TAKDIRKU
Seorang gadis menyusuri jalan menuju sekolah. Evina, gadis berusia 14 tahun ini tampak pelan berjalan, karena memang baru jam setengah tujuh pagi. Masih terlalu dini untuk jam masuk. Jalanan sekolah tampak tak terlalu ramai.
Pintu gerbang sudah di depan mata, Evina melenggang memasukinya. Belum tampak barisan guru yang biasa mengecek kedatangan murid.
Evina memasuki ruang kelasnya. Beberapa orang sudah ada yang datang. Gadis ini bersekolah di STM yang notabene lebih banyak laki-laki daripada perempuan. Di kelasnya pun hanya ada dua gadis saja, Evina dan temannya Siska. Evina adalah gadis tomboi. Ia pun tak cantik seperti gadis-gadis lain. Apalagi jika dibandingkan dengan Siska teman sebangkunya. Sangat jauh sekali perbedaannya.
Siska Paramita, meskipun mereka masih kelas satu semester genap, tapi tidak ada yang tidak tahu dia primadona di sekolah ini. Namun Evina tak pernah memedulikan hal semacam itu. Dia orang miskin tidak sempat dia memikirkan hal-hal semacam itu.
Karena jam masuk masih lama, setelah meletakan tasnya Evina pergi ke perpustakaan. Untuk seseorang yang sangat introvert ini, perpustakaan adalah tempat yang paling aman untuknya. Ia memilih – milih buku apa yang ingin ia baca. Pilihannya jatuh pada satu buku yang berada pada rak paling atas.
Ia menengok ke sana kemari seperti mencari sesuatu. Evina ini pendek, tingginya hanya 150 cm saja. Ia kebingungan untuk mencapai buku itu. Ia menongokke sana kemari, mencari sesuatu yang bisa ia jadikan pijakan, tapi tak menemukan apapun.
Ia berusaha mengambil bukunya dengan cara melompat lompat. Namun tetap tak sampai ia menjangkau buku itu.
Tanpa ia sadari ada tangan yang menjulur dari belakang dan mengambil buku itu. Evina sontak terkejut lalu berbalik.
“Itu mau saya ambil,” ujar Evina mengulurkan tangan.
Di hadapannya ada sosok pria tampan dan tinggi yang mengambil buku tadi. Evina memandangi pria itu sekilas. Dalam hatinya berpikir ‘ cakep sekali, udah tinggi, putih, badannya pun bagus sekali mengenakan seragam OSIS.’
“Aku, kan, yang mengambilnya dari rak buku,” ujar pria itu. Evina tak mau kalah karena ia merasa sejak awal ingin mengambilnya.
“Tapi saya duluan yang berniat mengambilnya,” Evina menatap tajam kepada pria itu. Seragamnya ada label warna hijau 1 berarti dia kelas 1 jurusan otomotif.
Di sekolah ini setiap siswa memakai seragam yang diberi label pada tangan bagian kiri dengan warna yang berbeda. Hijau untuk otomotif, merah untuk elektronika, navy untuk mesin perkakas dan putih untuk teknik konstruksi bangunan. Dan setiap tingkat jumlahnya menyesuaikan.
Evina sendiri berlabel merah, yang sudah pasti elektronika.
“Ini buku tentang instalasi lampu pada motor. Ngapain anak elektro baca buku seperti ini?” ujar pria yang di seragamnya tertulis nama Fahri Ramadhan.
“ Terserah saya, yang mau baca, kan ,saya. sini!” Evina mengulurkan tangannya tanda meminta buku itu.
“ Ehh, ngga bisa, donk! Saya yang ambil kok,” ujar Fahri tak mau mengalah.
Evina masih tak terima dan berusaha merebut buku itu. Namun Fahri buru - buru pergi menuju penjaga perpustakaan.
“ Apaan, sih?” gumam Evina sembari mendengus kesal. Evina tak jadi membaca buku di perpustakaan. Moodnya sedang tidak baik. Asal tau saja Evina si introvert ini emosinya mudah naik turun jika ada yang mengganggunya.
Fahri yang sedang menunggu bukunya dicatat, memandang ke arah Evina yang melenggang keluar. Raut wajah Evina menunjukan wajah kesal. Sedikit senyuman tersungging dari bibir Fahri.
“Kelas mana sih? Emosian banget,” gumamnya terheran.
“ Anak elektro 2 mas. Biasa nongkrong di sini dia. Tapi, ya, itu sendiri terus,” sahut bapak penjaga perpustakaan seraya menyerahkan buku rebutan tadi.
