Sejak kejadian itu Evina selalu menghindari Fahri. Ia tak tahu harus bagaimana jika bertemu Fahri. Ia malu karena ia lari setelah di cium oleh Fahri.
Seperti hari Jum’at ini, hari dimana ada kegiatan ekstrakulikuler pramuka. Karena hari Jum’at maka sekolah berakhir jam sebelas siang. Evina tak ingin pulang ke rumah, karena di waktu ini ibunya pastilah belum pulang. Tapi ia juga tak ingin mengikuti pramuka, karena pasti akan canggung sekali bertemu Fahri.
Evina memutuskan untuk jalan -jalan di alun – alun kota. Karena sekolahnya berada di pusat kota, ia bisa mengunjungi banyak mall dan toko. Berjalan sendirian di sekitar alun – alun simpang lima.
Sebenarnya ia tak tahu harus pergi kemana. Ia hanyamengikuti langkah kakinya berjalan menyusuri sepanjang trotoar jalan saja.
Terdengar suara lantunan ayat dari masjid Baiturrahman. Ya, karena Jum’at biasanya ada ibadah sholat Jum’at. Sambil berjalan dipandanginya orang – orang yang hilir mudik di depan masjid. Ia tersenyum melihat orang -orang yang bergegas masuk ke masjid.
Evina tak pernah di ajarkan untuk beribadah sejak kecil. Orangtuanya tidak peduli tentang hal – hal spiritualis seperti itu. Di dalam hatinya selalu iri melihat mereka yang rajin beribadah. Tapi ia tak tahu caranya. Kadang ketika ia menemani Siska sholat di waktu dzuhur, ia sering memandanginya. Bagaimana wudhunya, bagaimana cara melakukannya. Namun ia malu jika harus bertanya pada Siska.
Suara adzan menggema membangunkan Evina dari lamunannya. Akhirnya Evina pun pergi mengunjungi toko buku di dekat masjid itu. Karena di sini tempat ia bisa meihat – lihat tanpa harus mengeluarkan uang. Jika di mall, apa yang akan dia lakukan. Melihat – lihat isi mall hanya akan menyadarkan kondisi dirinya.
🍁🍁🍁🐧🍁☘☘🍁🍁☘🍁☘🍁☘🍁☘🍁☘🍁☘🍁☘☘🍁🍁☘🍁☘☘🍁☘🍁🍁☘🍁☘☘🍁🍁☘☘🍁🍁☘🍁☘
Waktu menunjukan jam setengah empat sore. Sudah saatnya kegiatan pramuka dilakukan. Para pengurus masih berada di ruang pramuka. Hanya Cahyo dan Dewi yang mengatur barisan siswa kelas satu di lapangan. Fahri sedang kebingungan karena Evina tak kunjung datang. Siska pun tak tahu kemana Evina pergi. Karena setiap sebelum ekskul pramuka Siska selalu pulang dulu ke rumah, baru kembali ke sekolah lagi.
“dia ngga bilang kemana gitu, Sis?” tanya Fahri. Raut wajahnya nampak sekali kebingungan. Kegiatan ini adalah salah satu cara ia bisa bertemu Evina. Tapi Evina pun tak mau datang.
“ngga tau,Ri. Biasnya dia ikut aku pulang dulu ke rumahku. Ini tumben tadi ngilang langsung. Ngga pamitan juga ke aku,” jawab Siska.
Beberapa pengurus sedang mempersiapkan alat – alat untuk kegiatan. Mereka mengeluarkan bendera merah putih dan bendera adat pramuka.
Cahyo yang dari tadi di lapangan datang menanyakan kesiapan Fahri.
“gimana,Ri. Udah siap belum?” tanya Cahyo.
“Evina masih belum datang. Gimana, ya?” ujar Fahri bingung.
“emangnya ngga boleh di gantiin?” tanya Siska.
“ya, kalau darurat sih, boleh aja. Kan cuma upacara biasa, bukan upacara adat. Cuma nanti pak Sugeng bakal nanyain Evina juga. Kasian kalau kena marah pak Sugeng,” ujar Fahri.
