Bahkan juga sepertinya tak ada yang menginginkanku.
Ini kisahku, dimana semua kekacauan dan kejutan tak terduga datang dalam hidupku. Rasanya tidak adil kalau hanya ada kesedihan dalam hidupku.
Ada juga kebahagiaan, bahagia yang selalu aku impikan yaitu menjadi seorang pengantin, menjadi ratu sehari, tapi impian indah itu tidak berpihak padaku.
Aku seorang mahasiswi tingkat akhir disalah satu Universitas Swasta di Bandung, dan tak lama lagi akan segera wisuda, aku berharap setelah ini hidupku akan lebih baik.
***
Hari ini Aku sedikit terlambat datang ke kampus, dengan langkah yang terburu-buru Aku melesat secepat mungkin menuju kelasku.
BRUKK.
"Aw!" Kirei meringis kesakitan saat tulang keringnya menyentuh ujung tangga.
"Hey! Apa kau tidak lihat tangga itu? Kenapa kau ceroboh sekali?" Hardik seorang pria yang entah siapa, Kirei pun tidak mengenalinya.
"Maaf!"
"Ah, kenapa Aku minta maaf? Pada siapa? Pada tangga? Atau pada pria ini?" gumam Kirei, sekilas ia menanggahkan wajahnya menatap Gibran.
"Maaf? Pada tangga? Hah Kau aneh sekali!" Seru Gibran sambil menautkan kedua alisnya yang aneh mendengar jawaban Kirei.
"Siapa Kau? Terserah Aku mau berkata apa, dan kau? Kenapa juga memarahiku? Apa pedulimu?" jawab Kirei dengan kesal dan segera berdiri.
"Kau akan tahu siapa Aku nanti, dan Kau akan menyesal sudah berani berbicara tidak sopan padaku!" Gibran pergi meninggalkan kirei yang masih mengusap kakinya. Sebenarnya Gibran tidak tega melihat Kirei kesakitan, hanya saja dia gengsi karena wanita itu tidak seperti wanita yang sering ia temui, yang menyambutnya dengan cara mencari perhatian Gibran.
"Ah dasar pria sialan! Bukannya menolongku malah pergi begitu saja," Kirei menggerutu dan langsung pergi ke kelas karena mata kuliah akan segera dimulai.
***
"Kenapa tumben sekali Kau datang terlambat, Rein?" tanya Novi, sahabat Kirei.
"Emm, tadi Aku terjatuh dan ada sedikit perdebatan dengan seseorang." Kirei segera mendaratkan tubuhnya dibangku sebelah Novi.
"Seseorang? Siapa? Apa dia pria? Wanita?" tanya Novi dengan antusias.
"Hey! Kau bukannya mengkhawatirkanku, malah menanyakan hal yang tidak penting!" Kirei sedikit mengeraskan suaranya di depan Novi.
"Ish, kenapa harus berteriak sih? Maafkan Aku. Oh iya, apa Kau terluka, cantik?" Novi cengengesan melihat sahabatnya yang mulai kesal padanya.
"Aku tidak apa-apa, hanya saja..."
Sebelum Kirei melanjutkan perkataannya, datang seorang pria yang tak asing dimatanya, sontak itu membuat mata Kirei terbelalak.
"Selamat pagi semua!" sapaan itu sontak membuat para mahasiswa dan mahasiswi menoleh ke sumber suara.
"Wah, siapa Dia? Tampan sekali..."
"Wah, ada Oppa..."
Seketika ruangan riuh bertanya siapa pria yang baru saja masuk ke ruangan mereka, kecuali Kirei. Dia menutup wajahnya dengan buku yang tengah ia baca.
"Dia?"
"Apa kau mengenalnya?" tanya Novi penasaran.
"Tidak!" Kirei memalingkan mukanya.
"Perkenalkan, Aku Gibran Aditya, anak pemilik Yayasan ini. Aku bertugas menggantikan Ayahku untuk mengurusi satu dan dua hal di kampus ini," tutur Gibran dengan tegas dan menoleh ke arah Kirei, ada sedikit senyuman sinis saat melihat ekspresi wanita itu.
"Apa? Dia anak pemilik kampus ini? Oh tidak, bagaimana kalau Dia mengingatku?" Batin Kirei bergumam dan tanpa sadar buku yang dipegang oleh Kirei ternyata terbalik.
