Fahri tak menghiraukan ucapan Evina. Ia tak mau melepas pelukannya. Pikirannya sangat kacau, ia sudah tak memikirkan apapun lagi kecuali Evina. Rindunya yang memuncak ia tumpahkan dengan memeluk gadis idamannya itu.
“Fahri,...tolong, jangan begini. Tolong mengertilah. Kamu terlalu baik untukku. Banyak gadis lain yang lebih pantas,” ujar Evina yang mulai mengalah.
“engga, aku ngga mau orang lain. Aku cuma suka sama kamu. Tolong jangan bilang begitu,Vi, tolong percayalah. Aku ngga akan menyakiti kamu. Tolong beri kau kesempatan membuktikkan kalau aku benar – benar tulus sama kamu,”
Evina tak mampu berkata – kata lagi. Ia sudah tenggelam dalam pelukan Fahri. Tubuh hangat Fahri yang mendekapnya adalah hal indah pertama yang pernah ia alami selama ini. Aneh, ia tak lagi ketakutan, justru ia menikmati pelukan itu.
Semakin tenggelam, Evina pun merangkulkan tangannya ke tubuh Fahri. Hingga akhirnya kedua insan ini saling berpelukan dengan mesra. Fahri senang sekali, Evina membalas pelukannya. Hatinya bagai di siram dengan air kehidupan yang selama ini tak pernah ia rasakan.
“jangan menghindar lagi, ya, Vi. Aku sayang sama kamu,” ujar Fahri dalam pelukan. Evina hanya mengangguk pasrah. Ia lupa segalanya, ia lupa bahwa perbedaan mereka yang teramat besar bisa saja menjadi sandungan cinta mereka.
Fahri perlahan melepas pelukannya dari Evina. Lalu menggenggam kedua tangan Evina, menatapnya dengan lembut.
Dipandangi wajah gadis yang ia sayangi itu. Senyumnya merekah, melihat bagaimana wajah polos Evina di depan matanya. Evina yang masih tak percaya pun malu- malu ketika di tatap Fahri. Ia memalingkan wajahnya ke arah lain.
“jangan liatin gitu,”ujar Evina malu.
“kenapa? Bukannya kamu udah setuju untuk tidak menghindariku?” goda Fahri.
“aku malu, emmmhh,” wajah Evina pun memerah karena digoda Fahri.
“iya,iya. Aku ngerti cuma aku yang suka, kamu engga,” ujar Fahri lagi semakin membuat wajah Evina tambah memerah.
“engga, bukan begitu,” potong evina.
“jadi kamu suka sama aku?”tanya Fahri seraya mendekatkan wajahnya ke wajah Evina.
Sejenak Evina berhenti bernapas. Degup jantungnya terdengar begitu cepat ketika wajah Fahri tepat beberapa senti dari wajahnya. Jika Fahri maju sedikit lagi maka hidung mereka akan bersentuhan.
Evina tak mau menjawab pertanyaan Fahri, ia hanya tersenyum memandangi Fahri. Fahri ngin sekali mendengar kalimat itu keluar dari bibir kecil Evina. Namun sepertinya ia harus bersabar. Ia mengerti, Evina pasti belum sepenuhnya menerimanya.
“ok lah, aku akan menunggu sampai kamu bilang sendiri ke aku. Yang terpenting sekarang, kamu adalah milikku,”kata Fahri seraya melepas genggaman tangannya dari Evina.
Ia lalu mengambil tas yang ada di atas meja. Lalu kembali menggandeng tangan Evina, mengambil kunci dari sakunya. Fahri membuka kunci pintu ruangan itu.
“mau kemana?” tanya Evina. Fahri berbalik ke arah Evina.
“pulang lah, ini kan udah sore. Kamu masih mau di sini?” ujar Fahri menggoda Evina.
Evina mengerutkan dahi mendengar ucapan Fahri yang seperti membalasnya tempo hari.
😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍
Fahri senyum – senyum sendiri ketika berada di depan komputer dini kamar kakaknya. Gembira sekali rasanya ketika pertama kali jatuh cinta, ternyata ia bisa mendapatnya.
“kangen,” gumamya seraya memainkan mouse komputer
“kowe ngopo ngguyu - ngguyu dewe ngunu,” ( kamu kenapa senyum -senyum sendiri ) ujar Iqbal kakaknya. Fahri pun tersentak kaget. Lalu ia pura – pura sedang serius di depan komputer.
“rak po po kog. La emange aku nopo?” ( ngga kenapa - kenapa kog. emangnya aku kenapa?) ujar Fahri sewot.
Kakanya menatap Fahri curiga. Ia tahu bahwa adiknya sedang kasmaran, itu hal biasanya di kalangan remaja.
“rak, sah aneh – aneh. Ojo sampe ketauan ibu. Ojo kebabalsen,”(jangan aneh – aneh. Jangan samapiketahuan ibu. Dan jangan sampai kebablasan)
Seketika Fahri merinding, kakaknya tahu. Tapi syukur, kakanya tidak mengadukannya ke ibu.
