Di rumah.
"Bu, kemana Kak Kirei?" Kayla berteriak kepada Ibunya sembari menuruni anak tangga menuju dapur.
Kayla Atmadja, Dia Adik dari Kirei. Gadis cantik berambut lurus sebahu, tubuhnya tinggi semampai. Kulitnya yang putih, dan memiliki lesung pipi yang membuatnya semakin manis, apalagi saat Dia tersenyum.
"Kenapa kau selalu berteriak Kay? Dan jangan berlari nanti, Kau terjatuh. Kakakmu masih di kampus, tadi pagi Dia berangkat terburu-buru," sahut Sari, yang sedari tadi tengah berkutat di dapur. Sari adalah Ibu dari Kayla dan Kirei. Tetapi bagi Sari, Kirei hanyalah seorang anak angkat. Kayla masuk ke dapur, dan segera mendaratkan tubuhnya di kursi.
"Yah, padahal hari ini Aku ingin mengajak dia bertemu seseorang, Bu." Kayla menempelkan dagunya di atas meja. Ia sedikit kecewa karena sang Kakak selalu menghindarinya, setiap dia ingin mengajak Kirei pergi. Sari sekilas melirik anaknya yang tengah murung.
"Memang, siapa yang akan Kau kenalkan pada Kakakmu itu?"
"Pacarku." Kayla menyunggingkan senyumnya.
Tak lama Kayla beranjak dari tempat duduknya, Dia bergegas pergi meminta izin kepada Ibunya untuk menemui seseorang.
***
Di sebuah Resto, Kayla tengah duduk menunggu seseorang sembari memainkan ponselnya.
"Ish, lama sekali! Kemana dulu sih," Kayla menggerutu dalam batinnya.
Kayla beranjak dari tempat duduknya, Ia hendak pergi ke toilet. Belum sempat melangkahkan kakinya, Dia melihat pria yang menghampirinya dengan setengah berlari.
"Maaf Aku terlambat, Sayang. Ada kecelakaan tadi, jadi jalanan sedikit macet," nafasnya masih memburu, pria itu memegangi dadanya yang naik turun. Lelaki itu tak lain adalah Gibran, mereka sudah berpacaran sekitar dua tahun, tentunya Gibran sangat mencintai Kayla.
"Selalu seperti ini! Aku tidak mau menunggu lagi kalau seperti ini terus," Kayla menjawab sambil cemberut, membuat bibirnya sedikit maju dan terlihat menggemaskan.
"Hey! jangan seperti itu, Aku tidak bisa melihatmu cemberut, kau terlalu menggemaskan." Gibran mencubit bibir Kayla dengan pelan.
"Sudah, duduklah! Kau mau makan apa?" Tanya Kayla.
"Tidak usah, sayang. Aku belum lapar." Gibran menyandarkan tubuhnya pada punggung kursi.
"Sayang, katanya Kau ingin mengenalkanku pada Kakakmu. Mana Dia?" Tanya Gibran.
"Hem, Kakakku belum pulang dari kampus, mungkin lain kali Aku akan mempertemukan kalian," jawab Kayla dengan ekspresi kecewanya.
"Oh baiklah." Gibran menggangukan kepalanya dengan pikiran bingung, kenapa Kayla ingin sekali mempertemukan Dia dengan Kakaknya itu.
***
Kirei kini sudah pulang ke rumah, Dia mendudukan tubuhnya di atas tempat tidur dan membaringkan setengah dari tubuhnya.
"Lelah sekali hari ini," Kirei mulai merasakan kantuk di matanya dan tak lama Dia pun tertidur pulas.
"Aku pulang..." Kayla berjalan dan melihat sekitar rumahnya yang tampak sepi, "kemana orang-orang?" Tanya Kayla dalam hatinya.
Kayla berjalan menaiki anak tangga, sebelum menuju kamarnya, ia kilas melirik ke arah kamar Kirei.
Tok tok tok.