"Apa disini di ajarkan membaca buku dengan terbalik?" Sindir Gibran yang sudah berdiri di hadapan Kirei, tentunya dengan menyilangkan kedua tangannya.
"Kirei, turunkan bukumu! Pak Gibran ada di depanmu!" Novi menoleh pada Kirei sambil berbisik.
Kirei menurunkan perlahan bukunya, senyum manis terpancar di bibirnya, yang membuat Dia semakin cantik dan menggemaskan.
"Kenapa kau senyum semanis itu? Apa kau akan menggodaku? Hah! Aku tidak akan terpengaruh!" Gumam Gibran yang mencoba acuh dengan senyuman Kirei.
"Ah maaf, Pak. Saya tidak tahu, kalau Bapak ada di depan saya." Kirei menunduk malu.
"Siapa, namamu?" Tanya Gibran dengan tegas.
"Kirei, Pak. Kireina Humaira," Kirei menjawab tak kalah tegas dengan Gibran.
"Ok Kirei, setelah hal yang ingin saya sampaikan pada kalian semua selesai, Kau ikut ke ruanganku!" Gibran memerintah tanpa ingin mendengar jawaban Kirei terlebih dahulu.
"A-apa? Kenapa Aku di panggil ke ruangannya?" Kirei menggaruk tengkuknya yang tidak gatal karena kebingungan. Ia juga merasa heran, kenapa pria itu dingin sekali saat berbicara dengannya.
Kirei hanya mengangguk patuh, setelah Gibran memberi himbauan pada seluruh mahasiswi dan mahasiswa di kelasnya, Ia segera menyusul Gibran yang mulai melangkah keluar dari kelasnya.
***
Gibran sudah berada di ruangannya, Dia duduk bersandar di kursi kerjanya, melepas jas abu yang ia pakai dan tersisa kemeja berwarna putih, memperlihatkan dada bidangnya. Ia melipatkan tangan di atas dadanya, menyilangkan kaki dan sesekali memutarkan kursinya.
Gibran memang tampan, Dia memiliki postur tubuh yang tinggi, kulit yang putih, rambut hitam, mata sedikit sipit, hidung mancung, dan ekspresi wajah yang dingin, tentunya ia terlahir dari keluarga kaya.
Tok tok tok.
"Permisi, Pak. Bapak memanggil Saya?" Tanya Kirei.
"Masuk. Duduklah!" Perintah Gibran.
Kirei mengangguk dan langsung mendudukakan tubuhnya di kursi, tepat di hadapan Gibran.
Sejenak Gibran memperhatikan wanita yang ada di hadapanya itu, Kirei perempuan yang memiliki wajah cantik, kulit yang putih, dengan tubuh mungil, dan rambut lurus terurai.
Kirei juga memiliki mata yang indah, tatapan tajam, kornea berwarna hitam pekat. Siapapun yang melihatnya pasti terpaku pada tatapan mata Kirei.
"Apa, Kau tidak terluka?" Tanya Gibran dingin.
Kirei mendongakan wajahnya, dan seketika mata mereka beradu pandang persekian detik.
"Aku hanya tidak ingin kampus mengeluarkan uang, hanya untuk mengobati luka kecilmu itu," Gibran memaparkan ucapannya sambil menatap tajam Kirei.
"Maafkan saya Pak. Saya tadi tidak sengaja, tolong maafkan saya," pinta Kirei sambil mengatupkan kedua tangannya.
"Mulai besok, atau kalau bisa setelah ini, Aku tidak ingin melihatmu melalukan kekacauan di depanku!" Tukas Gibran.
"Keluar dari ruanganku!" Gibran memalingkan wajahnya dari Kirei.
"Baik. Saya permisi, Pak." Kirei membungkukkan badannya di hadapan gibran. Hatinya sangat sakit, kenapa orang-orang tidak menyukainya? Apa salahnya?
Kirei berjalan menyusuri lorong kampusnya, kepalanya penat mengingat kejadian yang menimpanya hari ini. Kirei menghela nafasnya dengan kasar, ia segera keluar halaman kampusnya, berniat segera pulang menuju rumahnya dan membaringkan tubuhnya yang sudah lelah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Anonymous
Kenapa aku ya, agak aneh biasanya saya klo seinget gue pas baru2 masuk kuliah dosen atau yg lain ngenalin diri,🤭
2022-10-09
0
。.。:∞♡*♥
mampirr
2022-08-09
0
Wuri Pkl
👍
2022-05-03
0