Hari demi hari berlalu, Fahri dan Evina menjalani hari – hari bahagia bersama. Evina jadi sering pulat telat, karena setiap sepulang sekolah ia selalu bersama Fahri. Begitu juga Fahri, namun orang tuanya masih belum mengetahui.
“Fahri, kog kamusering pulang telat terus. Sampai rumah selalu lewat maghrib. Kamu ngga ninggalin sholat kan?” tanya Ibunya yang sedang melayani pembeli di warungnya.
“Banyak kegiatan, bu di sekolah. Pramuka juga sekarang sering banyak acara. Ini kan mau kelas tiga jadi persiapan untuk magang. Tenang aja, aku ngga mungkin ninggalin sholat.” ujar Fahri memberi alasan.
Ibunya tak mencurigainya. dan tak bertanya lagi. Begitulah Fahri setiap di tanya, ia akan menjadikan pramuka sebagai alasan.
Sementara Evina, keluarganya tak terlalu pusing memikirkan mengapa Evina selalu pulang larut. Lebih tepatnya tidak terlalu peduli. Ibunya sibuk mencari penghasilan untuk mereka. Ketika sampai di rumah pun sibuk meladeni segala kelakuan ayahnya. Kakak kakaknya pun sibuk dengan urusan merewka masing.
🎃🎃🎃🎃🎆🎃🎆🎃🎃🎃🎆🎃🎃🎃🎆🎆🎃🎆🎃🎃🎆🎆🎃🎃🎃🎃🎃🎃🎃🎃🎆🎃🎃🎆🎃🎆🎃🎃🎃🎃🎄🎄🎃🎄
Sebentar lagi akan berganti semester baru. Itu artinya akan naik ke kelas yang lebih lanjut. Seluruh siswa sedang sibuk mempersiapkan Ujian Akhir Semester ( UAS). Evina dan Fahri memutuskan untuk belajar bersama ketika pulang sekolah di ruang pramuka.
Aris menyadari Fahri berubah semenjak berpacaran dengan Evina. Fahri jarang berkumpul lagi dengan teman – teman kelasnya. Setiap waktunya selalu digunakan untuk bertemu Evina.
“Kamu jadi budak cinta ya, Ri?” tanya Aris ketika pelajaran olahraga. Mereka bercengkerama sambil joging di lapangan.
“Apaan, bahasa apaan tuh?” ujar Fahri terengah – engah.
“Kamu semenjak jalan sama Evina lupa sama kita – kita. Apa -apa sama dia, kayak ngga ada yang lain aja,”kata Aris dengan napas yang juga terengah – engah.
Fahri hanya tersenyum mendengar ucapan Aris temannya.
“Malah senyum aja nih, bocah. Kumpullah sama anak – anak, jangan sama cewek melulu. Kamu di pelet atau gimana sama dia, bisa jadi begini,” ujar Aris. Ia mempercepat larinya dan meninggalkan Fahri.
Ucapan Aris cukup terngiang oleh Fahri. Memang hampir waktu senggangnya selalu ia gunakan untuk bersama Evina.
“Apa akusudah lupa diri, ya?”gumam Fahri.
Ketika asyik berlari Fahri tidak melihat jalan dan tak sengaja menabrak orang.
BRUUUGGGHHH!!!!!
“Aduh,” seseorang mengaduh.
“Maaf, maaf, saya ngga konsen,”ujar Fahri.
Ternyata yang di tabraknya adalah Ryan anak dari kepala sekolah. Fahri segera membangunkan Ryan yang terjatuh.
“Hati – hati mas kalau lari. Ada orang main tabrak aja,” ujar Ryan, sambil bangkit dibantu Fahri.
“Maaf mas, saya lagi ngga fokus,”jawab Fahri singkat. Fahri memandang ke arah Ryan. ‘orang ini kog kesini melulu, sih’.
Ryan lalu meninggalkan Fahri dan pergi ke arah perpustakaan.
😁😁😁😁😁😁😁😁😁😁😁😁😁😁😁😁😁😁😁😁😁😁😁😁😁😁😁😁😁😁😁😁😁😁😁😁😁😁
Di perpustakaan Ryan berjumpa dengan Siska dan Evina yang sedang asyik mengerjakan tugas. Ryan menghampiri Siska dan Evina. Ia ingin menyapa Evina karena mengenalnya.
“Hallo...,” sapa Ryan. Siska menengok ke arah Ryan, namun ia tak merasa mengenalnya.
“Siapa, ya?” tanya Siska. Evina pun menoleh ke arah Ryan.
“Oh, kamu mas,” ujar Evina. Siska menatap ke arah Evina, sejak kapan temannya ini ramah pada orang lain.
“Kamu kenal?” tanya Siska.
“Dia anaknya pak Bambang kepala sekolah,” ujar Evina. Siska langsung menoleh ke arah Ryan.
“Sedang apa kalian diperpus? Bukannya lagi jam pelajaran?”tanya Ryan. Siska masih memandang ke arah Ryan.
“Lagi ngerjain tugas mas, kebetulan emang disuruh ngerjain di perpus. Di dalam sana temen sekelasku juga lagi ngerjain tugas,” jawab Evina. Ryan lalu menoleh ke arah Siska yang sedari tadi menatapnya. Ia kemudian tersenyum ramah.