"Kakak, apa Kau sudah pulang?" Kayla membuka pintu kamar, dan memasukan sebagian kepalanya.
"Ternyata, Kakak sedang tidur." Kayla melangkah maju mendekati tempat tidur Kirei.
"Kak. Kakak, bangunlah!" Pinta Kayla sambil menepuk-nepuk pipi sang Kakak.
Kirei menggeliat, ia menjawab tanpa membuka matanya.
"Kenapa kakak berangkat pagi sekali ke kampus? Aku kan sudah bilang ingin mengajak Kakak bertemu pacarku." Kayla merengek.
Kirei mendengus kesal dengan kelakuan adiknya itu, "Aku tidak tertarik dengan hal yang tidak penting," jawab Kirei dengan dingin, ia merubah posisi tidurnya.
"Kau selalu saja begitu. Aku harus banyak berinteraksi dengan orang-orang, bukan hanya dengan Kak Novi, Ibu, Ayah dan Aku saja," gerutu Kayla.
"Kay, untuk apa Aku melakukannya kalau tidak ada hal yang penting? Bertegur sapa dengan orang yang sudah Aku kenal sudah cukup, kenapa harus capek-capek berkenalan dengan orang baru lagi." Kirei beranjak dari tempat tidurnya, ia hendak menuju kamar mandi.
"Kak, Aku belum selesai berbicara!" Teriak Kayla yang kesal akan sikap Kakaknya itu.
Kayla memang tahu kalau Kirei orang yang baik, hanya saja Dia tidak pandai memulai interaksi lebih dulu dengan orang lain. Kayla menyayangi Kakaknya seperti saudara kandung, Dia juga tidak mengerti kenapa sikap Kirei kepadanya selalu dingin. Apa kesalahan yang Kayla perbuat, sampai Kakaknya begitu tidak menyukainya.
***
Flashback On.
"Awas!"
Seorang gadis kecil menarik paksa seorang anak perempuan yang umurnya tak terlalu jauh dengannya, mungkin sekitar tiga tahun lebih muda dari umurnya. Anak perempuan itu hampir saja tertabrak mobil.
"Kau tidak apa-apa?" Kirei membantu Anak itu berdiri, dan melihat sekitar tubuhnya, memastikan kalau Dia tidak terluka.
"Hemm, Aku baik-baik saja. Terima kasih, Kakak." Kayla menatap Kirei dengan sendu dan seketika Dia memeluk erat tubuh Kirei.
"Anakku, kau tidak apa-apa? Apa kau terluka? Mana yang sakit, Nak? Kenapa kau ceroboh sekali!" Sari memeluk dan memeriksa tubuh anaknya itu.
"Ibu, aku baik-baik saja. Kakak ini menolongku, Dia sangat baik padaku, Ibu." Kayla menunjuk ke arah Kirei.
"Terima kasih sudah menolong anakku, siapa namamu?" Tony mengusap puncak kepala Kirei dengan lembut.
"Aku, Kirei." jawabnya.
"Nama yang cantik, persis seperti orangnya. Dimana rumahmu? Biar kami mengantarkanmu pulang," tanya Tony.
"Aku, tinggal di panti asuhan sebrang sana, Pak." Kirei berbalik menunjukkan tempat dimana dia tinggal.
"Ayah, Ibu, apa Kakak ini boleh ikut dengan kita?" Pinta Kayla dengan tatapan memohon pada kedua orangtuanya.
Seketika Tony dan Sari saling bertukar pandang, Tony mengisyaratkan sesuatu seakan meminta persetujuan kepada istrinya. Sari hanya mengangguk pasrah, entah apa yang membuat suaminya menyetujui permintaan Kayla. Mereka lalu bergegas pergi ke panti asuhan tempat dimana Kirei tinggal, ia berbincang dengan pengelola yayasan dan berakhir dengan sebuah kesepakatan.
