Acara malam ini telah usai. Para siswa sudah kembali ke tenda masing – masing untuk tidur, karena waktu sudah menunjukan pukul 1 malam. Malam ini hening sekali, karena acara dari pagi sampai malam, mereka semua kelelahan. Hanya terdengar suara hewan malam, dan burung – burung malam.
Evina dan beberapa pengurus wanita juga tidur terlelap di dalam tenda. Baru sejam mereka terlelap, terdengar suara gaduh dari luar tenda. Terdengar seseorang memanggil -manggil Evina dari luar tenda. Evina tidak menggubris panggilan itu karena ia sangat mengantuk.
Namun panggilan itu semakin keras. Febi yang berada di dalam tenda itu juga pun jadi ikut terbangun.
“ Apa, sih berisik banget? Ngga tau orang udah capek banget seharian,” ujar Febi seraya bangkit dari posisi tidurnya. Ia berusaha membangunkan Evina yang sudah terlelap.
“ Vi, Vi, bangun. Tu di panggil! Kayaknya ada apa gitu,” ujar Febi seraya menggoyang – goyangkan badan Evina. Evina pun dengan berat membuka matanya. di usapnya kedua matanya yang terlihat sangat lelah. Dengan setengah sadar ia membuka resleting tenda.
“ Apaan, sih, ini masih jam berapa? Ngantuk, capek?”ujar Evina yang terlihat berantakan. Dan ternyata yang memanggil Evina adalah Aris. Dengan raut serius ia menatap Evina.
" Vi, ikut bentar keluar. Ada masalah, nih,” ujar Aris. Seketika mata Evina sembuh dari kantuknya ketika mendengar kata masalah. Ia menghembuskan napas berat.
“ Apa lagi?” tanya Evina memelas. Aris buru – buru menarik Evina yang penampilannya masih acak- acakan.
“ FEB, KAMU TOLONG KE TENDA CEWEK ADIK KELAS. ADA TAS ILANG TADI DI TENDANYA. COBA KAMU TEMENIN SAMA TANYA – TANYAIN!” ujar Aris kepada Febi yang ada di dalam tenda.
Padahal ia sudah mau merebahkan badannya, namun bangkit lagi karena mendengar suara keras Aris. Febi bersungut – sungut kesal. Kenapa untuk istirahat saja susah sekali.
Sementara Evina mengikuti Aris dengan kebingungan.
“ Siapa yang kecolongan?” tanya Evina bingung ketika berjalan dengan Aris. Terdengar langkah mereka terburu – buru. Raut wajah Aris benar- benar sedang serius. Evina sampai tak berani banyak bicara.
“ Itu punya Dian sama punya Juwita, katanya tasnya hilang sewaktu selesai dari acara api unggun tadi,” ujar Aris serius.
“ Aduh, mati aku. Pak Khafid bakal bunuh, aku nih,” ujar Evina seperti sudah tahu nasibnya bakal seperti apa.
“ Ngga usah khawatir! Fahri tadi sudah di sidang sama pembina. Ya, dia kena marah habis- habisan, sih. Sekarang guru – guru sedang patri sekitar buper. Fahri lagi berjaga di depan buper,” ujar Aris.
Mendengar ucapan Aris Evina lega sekaligus merasa tak enak pada Fahri. Padahal sebelumnya ia sedang dalam perjalanan ke kemah. Ia sendiri juga tidak melihat ada orang di perkemahan.
Aris dan Evina sampai di tempat Fahri berada, ia menyaksikan Cahyo, Dimas dan beberapa pengurus OSIS juga berada disana. Evina segera menghampiri Fahri.
“ Gimana, Ri. Kog, bisa kecolongan, sih? Bukannya tadi udah ada pembagian tugas siapa aja yang jaga di sekitaran kemah?” tanya Evina khawatir.
“ Ngga tadi, waktu api unggun anak- anak yang jaga malah nonton api unggun juga dan para guru saat itu malah kebetulan pada tidur. Ngga ada yang jaga di perkemahan,” ujar Fahri yang terlihat tegang. Evina memperhatikan raut wajah Fahri. Baru kali ini Fahri seserius ini.
“ kebetulan tidur? Trus ngapain kamu di omelin kalau mereka juga pada tidur,” ujar Evina tidak terima. Fahri memperhatikan Evina yang ternyata tidak memakai jaket. Di tengah hutan seperti ini, terlihat badan kecilnya menggigil. Namun Evina seperti tak mau memperlihatkan kalau dia kedinginan.
“ Ya, kan semua orang capek, Vi. Udah ngga usah uring – uringan. Kita disini lagi nunggu hasil. Ini pak khafid sama pak Tedy sedang ke rumah penduduk mencari informasi,” ujar Fahri seraya melepas jaket yang dikenakannya. Ia lalu memberikannya pada Evina. Evina terkejut dengan perlakuan Fahri. Mengapa di saat darurat seperti ini, bisa – bisanya dia perhatian kepadanya.