🤔🤔🤔🤔🤔🤔🤔🤔🤔🤔🤔🤔🤔🤔🤔🤔🤔🤔🤔🤔🤔🤔🤔🤔🤔🤔🤔🤔🤔🤔🤔🤔🤔🤔🤔🤔🤔🤔
Sementara Evina pun di dera rasa yang sama . sambil mengerjakan tugas sekolahnya ia tersenyum malu. Seumur hidupnya ini adalah hal bahagia pertama yang pernah ia alami. Selama ini tak ada yang pernah mencintainya seperti itu kecuali ibunya.
Ia seakan lupa dengan beban hidup yang pernah ia alami. Jatuh cinta ternyata seindah ini. Mengapa ia tak dari dulu saja mau bertemu Fahri.
“dia, lagi apa ya?” gumamnya lirih. Masih tersipu, sampai -sampai tak ada satu pun tugas yang ia kerjakan.
Tersadar akan lamunannya ia pun melanjutkan mengerjakan tugas. Rasanya tak sabar menunggu esok hari. Baru tadi sore bertemu, rasanya ia sangat merindukan Fahri. Aneh memang, phobianya pada laki -laki tiba – tiba saja terasa hilang karena Fahri.
❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤
Hari ini Evina terlambat ke sekolah, karena angkot yang ia tunggu lama sekali muncul. Ketika tiba waktu sudah menunjukan pukul setengah tujuh. jika tak macet ia bisa tiba tepat jam tujuh samai sekolah.
Setibanya di jalan menuju sekolah evina segera berlari. Ternyata tak hanya dia yang terlambat, beberapa siswa juga berlarian bersama Evina.
TIN! TIN! TIN!
Terdengar suara klakson motor dari belakang Evina. Dan ternyata adalah Fahri yang berangkat sekolah dengan motor bebeknya. Evina menengok ke arah suara itu berasal dan melihat kekasihnya.
“ayo naik,” ujar Fahri. Evina tak menyia – nyiakan kesempatan ini. Yang terpenting sekarang adalah tiba tepat waktu di sekolah.
Sampai di depan gerbang sudah siap empat guru yang sedang berjaga untuk mengecek kelengkapan siswa. Fahri memarkirkan motornya di parkiran. Mereka berdua melewati keempat guru itu.
“pagi, pak,” ujar Fahri dan Evina hampir bersamaan.
“pagi, cepat masuk ke kelas sudah hampir jam tujuh. kurang lima menit lagi lho,” ujar pak Agus.
“iya pak,” ujar Evina dan Fahri.
Evina dan Fahri pun masuk bersama. Namun karena arah kelas mereka tidak sejalan mereka pun harus berpisah.
“hari ini aku produktif, jadi aku ke workshop,” kata Fahri.
“iya,” jawab Evina singkat. Ia malu sekali berjalan berdampingan denan Fahri setelah kejadian kemarin. Fahri merasa tak puas dengan ucapan Evina.
“kog, gitu doank?” tanya Fahri.
“udah, ah. Jangan mulai lagi, aku mau ke kelas,” ujar Evina yang semakin malu. Ia bergegas cepat meninggalkan Fahri.
Dari kejauhan Siska memperhatikan Fahri dan Siska yang masuk sekolah bersama.
Siska lalu menghampiri Evina,dengan girang ia menunjuk – nunjuk ke arah Evina.
“apaan, sih? Jangan mulai lagi!” kata Evina disertai senyum malu. Siska tak berhenti menggoda Evina. Dipandanginya temannya itu dengan saksama. Membuat Evina jadi gugup tak karuan.
“apa, apa?” tanya Evina tersenyum.
“makan – makan donk yang habis jadian,” kata Siska, membuat Evina seketika membungkam mulut teman cantiknya ini.
“diem ngga, jangan ngomong yang aneh – aneh deh. Malu tau,” ujar Evina.
Siska melepas paksa tangan Evina yang menutup mulutnya. Dan masih terus saja senyum – senyum untuk menggoda Evina. Mereka berdua bercanda seperti biasa. Siska senang sekali karena melihat Evina bisa tersenyum. Selama ini Siska menyadari bahwa Evina menyembunyikan masalah – masalahnya darinya. Wajah murung yang menghiasi raut Evina sekarang perlahan – lahan mulai memudar.
Terima kasih sudah bersedia membaca novel pertama saya. Semoga ceritanya enak untuk didengarkan ya...
Jangan lupa tinggalkan comment, like, vote serta beri rate pada episode ini. Terima kasih......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Ria Diana Santi
Hai, semangat like untukmu...
2021-01-08
0
nur hafizah maulida
senyum2 bacanya...😍😍😍😍😘😘😘😘 lanjut teris thor...
2020-12-30
1
👑
semangat
2020-12-17
0