Gosip tentang Evina dan Fahri ternyata sudah menyebar di sekolah. Karena wanita di sekolah ini sedikit, tak heran jika ada berita pasti langsung tersebar. Fahri merasa tak nyaman dengan gosip tersebut. Bukan tanpa alasan. Tanpa gosip seperti itu saja Evina terlalu sering menghindarinya. Dengan adanya gosip ini, akan semakin sering dia menghindar.
“Ri, kamu beneran ada something sama Evina?” tanya Aris, saat mereka sedang makan dikantin. Fahri sedang asyik menyantap nasi pecel. Ia menatap Aris, tak mengerti maksud perkataanya.
“ something apaan, sih?” tanya Fahri bingung.
“ denger denger Evina naksir sama kamu? Anak anak pada ngomongin, lho,” kata Aris.
“dia aja ngga pernah ketemuin aku. Gimana bisa naksir?” tanya Fahri heran.
“nah, ini yang bikin aku makin penasaran. Sebenernya kalian itu ada masalah apa, sih? Sejak pertama dulu, waktu kelas satu, dia rasa rasanya jutek mulu sama kamu. Kamu bikin masalah apa,sih sama dia? bukannya biasanya kamu susah kalau deket sama cewek, ya?” tanya Aris. Fahri hanya menghela napas.
“aku juga ngga tahu ,Ris. Tiap ketemu aku bawaannya marah terus. Salah apa ya aku sama dia? Tapi lucu, sih dia. Jarang jarang ada cewek yang jutek ke aku. Biasanya pada baik baik, kan ke aku,” ujar Fahri senyum senyum. Aris memandang temannya itu dengan curiga. Ia menepak pundak Fahri.
“kamu naksir juga sama dia? Gila Ri, Ri, yang naksir kamu itu banyak, cantik -cantik. Kenapa kamu malah kesengsem sama yang begitu?” kata Aris terkekeh. Fahri tak senang mendengar ucapan Aris.
“ngomong apa, sih, Ris? Emang dia kenapa? Jelek? Kayak cowok? Atau kenapa? Masalahnya apa? Yang penting kan cewek?” kata Fahri membela.
“wes, wes , wes, ampun , jadi beneran naksir Evina. Dibelain begitu,” goda Aris.
“apaan, sih? Kamu, tu, ngomong ngga pake perasaan. Kasian, kan, dia denger. Dah, ah ngga usah bahas beginian. Aku mau fokus sama sekolah aja. Ngga ada tempat buat mkirin cewek,” kata Fahri.
“lah, kenapa? Anak muda biasa. Eiitsss aku lupa, kamu kan bakal jadi ustadz. Ngga boleh ngomongin cewek,” canda Aris. Fahri hanya tersenyum tanpa arti.
Ya, Fahri Ramadhan. Pria tampan ini adalah pria yang rajin sembahyang. Tidak pernah bersikap kasar. Tidak pernah bergaul dengan anak nakal. Dan tidak pernah terlibat hubungan dengan lawan jenis. Tapi meskipun begitu, dia tidak phobia seperti Evina. Dia supel terhadap temannya, laki – laki maupun perempuan. Dan ia juga berusaha ramah terhadap Evina, hanya saja Evina tak mau diajak bersosialisasi.
***********************************************************************************************************************************
Hari Jum’at sepulang sekolah.....
Karena masa masih dalam tahun ajaran baru, Jum’at ini tidak ada kegiatan pramuka. Namun acara itu dengan dengan rapat para panitia pramuka. Fahri sibuk mengatur persiapan rapat. Kesana kemari mencari materi rapat. Bersama beberapa anggota yang lain ia menata ruangan tersebut agar layak dipakai untuk rapat.
“belum pada dateng ya, Ri?” tanya Cayo adalah satu anggota.
“iya, nih, mungkin sebentar lagi. Si Evina udah keliatan belum. Aku ada perlu bahas sesuatu.” Tanya Fahri.
“ah, ngga tau, deh, Ri. Tu cewek aneh. Kagak pernah mau nimbrung kalau diajak diskusi. Susah punya ketua macam dia. Kamu juga, sih, kenapa milih dia? Mana pendiem banget orangnya,” ujar Cahyo.
Namun ternyata Evi sudah ada dalam ruangan tersebut. Ia pura -pura tak mendengar ucapan Cahyo dan Fahri. Ia bergegas duduk dan membuka kertas yang ada di atas meja.
Cahyo dan Fahri yang terkejut melihat ada Evina, segera menghentikan pembicaraan mereka. Fahri tak menyia – nyiakan kesempatan itu dan menghampiri Evina, ia duduk di kursi sebelah Evina.
“gimana kabarnya?” ucapan Fahri seraya tersenyum.