Siska menatap iba ke arah Fahri. Kenapa Evina harus mengorbankan tanggung jawabnya hanya karena masalah pribadi ia dan Fahri. Fahri beberapa kali mengusap wajahnya. Dengan penuh kebingungan diambilnya beberapa buku jurnal pramuka.
“ya, udahlah, Sis, kita mulai aja dulu. Siapa tahu dia telat datangnya,” kata Fahri bergegas.
“yang gantiin Evina siapa?” tanya Siska.
“ya, siap lagi, kamulah,” jawab Fahri enteng. Siska menggeleng – gelengkan kepalanya.
“aduh, Vi, Vi. Berantem sama gebetan kenapa aku yang harus nanggung ini,” ujar Siska seraya mengikuti Fahri.
🌍🌎🌎🌎🌎🌎🌎🌎🌎🌎🌎🌎🌎🌎🌎🌎🌎🌎🌎🌎🌎🌎🌎🌎🌎🌎🌎🌎🌎🌏🌍🌍🌎🌎🌎🌎🌎🌎🌍🌎
Di rumah Evina semakin murung. Dia rindu pada Fahri, tapi kenapa ia harus bersikap seperti ini. Kenapa ia tak bisa mengungkapkan perasaan yang ada dihatinya. Remaja lain dengan santai berpacaran. Tapi kenapa dia tidak bisa?
Sembari melamun Evina membantu ibunya membersihkan rumah. Ketika itu kakaknya yang kedua Wawan, baru saja pulang. Terlihat wajah kakaknya babak belur habis berkelahi. Evina hanya menatapnya sebentar, lalu melanjutkan kegiatannya menyapu lantai.
“ojo ngomong bue,” ( jangan bilang ibu) ujar mas Wawan. Evina hanya menghembuskan napasnya. Kakaknya ini memang sering kali berkelahi. Setiap pulang dari main bersama teman – teman kampung selalu seperti ini.
Selesai beres – beres rumah, Evina pun mandi lalu mempersiapkan jadwal pelajaran untuk esok. Dilihatnya tasnya yang sudah sedikit usang. Namun ia tak masalah, asalkan bisa sekolah itu sudah cukup.
“Vi...,” panggil ibunya.
“ya, bue,” jawab Evina.
“besok kamu ngga usah berangkat sekolah dulu,ya,” ujar ibunya. Seketika raut wajah Evina murung.
“bue ngga punya uang saku buat kamu berangkat. Besok kan sabtu, pulangnya kan lebih awal. Ngga berangkat sekali ini aja, ya,” ujar ibunya.
“tapi, aku besok ada ulangan, bu,” ujar Evina sedih.
Ibunya juga tak tega melihat anaknya itu. Namun hari ini ia tak mendapatkan cukup uang untuk memberikan uang saku untuk Evina berangkat sekolah besok. Jarak rumah dan sekolah cukup jauh. Tidak mungkin jika harus berjalan kaki. Jika tidak memiliki ongkos mustahil ia akan berangkat sekolah.
🏜🏜🏜🏜🏜🏜🏜🏜🏜🏜🏜🏜🏜🏜🏜🏜🏜🏜🏜🏜🏜🏜🏜🏜🏜🏜🏜🏜🏜🏜🏜🏜🏜🏜🏜🏜🏜🏜🏜🏜🏜🏜🏜🏜🏜🏜🏜🏜🏜🏜🏜🏜🏜🏜🏜🏜🏜
Fahri termenung memikirkan Evina. Bagaimana caranya menemui Evina. Ia ingin meluruskan banyak hal. Lebih dari itu ia sangat merindukan Evina. Beberapa hari tak menjumpainya membuat batinnya tersiksa.
“Fahri, denger adzan maghrib ngga sih?” ujar Ibunya yang memecah lamunan Fahri di dalam kamar. Fahri bergegas bangun untuk pergi ke masjid.
“waktunya sholat kog harus diingatkan,” ujar ibunya menggerutu.
“iya, ini juga mau ke masjid,” jawab Fahri.