Hari itu juga Kirei ikut pulang bersama Sari dan Tony. Kayla tersenyum bahagia, sesekali Dia juga bercanda dengan Kirei dan bertanya banyak hal padanya. Perasaan Kirei waktu itu campur aduk, antara bahagia karena memiliki keluarga baru, dan juga takut jika Dia akan mengecewakan orangtua angkatnya.
Hari-hari berlalu, Kirei dan Kayla bertambah akrab bak saudara kandung lainnya, bahkan Tony tak pernah membedakan kasih sayang diantara mereka.
Kirei anak yang cerdas, mandiri, dan dia juga sangat penurut. Banyak prestasi-prestasi yang ia dapatkan selama bersekolah, hal itu membuat Tony sangat membanggakannya. Berbeda dengan Sari, ia merasa suaminya itu terlalu berlebihan pada anak angkatnya, padahal mereka juga memiliki anak kandung yang tak kalah cerdasnya di bandingkan Kirei.
Sampai ada suatu kejadian dimna Kirei mulai menjaga jarak dengan Kayla, karena Ibunya marah besar bahkan berkata kata yang sangat menyakitkan hatinya.
Flashback Off.
***
"Kayla?" Sari memutar knop pintu kamar anaknya.
"Ayo, Kita makan malam Sayang," ajak Sari pada anaknya yang tengah asik membaca novel, sambil membaringkan tubuhnya di sofa yang ada di kamarnya.
"Baik, Bu. Aku akan panggil Kakak dulu, Ibu turunlah duluan, nanti Aku menyusul." Kayla berdiri menyimpan bukunya kembali, dan beranjak pergi ke kamar kakaknya.
Di meja makan, Mereka menyantap hidangan dengan lahap, tak ada percakapan, hening. Sampai Tony mulai membuka pembicaraan.
"Kayla, bagaimana belajarmu? Semua lancar? Jangan terlalu capek, Ayah tidak ingin Kamu kelelahan."
Kayla memang berbeda, tubuhnya tidak seperti kebanyakan orang. Ia mudah sekali sakit jika kelelahan sedikit saja.
"Lancar, Ayah. Sebenarnya Aku bisa belajar seperti mahasiswi lain Ayah, Aku bisa satu kampus dengan Kakak, aku tidak ingin belajar di rumah sendirian," pinta Kayla pada Ayahnya, yang ia tahu orangtuanya terlalu khawatir padanya.
"Tidak! Sampai Kau ada yang menjaga dengan baik."
"Oh iya, kapan pacarmu akan ke rumah?" Tanya Tony.
"Untuk apa Ayah menanyakan Gibran?" Tanya Kayla sambil mengunyah makanan nya.
Tiba-tiba saja Kirei tersedak ketika Kayla menyebutkan nama Gibran, apa itu orang yang sama dengan pria yang Ia jumpai di kampusnya? Sekilas semua orang yang ada di meja makan, menoleh pada Kirei.
"Ayah ingin ia segera menikahimu, Kay. Agar dia juga bisa menjagamu," jawab Tony dengan santai.
"Apa?" jawab Sari, Kayla dan Kirei bersamaan.
"Kalian kenapa kompakan seperti itu?" Tony terkekeh, ia merasa heran kenapa istri dan Anak-Anaknya sampai terkejut seperti itu, apa ada yang salah dengan ucapanya.
Kayla memang sangat mencintai Gibran, Dia juga ingin segera menjadi istrinya, tapi Kayla juga ingin melihat Kakaknya bahagia terlebih dulu.
"Ayah, apa tidak sebaiknya Kita memikirkan dulu Kak Kirei?" Tanya Kayla dengan hati-hati pada Ayahnya, sembari melirik ke arah Kirei.
Seketika Kirei menoleh pada Adiknya, dan menautkan alis tanda heran kenapa sang Adik selalu mengaitkan dirinya.
"Kirei? Dia mandiri, tak usah Kau terlalu memikirkannya," sambung Sari sambil meneguk air putih yang ada di hadapannya.
