Evina sedang membaca buku di kelas. Biasanya ia pasti membaca di perpustakaan. Namun ia takut berjumpa dengan Fahri di sana. Evina tau dia tak bisa terus - terusan menghindar. Ia hanya tak tahu bagaimana ia harus menghadapi Fahri jika mereka bertemu.
Hari ini Siska tak berangkat karena kelelahan kemarin jalan – jalan bareng anak -anak. Evina tak bertanya atau mencari tahu mengapa Siska tak masuk.
“Teman - teman, guru bahasa Indonesia tidak bisa hadir karena ada suatu urusan. Katanya di suruh ngerjain LKS halaman 50 sampai 60. Nanti kalau sudah selesai dikumpulkan dimeja saja. Nanti biar aku yang naro di ruang guru,” ujar Anton sang ketua kelas.
Para siswa bersorak kegirangan. Mereka bisa bersantai kali ini. Namun meskipun tak ada guru mereka tetap mengerjakan tugas yang di berikan. Evina pun mengeluarkan LKSnya dari tasnya.
Lalu ia segera mengisi soal – soal yang ada disana sesuai dengan tugas gurunya.
Yang namanya anak STM pastilah gaduh, pasti ada aja yang dikerjain. Beberapa dari mereka mengerubungi Evina, untuk mencontek.
“Vi, ojo cepet – cepet nulise, slow kendo,” (Vi, jangat cepat - cepat nulisnya, slow aja) ujar Galuh yang setia di belakang Evina dengan LKSnya juga.
Evina tak menggubris teman – temannya yang ada di belakangnya. Ia hanya fokus mengerjakannya. Mumpung jam kosong ia ingin menemui guru matematika karena kemarin Sabtu ia tak masuk. Ia ingin mengikuti ulangan yang tertinggal.
Selesai mengerjakan Evina segera memberikan LKSnya pada Galuh. Galuh pun menerimanya dengan sumringah.
“Tolong nanti tumpukin sekalian, ya! Aku mau nyari guru matematika,” ujar Evina seraya meletakan pulpen ke dalam sakunya.
“Ok, beres,” ujar galuh.
Evina pun bergegas ke ruang guru, namun ia menjumpai gurunya itu ke arah berlawan dengan dia.
“Permisi pak Eko, saya Evina dari kelas elektro 2. Kemarin Sabtu saya belum ikut ulangan, karena ngga masuk. Apa boleh saya menyusul ulangannya pak?” tanya Evina kepada pak Eko.
Pak Eko yang dihampirinya pun memandangi Evina.
“Kamu udah tahu ada ulangan kenapa tidak masuk,” tanya pak Eko.
“Iya, pak maaf. Ada urusan sama keluarga,” jawab Evina sembari tersenyum simpul.
“hari ini bapak akan mengajar di otomotif 1, kamu ulangan bareng di sana saja,” ujar pak Eko. Evina pun mengangguk setuju. Kemudian mereka berjalan bersama masuk ke ruang kelas otomotif 1.
Evina tersadar bahwa itu adalah kelas Fahri. Tapi kog, pelajaran teory. Bukannya indek kelas mereka berlawanan. Bukankah seharusnya kelas Fahri sedang di workshop kejuruan. Terlebih itu ia gugup harus masuk ke kelas orang lain. Apalagi ada Fahri yang harus di hindarinya.
Sesampainya di ruang kelas pak Eko mencarikan tempat duduk untuk Evina. Seisi klelas yang memang tidak ada wanitanya ini riuh melihat kedatangan Evina. Terutama Fahri, ia merasa seperti di sinari cahaya semangat karena tiba – tiba orang yang ia rindukan muncul di hadapannya. Dia mencari kesana kemari tak pernah berjumpa.namun ia malah di datangi sendiri.
Evina sangat gugup karena kelas menjadi riuh. Namun pak Eko segera meredamkan suasana.