Fahri bergegas melangkahkan kaki ke masjid dekat rumah. Lalu melaksankan sholat maghrib berjamaah. Selesai sholat ia tak langsung pulang. Ia pun biasa mengaji bersama anak – anak di kampungnya sampai waktu ‘isya tiba.
Tak pernah sekalipun Fahri meninggalkan ibadahnya. Sejak kecil dia sudah kental di didik religius oleh keluarganya. Dua orang kakaknya pun lulusan pondok pesantren di jawa timur. Ia meminta kepada orang tuanya supaya bersekolah disekolah biasa. Ia berjanji tidak akan melakukan hal yang melanggar ketentuan agama.
Namun langkah manusia tidak ada yang pernah tahu. Siapa yang akan menyangka, ketika Fahri bersekolah di STM yang notabene mayotritas laki – laki. Ia malah jatuh hati kepada gadis biasa seperti Evina. Yang jelas latar belakang keluarga mereka berbeda sangat jauh. Bagaikan api dan air.
🔔🔔🔔🔔🔔🔔🔔🔔🔔🔔🔔🔔🔔🔔🔔🔔🔔🔔🔔🔔🔔🔔🔔🔔🔔🔔🔔🔔🔔🔔🔔🔔🔔🔔🔔🔔🔔🔔🔔🔔🔔🔔🔔🔔🔔🔔🔔🔔🔔🔔🔔🔔🔔🔔🔔🔔🔔🔔🔔🔔🔔🔔🔔🔔🔔🔔
Minggu ini Siska dan Aris berencana berkumpul bersama Fahri dan beberapa teman. Sayangnya, Evina tak bisa ikut, Siska tak bisa menghubungi Evina karena memang Evina tidak punya handphone. jadi tak bisa mengabari acara ini.
Mereka mengadakan acara jalan – jalan ke candi Gedong Songo. Awalnya mereka berkumpul di sekolah. Lalu dengan menggunaka motor mereka begegas melaju ke daerah Ungaran.
Sesampainya di lokasi mereka segera pergi antri membeli tiket. Meski sedang bersenang – senang dengan teman – temannya namun Fahri tak terlihat senang.
Sebenarnya ia malas ikut karena tidakada Evina. Namun Aris membujuknya untuk tetap ikut. Alasnnya untuk menghibur diri.
“ayolah, Ri. Senyum kenapa, sih?” ujar Aris mencoba menghibur. Anak -anak yang lain pun juga berkata yang sama. Fahri yang biasanya secerah mentari sekarang sinarnya redup.
“makanya, jangan main sosor aja, kan jadi panjang urusannya” ujar Siska seraya membagikan tiket yang sudah ia beli kepada teman – temannya. Fahri memelototi Siska, takut kalau anak anak mendengarkan kata – katanya.
“oopss, maaf,”ujar Siska menutup mulutnya dengan tangan. Aris terkekeh dengan situasi ini.
“udah, udah ayo masuk. Hari ini kita refresing. Udah lupain semua beban di hati. Kita jalan – jalan dulu naik turun bukit. Neng Siska, kalau capek, ngomong sama mas Aris. Nanti biar Cahyo yang gendong,” ujar Aris bercanda. Siska memukuli Aris karena candaanya.
“ yee, kenapa Cahyo yang suruh gendong? Kog ngga kamu sendiri aja?” ujar Siska terbahak.
“ ha, ha, ha. Ya, kan capek naik turun bukit sambil gendong kamu,” jawab Aris diiringi tawa teman – teman mereka. Fahripun ikut tersenyum.
Mereka pun bergegas masuk ke dalam tempat wisata itu.
Terima kasih sudah bersedia membaca novel pertama saya. Semoga ceritanya enak untuk didengarkan ya...
Jangan lupa tinggalkan comment, like, vote serta beri rate pada episode ini. Terima kasih......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
👑
Sian vina
2020-12-17
1
Yours Bee
Evina kasian ya gak bs ikutan jalan²
2020-12-13
2
DeputiG_Rahma
like datang, kembali, hadir ,lagi.....😁🖐🖐🖐🖐🖐
2020-12-12
2