“Maaf, ada apa ya? Kog, ngeliatin saya terus?” tanya Ryan kepada Siska. Siska yang di tanya langsung gelagapan.
“Eng..eng..engga. saya cuma lagi mikirin aja,” ujar Siska sekenanya.
“Mikirin saya?” tanya Ryan lagi.
“Iya...., eh engga. Maksudnya lagi mikirin ini tugas saya,”ujar Siska.
“Kamu kenapa sih, Sis?” tanya Evina heran dengan tingkah temannya itu.
“Kenapa? Emangnya kenapa? Aku ngga kenapa – kenapa,” jawab Siska santai.
“Ha, ha, ha, kalian ini lucu – lucu ya. Ya udah silahkan lanjutkan tugasnya saya maunyari buku juga,” ujar Ryan.
“Eh, mas, bukannya mas bukan siswa sini ya? Kog sering banget ke sini?” tanya Evina penasaran.
“Kenapa? Aku ngga boleh main ke tempat kerja ayahku?” tanya Ryan.
“Bukannya ngga boleh. Lah, kita aja masih sekolah jam segini. Masa mas ngga sekolah juga jam segini?” ujar Evina.
Ryan tertawa terbahak – bahak merndengar ucapan Evina. Membuat Evina dan Siska menjadi terheran- heran.
“Kamu pikir aku anak SMA juga toh?”ujar Ryan terkekeh.
“Lho, bukan toh?” kata Siska menyela.
“ Aku ini mahasiswa, aku kesini karena mampir aja, sambil nunggu kelas. Kampusku Cuma lima belas menit dari sini,”kata Ryan.
Siska dan Evina melongo tak percaya. Jadi dia salah sangka kepada Ryan.
“Ya, udah, aku tinggal dulu, ya” ujar Ryan.
“Iya, mas,”
Siska masih tak meninggalkan pandangannya ke arah Ryan yang sudah meninggalkan mereka. Evina terkekeh melihat kelakuan temannya itu.
“Sis, itu anak kepala sekolah, lho,” ujar Evina mengingatkan.
“Berarti tajir donk,” uajr Siska seraya tersenyum. Evina menghembuskan napas dalam, sembari geleng -geleng kepala.ia seperti sudah mengerti apa yang dipikirkan temannya itu.
😋😋😥😋😥😋😏😋😋😏😏😏😏😏😏😏😏😏😏😏😏😥😋😥😋😋😏😏😏😋😋😏😏😏😏😏😏😏
Fahri sedang menunggu Evina di tempat parkir motor. Hari ini mereka janjian ingin jalan – jalan. Tak berapa lama Evina sudah muncul dari dalam sekolah. Fahri menyunggingkan senyumnya melihat kedatangan Evina.
“Kenapa senyum- senyum gitu,? Tanya Evina.
“Karena aku sayang kamu,” ujar Fahri seraya memberikan helm kepada Evina.
“Apaan, sih, gombal banget,” ujar Evina tersipu.
“Lho, aku serius. Aku sayang banget sama kamu, Vi. Masa kamu engga?” ujar Fahri memancing. Seketika raut wajah Evina menjadi merah. Ia tak bisa membalas kata - kata Fahri. Namun Fahri seperti siap menunggu jawaban dari Evina.
“Ayo, buruan berangkat,” ujar Evina mengalihkan pembicaraan. Fahri hanya menghembuskan napas karena kesal.
Kapan Evina akan mengatakan kalimat itu.
Berapa lama lagi dia harus menunggu kalimat sayang itu keluar dari bibirnya.
Meski kesal, ia tak menunjukannya pada Evina. Fahri segera menyalakan motornya. Evina pun segera naik di belakang Fahri. Evina mendekatkan kepala ke pundak Fahri. Lalu memeluk Fahri dari belakang.
“Jangan marah, aku belum siap mengucapkannya,” ujar Evina yang langsung melepas pelukannya.
Fahri yang tadinya kesal seketika bersemangat ketika Evina memeluknya meski hanya sekejap. Ia tersenyum lebar dan langsung menjalankan motornya. Mereka jalan – jalan kesana kemari dengan motor. Tak ada tempat yag di tuju. Hanya ingin naik motor berdua saja.
Sampai akhirnya tiba waktu sholat azhar. Fahri memilih untuk mampir ke masjid yang terletak di dekat jalan raya. Ia memarkirkan motornya ditempat parkiran masjid. Mereka berdua pun turun dari motor.
“Kamu mau sholat dulu?” tanya Evina.
“Iya, kamu juga kan?” tanya Fahri balik. Namun Evina tak bisa menjawab pertanyaan Fahri. Apa yang harus ia jawab. Ia tak pernah sembahyang selama ini. Fahri pun mengerti pertanyaannya sangat sensitif untuk Evina. Ia tak mendesak Evina, ia hanya bergegas masuk ke masjid karena sholat jamaah akan segera dilaksanakan.
Terima kasih sudah bersedia membaca novel pertama saya. Semoga ceritanya enak untuk didengarkan ya...
Jangan lupa tinggalkan comment, like, vote serta beri rate pada episode ini. Terima kasih......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
👑
next
2020-12-17
0
Yours Bee
like
2020-12-13
0
Nay⚘
mampir lagi
2020-12-12
0