“ Oh, begitu pak. Oh, iya, makasih pak. Sudah mau jam 7 . Balik ke kelas dulu ya,” setelah menerima buku itu Fahri bergegas menuju ke kelasnya.
♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧
♧♧♧
Evina wijayanti, nama yang sangat sederhana di era tahun 2007. Dia tak terlahir dari keluarga kaya. Sebenarnya kalau mendengar cerita dari ibunya, kakeknya juragan tanah di kota Semarang.
Tapi harta kakeknya tidak menurun ke bapaknya. Masih untung kakeknya meninggalkan warisan tanah. Yang kemudian dibangun oleh orangtuanya. Atau lebih tepat ibunya. Karena ibunya menjual seluruh perhiasannya demi membangun rumah sederhana untuk di tinggali.
Ibunya adalah yatim piatu dari kecil. Tapi ibunya adalah pekerja keras, sehingga punya perhiasan dan tabungan yang walau akhirnya harus habis karena suaminya. Dan setelah dewasa harus menikah dengan bapaknya yang ternyata seseorang yang tak bertanggung jawab.
Dibandingkan disebut bapak, lebih cocok di bilang ‘majikan’. Setiap hari kerjaannya hanya menyuruh ini itu, mabuk - mabukan, main wanita. Tak pernah memberi nafkah anak istri. Karena stiap pulang kerja uangnya digunakan untuk main perempuan.
“*V**i, ewangi bue to! Ora ning kamar wae. Bapakmu selak muleh. Ngko ndak ngamuk*”. (Vi, bantuin ibu ,donk! Jangan dikamar terus. Nanti bapakmu keburu pulang, marah).
Sang ibu berteriak dari dapur karena kewalahan mengurusi pekerjaan rumah. Karena bapak tak pernah memberi nafkah. Ibunya yang bekerja serabutan untuk makan dan sekolah anak- anaknya.
“*Iy**o,yo*.” (iya, iya) sahut Evina. Evina bangun dari kasurnya yang dibilang kasur pun tak mirip sama sekali. Evina segera menghampiri ibunya didapur.
GUBRAK!!!!! Tiba – tiba terdengar suara dari luar rumah. Evina berlari melihat apa yang terjadi. Terlihat sosok bapaknya yang pulang bersama wanita lain dengan keadaan mabuk.
“Ti, Narti.” Teriak bapak
Ibu tergopoh – gopoh keluar rumah. Hal seperti ini sudah sangat sering terjadi. Pulang kerja mabuk, bersama selingkuhannya.
“Mangan! Ndang!” (Makan! Buruan!) ucap bapak dengan nada memerintah.
“Durung mateng, mas. Enteni sek ya! Ki aku yo gek entes bali kerjo,” ( Belum matang, mas. Tunggu dulu ,ya! Ni saya juga baru pulang kerja).
Tanpa ba!bi!bu bapak menampar kepala ibu.
“Wong lanang balik kerjo kesel. Iso isone durung mateng. Ket mau ngopo wae? Kowe tak tempeleng nek kurang ajar karo wong lanang.” ( Laki – laki pulang kerja capek. Bisa- bisanya belum matang. Dari tadi ngapain aja? Kamu kalo kurang ajar sama laki – laki ku hajar.)
Ibu hanya diam saja dipukul sang bapak sembari memegang pipinya yang tadi dihajar. Evina hanya bisa terpaku melihat kejadian mengerikan itu. Bukannya membiarkan. Ia takut kepada bapaknya. Hampir setiap hari dia melihat ibunya dihajar.
Tetangga terkadang juga iba melihat ibunya dihajar oleh bapaknya. Tapi mereka tak mau ikut campur. Pak Munadi, sang bapak terkenal beringas di masyarakat. Sudah sangat sering tetangga melihat keluarga Evina dhajar oleh si bapak.
Ibunya lalu bergegas pergi ke kamar mencari dompet,kemudian beranjak keluar.
“Mau kemana, bue?” tanya Evina yang sedari tadi mengikuti ibunya.
“Ayo, ke warung padang depan, bapak selak ngeleh (bapak udah lapar)," ujar ibunya mengajak Evina.
Tak habis pikir, mengapa sang ibu diam saja? Bahkan menangis pun tidak. Evina ingin menangis tapi ia tertahan melihat ibunya.
Pernah suatu kali ketika bapak marah, ia membawa bawa golok hendak di ayunkan ke ibu.