"Segitu tidak khawatirnya Ibu padaku? Sampai Ibu berkata seperti itu," Kirei menunduk menahan tangisnya. Sebenarnya alasan Kirei dingin pada Adiknya, karena ia takut melukai Kayla.
Kayla selalu di perlakukan bak berlian berharga, sedangkan Kirei hanya Anak angkat yang mungkin ada ataupun tidak ada dia takkan berpengaruh apapun, terutama untuk Ibunya. Kenapa Kirei tak ingin berdekatan dengan Kayla jika di luar rumah, karena ia tak ingin melakukan hal yang bisa membahayakan Adiknya, walaupun itu tidak sengaja. Seperti saat Mereka kecil, saat kejadian di taman waktu itu, membuat ia menjaga jarak dengan Kayla.
Flashbak On.
"Kayla!" Sari dan Tony berlari ketika melihat Kayla terserempet mobil saat membeli ice cream untuknya dan Kirei, saat itu mereka tengah piknik di taman dekat komplek rumahnya.
Kirei menatap Adiknya yang tak sadarkan diri, Dia takut, khawatir akan keadaan Adiknya.
"Kau! kenapa menyuruh Adikmu membeli ice cream? Kenapa tidak Kau saja yang beli? Kau selalu membuat Adikmu terluka! Pergi sana!" Sari membentak Kirei dengan penuh emosi, ia juga khawatir pada Kayla, sehingga Dia tidak memikirkan apakah kata-katanya itu menyakiti hati Kirei atau tidak.
"Bu, tidak ada waktu untuk menyalahkan, ayo segera ke rumah sakit!" Tony mengangkat tubuh Kayla dan segera melajukan kendaraanya menuju rumah sakit terdekat.
Kirei nampak terduduk, lututnya lemas karena sudah dua jam Adiknya diberi penanganan, tapi Dokter tak kunjung keluar.
"Kau ini kenapa? Apa salah Adikmu sehingga kau mencelakainya?" Sari masih bersikukuh menyalahkan Kirei, sedangkan Tony tidak berkata sedikitpun karena tidak ada gunanya menyalahkan, yang ia tahu pasti ini tidak di sengaja dan tak mungkin Kirei melukai Adiknya.
"Bu, maafkan Aku. Aku tak bermaksud mencelakai, Kay." Kirei menakupkan tangannya menghadap Ibunya, ia menangis terisak meminta maaf, tetapi Sari masih emosi. Ia tak menghiraukan permohonan maaf Anak angkatnya itu.
"Kenapa tidak Kau saja yang celaka, hah? Kenapa harus Anak kandungku? Kalau sampai terjadi apa-apa pada Anakku bagaimana? Akan Aku kirim Kau ke tempat asalmu kalau Kay tidak selamat!" Bentak Sari pada Kirei.
"Kenapa Ibu berbicara seperti itu?" Tony kesal karena ucapan Istrinya memang sudah keterlaluan.
"Kirei, Kau pulang duluan kerumah, yah. Ayah akan antarkan kamu ke rumah, tapi nanti Ayah akan kembali kesini menemani Ibu menjaga Kay," Tony membujuk Kirei yang sedari tadi mematung mendengar kata-kata Ibunya.
Flashback Off.
"Jangan pikirkan Aku, Ibu benar! Aku bisa menjaga diriku sendiri, Kau tak perlu repot-repot memikirkan Aku, Kay!" Kirei berlalu meninggalkan meja makan, rasanya ingatan akan kejadian dulu masih sangat membekas di hatinya. Kayla memandang punggung Kirei yang berlalu meninggalkannya.
Kayla kembali menatap kearah ayahnya, "baiklah Ayah, nanti akan Aku bicarakan pada Gibran soal ini."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Hikmah Araffah
panjang bet
2022-06-13
0
Yunita Laito
nevvv
2021-09-08
0
Yunita Laito
sedih aku
2021-09-08
0