Di raihnya jaket Fahri, lalu ia mengenakannya.
" Terima kasi, Ri, kamu ngga kedinginan," tanya Evina.
" Ngga, ngga, ngga pa pa. santai aja," jawab Fahri sambil menggelengkan kepalanya.
Sementara itu Aris dan Cahyo juga sedang berdiskusi tentang sesuatu. Terlihat wajah lelah mereka karena seharian sudah mengadakan banyak kegiatan. Namun harus mengalami masalah lagi.
“ Ya udah, duduk di pos dulu, yuk! Kita tunggu kabar dari guru!” ajak Cahyo.
Mereka pun segera masuk ke dalam pos yang tak jauh dari jalan menuju buper. Beberapa dari mereka duduk bersandar untuk melepas lelah.
Cahyo yang sudah tak tahan langsung merebahkan diri di atas lantai yang tak beralas. Evina merasa tak tega melihat teman – temannya. Bahkan Fahri yang biasanya bersinar kali ini terlihat redup.
Beberapa kali ia mengusap wajah tampannya itu. Pertanda ia sedang kebingungan dan banyak pikiran.
Evina menatap Fahri dengan penuh rasa bersalah. Fahri pun menyadari tatapan Evina yang tak lepas darinya.
“ Kenapa, Vi? Jangan ngeliatin kayak gitu,” ujar Fahri yang mengerti mengapa Evina menatapnya.
“ Ngga pa pa , Vi,” ujar Fahri lagi karena melihat muka Evina masih murung.
“ Maafin aku, Ri,” ujar Evina datar. Kali ini ia tak berani menatap ke arah Fahri.
“ Lah, kenapa kamu yang minta maaf? Emangnya kamu yang nyolong?”tanya Fahri heran.
“ Ya, kan yang kecolongan siswa putri, Ri, itu kan tanggung jawabku sebagai ketua,” jawab Evina.
“ Kan, ngga ada yang tahu bakal ada kejadian seperti ini. Udah, ah, ngga usah nyalahin diri sendiri gitu. Kita tunggu aja dulu gimana nanti pak Khafid sama pak Tedy,” ujar Fahri.
Aris yang setengah mengantuk memperhatikan Evina dan Fahri yang sedang berbicara. Dalam batinnya berpikir Fahri bisa juga bicara pada wanita. Dan Ia juga melihat sikap Evina yang cukup bisa terbuka dengan Fahri.
“ Maaf mas, mbak, kalau mau shooting adegan sinetron ditahan dulu, ya. Ini aku udah capek dan ngantuk berusaha tetap melek, supaya kalian tetap terjaga di dalam koridor,” ujar Aris setengah mengantuk.
Membuat Fahri dan Evina menoleh ke arahnya. Mereka tersenyum melihat Aris yang duduk dengan mata sayup, namun masih bisa mengomel.
“ Koridor apaan? Emangnya kita naik bus pake koridor segala?" ujar Fahri geli. Aris tak melanjutkan kalimatnya karena ia sudah tak sanggup lagi. Pada akhirnya Aris tetap tertidur juga, dan Fahri hanya membiarkan temannya itu. Ia tahu semua orang saat ini sedang lelah.
“ Kamu ngantuk?” tanya Evina kepada Fahri. Fahri menggelengkan kepalanya. Tadi memang ia merasa ngantuk sekali. Tapi karena ada Evina di sampingnya, ngantuknya seketika hilang.
“ Kamu gimana? Ngantuk? Kalau ngantuk tidur aja,” ujar Fahri kepada Evina. Ia tahu benar Evina sedang berusaha untuk bertahan dari rasa kantuknya.
“ Ngga, ngga ngantuk. Kalau aku tidur, nanti kamu jaga sendirian. Ketua macam apa aku, lepas tanggung jawab gitu aja,” ujar Evina lirih. Namun seraya memejamkan mata.
Ia sudah tak sanggup bertahan lagi. Dengan posisi duduk di sebelah Fahri, Evina pun ikut tertidur.
Fahri tersenyum lembut menatap gadis itu. Di tatapnya daam – dalam wajah Evina.
’ Iya, benar, memang tidak cantik,’ batin Fahri
‘ Tapi kenapa aku senang sekali menatapmu seperti ini? Aku benar – benar tak sanggup menahan gejolak di dalam hatiku, Vi,’
Tangan Fahri mencoba menyentuh wajah Evina.
Terima kasih sudah bersedia membaca novel pertama saya. Semoga ceritanya enak untuk didengarkan ya...
Jangan lupa tinggalkan comment, like, vote serta beri rate pada episode ini. Terima kasih......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Atika Mustika
Hay kak. Salam sukses dan semangat selalu. *tak lagi ku berharap*
2021-01-31
0
Yours Bee
cinta kan pake hati bukan liat wajah..ah fahri
2020-12-13
1
DeputiG_Rahma
tarik sis,, lanjut..😁😁🙈, DEBU ORBIT datang kembali
2020-12-09
2