“Tenang ngga usah ribut. Ingat ya, hari ini ada ulangan matematika. Coba ada kursi kosong ngga. Ini teman kalian dari elektroakan mengikuti ulangan susulan bareng kalian. Jangan di apa – apain. Dan jangan heboh juga karena kayak ngga pernah liat cewek aja,”ujar pak Eko.
Aris yang juga terkejut segera berdiri untuk mencarikan tempat kosong.
“Mau dimana mbak Evina?”goda Aris, seraya menunjuk ke kursi Fahri. Evina melotot ke arah Aris. Karena ia sangat malu di goda seperti itu. Fahri pun juga tak kalah kesal. Bisa - bisanya dia menggoda Evina begitu. Fahri berusaha tidak mencolok agar Evina tidak diolok - olok teman – temannya.
“Aris, cepatlah. Jangan bercanda, waktu ulangan cuma sejam lho,” ujar pak Eko.
“Iya, pak,” ujar Aris.
Evina pun memilih duduk di meja paling depan yang memang kosong, tepat di belakang meja Fahri. Fahri pun menatap senang.
“Biasa aja matanya. Ngga usah keliatan banget kalau rindu,” ujar Aris berbisik pada Fahri. Fahri yang kepalang malu pun menyikut tangan Aris, namun tak sampai mengenainya karena Aris langsung pergi kembali kemejanya.
Pak Eko pun membagikan soal ulangan kepada setiap Siswa. Fahri memajukan badannya untuk berbicara pada Evina.
“Kog, ngga berangkat pramuka?”bisik Fahri dari belakang.
“Ngga pa pa,” jawab Evina singkat.
“Kamu masih marah sama aku?” bisik Fahri lagi. Namun pak Eko sudah sampai di meja Fahri dan membuat Fahri membatalkan percakapannya dengan Evina.
Perasaan Evina campur aduk tak karuan. Menghindar selama ini namun akhirnya ketemu juga. Terbesit rasa senang di dalam hatinya, namun ia juga malu dan gugup.
Mereka pun mulai mengerjakan soal ulangan matematika itu. Terlihat bahwa mereka cukup kewalahan mengerjakannya. Suasana seketika hening, hanya terdengar suara pulpen yang menari – nari dia tas kertas.
Tak sampai dua puluh menit Evina menyelesaikan ulangannya. Ia segera berdiri dan mengumpulkannya kepada pak Eko. Seisi kelas memandangi Evina. Bagaimana mungkin ia selesai secepat itu. Bahkan mereka saja baru memulai mengerjakannya.
“Sudah selesai?”tanya pak Eko.
“Iya,pak. Saya masih ada pelajaran, jadi saya ijin kembali ke kelas saya dulu pak,” ujar Evina.
“Ya, sudah. Silahkan kembali,” kata pak Eko.
Evina bergegas meninggalkan kelas itu. Fahri melihat Evina yang dengan buru – buru meninggalkan kelasnya. Meskipun sedikit kecewa karena tak bisa berlama – lama dengan Evina. Tapi ia senang bisa berjumpa dengannya.
😶😶😶😶😶😶😶😶😶😶😶😶😶😶😶😶😶😶😶😶😶😶😶😶😶😶😶😶😶😶😶😶😶😶😶😶😶😶😶😶😶😶😶😶😶😶😶😶😶😶😶😶😶😶😶😶😶
Evina sangat lelah menjalani hari ini. Waktunya pulang sekolah, namun rasanya malas sekali untuk berada di rumah. Ia sedang menunggu bus di depan sekolah seperti biasanya.
“Nah, ini dia yang di cari – cari dari kemarin ngga nongol,” ujar Aris mengagetkan Evina.
“Apaan, sih, Ris. Kaget tau,” bentak Evina marah. Ia celingak – celinguk takut kalau ada Fahri di samping Aris.