Beruntunglah saat itu ketiga mas-masnya dirumah. Dan bisa menahan.
"Jangan dipikirin bapakmu begitu. Cukup bue dapat suami begitu. Besok kowe ojo ketemu sing koyo ngono ( kelak kamu jangan bertemu yang seperti itu) ujar ibunya dalam perjalanan ke warung padang.
“Bue kok ngga mau cerai saja to? Aku ngga apa apa. Bapak tiap hari begitu. Aku juga sering dipukuli kalo salah sedikit saja. Ya kalau dia nyukupin kita. La wong kita aja makan susah. Tiap hari makan sambel. SPP sekolah ndak pernah bayar. Buat apa punya bapak?” ujar Evina meluapkan kekesalannya.
“Jangan ngomong begitu. Itu juga bapakmu. Kalau ngga ada bapak, ngga ada kamu juga. Wes rak sah melu nesu," ( sudah jangan ikut marah).
Sesampainya di warung nasi padang. Ibu memesan sebungkus nasi rendang. Si penjual memandang ke arah Evina. Evina terlihat malu dipandang seolah seperti pengemis.
“Niki, bu, limolas ewu,”(ini, bu, lima belas ribu).
“*N**jih mas*,” (iya mas). Ibu membuka dompet kecilnya hendak membayar. Evina tak luput melihat isi dompet ibunya.
Terlihat lembaran uang seribuan lusuh. Ibu mengambilnya lalu menghitungnya. Ternyata masih sisa tiga ribu rupiah. Beliau menyerahkan lembaran uang itu ke penjual.
“Niki mas. Ngapunten nggih receh,”
si penjual menerima uang itu lalu menghitungnya dan ternyata pas.
“Matursuwun bu,” (terima kasih bu)
Evina dan ibu bergegas pulang ke rumah. Akan ada masalah lagi kalau terlalu lama bapaknya menunggu.
Namun sesampainya di rumah, ternyata si bapak sudah tertidur karena mabuk berat.
“ Ditukoke mangan malah teler,” (Dibeliin makan malah tidur). Ujar Evina kesal.
8
“Biarin aja. Nanti kalau bangun minta makan. Ini nasi padangnya jangan dimakan,” kata ibunya masuk seraya menyimpan bungkusan itu kedalam lemari makan.
Begitah kehidupan keseharian Evina di rumah. Gadis dari keluarga miskin. Yang ternyata menyimpan luka dalam keluarganya. Itu masih belum seberapa. Karena ternyata, Evina juga memendam luka yang begitu dalam dari masa kecilnya.
Saat dia masih SD, Evina pernah diperkosa oleh tetangganya. Tetangga yang bisa disebut teman masnya. Teman yang sudah dianggap seperti anak sendiri oleh orang tua Evina. Saat itu dia tak sadar apa yang terjadi. Seiring berjalannya waktu. Ia mengerti apa yang terjadi di kamar saat itu adalah perkosaan.
Semenjak itu terbentuk karakter introvert dalam diri Evina. Tak pernah sekalipun ia tak menutup pintu kamarnya yang sangat sederhana, ketika ia di dalam kamar. Karena ia selalu dihantui ketakutan.
Namun ia bisa berlega hati. Tetangga laknat yang melakukan hal tak senonoh itu, sudah meninggal 2 tahun yang lalu. Dikarenakan tertabrak bus ketika pulang kerja.
Sungguh saat itu Evina justru sangat senang. Tuhan seperti mengabulkan harapannya supaya makhluk biadab itu lenyap dari muka bumi ini.
Namun sepertinya,ia masih tetap tidak bisa melupakan bayang – bayang kejadian menjijikan itu. Sampai akhirnya ia beranjak remaja, dan saatnya ia merasakan pubertasnya.
Alasan kenapa dia masuk STM adalah karena ia tak ingin takut kepada laki – laki. Itu pun butuh perjuangan, mengingat bapaknya yang seperti itu. Dan ibunya hanyalah pekerja serabutan. Ia memohon – mohon pada ibunya agar minimal ia bisa tamat SMK.
😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊
Terima kasih sudah bersedia membaca novel pertama saya. Semoga ceritanya enak untuk disimak ya...
Jangan lupa tinggalkan comment, like, vote serta beri rate pada episode ini. Terima kasih......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Ira
keren
2024-11-04
1
Fahri Ramadhan
suka
2021-12-25
1
Normila Che Murad
hai
2021-09-11
0