“baik,’’ jawab Evina singkat. Fahri sudah paham dengan sikap Evina.
“Vi, ini aku mau diskusi bentar. Kan anak kelas satu ceweknya cuma 7 orang. Kira kira nanti, kamu bisa handle sendiri atau sama panitia yang lain?” ujar Fahri. Evina menambil kertas yang dibawa Fahri. Lalu membacanya sebentar.
“kayaknya, sih, tetep butuh bantuan, sih? Cuma ngga tahu, ya, Ri, Siska tu, kalau acara acara begini biasanya ngga mau ikut. Kalau Febi sama Desi akubelum ngomong, sih,” ujar Evina. Fahri memandangi Evina dengan raut serius. Membuat Evina merasa kikuk.
“kenapa?” tanya Fahri. Evina semakin gugup karena fahri semakin lekat menatapnya.
“engga,” kata Evi sambil menggelengkan kepalanya. Hembusan napasnya mulai tak beraturan. Namun ia mencoba menyembunyikan kegugupannya.
“emhh, ya, udah kalau butuh temen. Nanti masalah Dewi sama Febi, biar aku yang ngomong. Siska bagian kamu. Sekarang bantuin nyiapain materi rapat aja,” ujar Fahri yang membuat Evina seketika berdiri dan mulai membantu teman – teman yang lain.
‘apaan, sih, Fahri. Ngomongnya deket banget.’ Ujar Evina membatin. Fahri juga sebenarnya merasa kikuk. Ia sedang mengetes, apa benar Evina menyukainya. Namun ia tak yakin akan hal itu.
Tak berapa lama, beberapa anggota yang lain pun mulai berdatangan. Tak luput juga Siska, Febi, dan Dewi. Siska langsung menghampiri Evina dan duduk di kursi sebelah Evina.
“Vi, emang acaranya udah deal? Kapan? bulan ini? Aku harus ngomong sama mamahku. Kamu bisa bantuin ngomong sama mamah, ngga?” Siska mencecar Evina dengan kata – kata beruntun.
“belum tahu kapannya, sih? Tapi kayaknya bulan ini, tinggal nunggu tanda tangan kepala sekolah. Gampang, lah nanti aku yang minta ijin ke mamah mu.” Kata Evina.
“ Fahri gimana?” tanya Siska menggoda.
“gimana apanya? Ngga gimana- gimana lah,” jawab Evina santai. Ternyata Fahri medengar obrolan Siska dan Evina.
“ada masalah apa? Kenapa namaku disebut -sebut?” tanya Fahri penasaran.
Evina terpaku seketika, rasanya dadanya berdegup sangat kencang. Ia tak tahu mengapa seperti ini. Seperti merasa ketakutan kalau – kalau Fahri mendengarkan apa yang barusan dia dan Siska bicarakan.
Evina sadar betul dengan gosip yang beredar, sehingga iaberusaha kerasa menghindari Fahri. Ia bahkan tak tahu bagaimana bisa ada gosip seperti itu. Padahal dia dan Fahri tak sedekat itu sampai harus mendapat gosip seperti itu.
“ngga ada apa apa. Udah sana duduk, buruan rapatnya di mulai. Keburu sore. Nanti angkutan susah kalau kemaleman,” ujar Evina megalihkan pembicaraan.
“ya, nanti kalau ngga ada angkutan ya kuanter pulang aja. Beres, kan?”ujar Evina yang membuat Evina terkejut. Siska pun tak kalah terkejut. Ia menengok tegas ke arah Fahri.
“heeeii. Fahri udah berani maju sekarang?” goda Siska.
“maju kemana? Dari tadi aku di sini aja. Orang kursi ku aja kamu dudukin, Sis,” tanya Fahri heran.
“ah, Fahri ngga asyik. Jangan tarik ulur gitu, donk. Kasian temenku........” Siska belum selesai bicara mulutnya ditutup oleh Evina.
“udah diem, ngomong ngga jelas mulu. Sana pindah dulu. Ini kursinya Fahri. Buruan dimulai rapatnya,” Ujar Evina takut teman itu berkata yang tidak – tidak.
Fahri menyadari ada yang aneh dengan dua sahabat ini. Tapi ia tak bertanya lebih lanjut, dan melaksanakan rapat pengurus pramuka.
Terima kasih sudah bersedia membaca novel pertama saya. Semoga ceritanya enak untuk disimak ya...
Jangan lupa tinggalkan comment, like, vote serta beri rate pada episode ini. Terima kasih......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Atika Mustika
ayo semangat jangan kasih kendor...😀😀😀
2020-12-23
0
👑
like lagi
2020-12-17
0
Yours Bee
lanjutt
2020-12-09
2