“Ngga ada. Orangnya lagi disidang sama pak Sugeng. Gara – gara ketua putri yang ngga dateng latihan pramuka,” ujar aris yang paham siap yang Evina cari.
“Eh, yang bener, Ris? Kog, dia yang di marahi,” kata Evina khawatir.
“Ya, kamu juga ngga masuk kemarin Sabtu. Kamu dicariin sama pak Sugeng ya, Fahri ngasih alasan asal aja, lah,” ujar Aris lagi.
“Nah , sekarang mereka dimana?” tanya Evina panik.
“Di ruang pramuka,”jawab Aris.
Evina bergegas pergi meninggalkan Aris untuk ke ruang pramuka. Ia tak tega jika Fahri harus menanggung kesalahannya. Aris pun tersenyum puas melihat Evina yang langsung pergi mencari Fahri.
Sesampainya di ruang pramuka, Evina bergegas masuk. Namun ia tak melihat ada pak Sugeng yang sedang memarahi Fahri. Ia hanya melihat Fahri yang sedang asyik mendengarkan mp3 playernya. Oh, ternyata Aris menipunya, Evina pun kesal sekali.
Namun belum sempat Evina mau pergi meninggalkan ruangan itu, Fahri segera berlari menutup pintu ruangan itu. Evina menarik badan Fahri yang berada tepat di depan pintu. Namun apa daya, tubuh kecilnya tak dapat menggeser Fahri yang notabene badannya jauh lebih tinggi dan lebih kuat darinya.
“Buka ngga!” ujar Evina kepayahan.
Tangannya masih berusaha menarik Fahri agar menyingkir dari depan pintu. Fahri langsung mengunci pintu itu, dan memasukan kuncinya ke dalam saku celananya.
“Kenapa menghindariku?” tanya Fahri, matanya terlihat memerah. Namun Evina tak menjawab pertanyaan Fahri. Ia masih saja berusaha menyingkirkan badan Fahri.
“Fahri, tolong...... Buka, aku mau pulang!” ujar Evina lagi. Jantungnya berdegup sangat kencang. Ia tak tahu apa yang harus ia jawab kepada Fahri. Karena tidak mungkin ia menceritakan kejadian di masa lalunya kepada Fahri.
“Ngomong, dulu kamu kenapa? Kenapa menghindariku? Aku.....” Fahri pun kehabisan kata -kata. Sepertinya ia juga di dera perasaan kalut yang luar biasa.
“Ngga apa – apa, Ri. Aku Cuma...”
“Cuma apa? Apa aku salah sudah menciummu? Apa aku salah jika aku menyukaimu. Vi, tolong, kalau kamu ngga suka sama aku. Ok, aku akan terima. Tapi tolong jangan diemin aku. Aku ngga bisa kalo kamu kayak gini,” ujar Fahri yang tak kuasa menahan gejolak hatinya itu.
“Siapa aku? Siapa aku, Ri? Kenapa kamu menyukaiku? Aku ngga pantas buat kamu. Jangan menyukai wanita sepertiku. Tidak akan ada yang suka , Ri,” ujar Evina.
Fahri langsung memeluk Evina dengan erat. Ia tak mau mendengar itu dari mulut Evina. Apa yang salah dari menyukai seseorang. Apa cinta bisa memilih, ia juga tak mengerti mengapa ia selemah ini kepada Evina.
Evina meronta dalam pelukan Fahri. Namun Fahri tetap tak mau melepaskan pelukannya.
“Fahri, lepas, Fahri kumohon. Aku tak bisa bernapas,”
Terima kasih sudah bersedia membaca novel pertama saya. Semoga ceritanya enak untuk disimak ya...
Jangan lupa tinggalkan comment, like, vote serta beri rate pada episode ini. Terima kasih......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
SyaSyi
mampir aku thor
mampir juga di karyaku My Kids My Hero
2021-10-21
0
👑
semangat terus thor
2020-12-17
1
Yours Bee
haduh fahri peluk ²
2020-12-13
1