Penthouse mewah Ditya terlihat sepi. Hanya seorang asisten rumah tangga yang tampak mondar mandir memastikan keadaan rumah rapi sempurna.
Matt yang sejak tadi menemani Frolline mengobrol, memilih mencari angin segar di area kolam renang setelah memastikan misinya berjalan lancar. Sembari meneguk segelas wine, milik majikannya, Matt duduk di pinggir kolam menunggu detik-detik kedatangan tamu yang sudah diberinya umpan tinggal masuk ke dalam perangkap.
Tidak lama tampak Ditya keluar dari kamar dengan rambut masih menetes membasahi bathrobenya. Berhenti sebentar, ikut menuang segelas anggur ke dalam gelas kristal di minibar kemudian bergabung dengan Matt yang sedang menunggunya di pinggir kolam.
“Sudah Bos?” tanya Matt, menyesap wine dengan ujung bibirnya.
“Mau berendam berapa lama?” tanya Ditya tersenyum usil.
“Hahahahaha!” tawa Matt pecah melihat tampilan Ditya yang tidak biasa saat akan menyambut tamu istimewa.
Obrolan mereka tidak berlangsung lama. Ponsel di tangan Matt sudah berteriak minta disentuh. Seringai licik muncul di wajahnya, saat melihat mangsanya yang minta dijemput masuk ke dalam perangkap.
Ditya tersenyum, mempersilahkan asistennya melanjutkan misi. Dia pun bergegas menuju kamarnya. Akan ada drama yang menguras otak dan tenaga. Dia sangat berharap semuanya sesuai skenario yang dirancang Matt.
Lelaki itu tersenyum bisa melihat Frolline yang sedang tertidur pulas. Wajah damai dan polos, berbeda dengan gadis-gadis di sekelilingnya. Yang bedaknya hampir mirip dempul, belum termasuk lipstik, blush on dan eye shadow.
Apalagi keindahan tubuh yang rata-rata kalau tidak melewati jarum suntik, ya pisau bedah. Bagi Ditya yang biasanya dikelilingi para model semampai dengan kecantikan palsunya atau artis cantik dengan karakter palsunya, ketika disuguhkan gadis polos dari kalangan biasa seperti sesuatu yang mahal.
Suara gedoran di pintu kamarnya membuat seringai licik di bibirnya tercetak jelas. Masih dengan baju mandi yang sengaja memamerkan dada bidangnya, lelaki itu keluar kamar dengan keyakinan penuh.
“Ada apa ini?” tanya Ditya berpura-pura heran, bersikap ramah pada tamu yang ternyata tidak lain dan tidak bukan adalah keponakannya.
Sebuah tinjuan mendarat di rahang Ditya. Pukulan telak yang membuat lelaki itu terhuyung ke belakang sebagai jawaban atas pertanyaan Ditya, Om-nya sendiri.
“Tuan!” pekik Matt, berlari maju berusaha melindungi Ditya. Tugasnya adalah menjaga majikannya, saat melihat Ditya yang terkena pukulan sama saja bentuk dari kelalaiannya.
“Tidak! Biarkan saja!” pinta Ditya, meminta Matt berhenti di tempat dan tidak ikut campur urusannya dengan sang keponakan.
“Dimana Fro?” tanya Firstan, menampilkan wajah penuh amarah, siap menerkam setiap orang yang ada di hadapannya. Di baru saja akan melayangkan pukulan kembali, tetapi tawa Ditya yang membahana membuatnya heran.
“Dia ada di kamar,” ucap Ditya menunjuk ke arah kamar dimana dia baru saja keluar.
“Kurang ajar! Apa yang kamu lakukan, Brengs”ek!” Firstan mencekal kerah bathrobe sebelum akhirnya menghempaskannya dengan kasar.
Tatapan mematikan yang tadinya hanya terlihat biasa, sekarang seperti ingin membunuh dan menelan lawannya hidup-hidup. Setelah menyadari tampilan Ditya yang aneh, rambut basah dan mengenakan bathrobe di siang bolong, lelaki itu sudah menebak kejadian yang ada di dalam kamar.
“Kamu benar-benar kurang ajar! Aku saja tidak mau menyentuhnya. Kamu tiba-tiba datang merampasnya dariku.” Ucap Firstan dengan amarah. Meraih dengan kasar gagang pintu kamar dan membukanya secepat kilat.
Deg—
Pemandangan yang membuat dunianya runtuh. Pemandangan yang membuat hatinya hancur. Lebih dari lima tahun mereka menjalin hubungan, melewati banyak hal bersama. Suka duka, tangis tawa semuanya adalah kenangan yang tidak mungkin dilupakan begitu saja hanya karena dia terpaksa menikah dengan Angella.
“Kami melakukannya suka sama suka.” Ditya mengejutkan Firstan. Keponakannya itu sedang mematung, menatap Frolline yang sedang tidur tanpa pakaian. Hanya bergelung di balik selimut tebal.
Kesakitannya tidak sampai disitu, saat melihat pakaian Frolline yang berserakan. Saling menimpa dengan pakaian yang Firstan yakini milik Ditya.
Baru saja Firstan akan mendekati Frolline, membangunkan kekasihnya yang sedang terlelap. Tetapi tangannya dicekal oleh Ditya.
“Keluar! Dia milikku, jangan pernah mendekatinya lagi!” perintah Ditya. Tidak ada kemarahan hanya sebuah ketegasan dan kejelasan.
“Mulai sekarang jangan berhubungan dengan Frolline lagi,” lanjut Ditya, menarik paksa Firstan dan melempar keluar lelaki itu dari dalam kamarnya.
“Bre”ngsek! Lelaki sejati tidak akan mengambil paksa wanita milik orang lain!” ucap Firstan.
“Hahaha! Lelaki sejati tidak akan menikahi kakaknya dan berselingkuh dengan adiknya. Aku hanya menyelamatkan kalian dari hubungan berkubang dosa. Kamu dapat kakaknya dan aku dapat adiknya. Bukankah adil, calon kakak ipar!” ucap Ditya, terkekeh.
“Ah, dunia sungguh tidak adil ini, Matt. Aku kan Om-nya, kenapa sekarang jadi menantu termuda keluarga Gunawan,” ucap Ditya kembali tersenyum penuh kemenangan.
“Kamu pasti memaksanya! Aku tahu bagaimana Frolline,” ucap Firstan. Dia sudah akan menghadiahkan pukulan kembali, tetapi kali ini Matt cukup sigap untuk menghentikannya.
“Tuan, bisa dibicarakan baik-baik,” ucap Matt berusaha menenangkan Firstan. Terpaksa dia mencekal tangan kekar, yang akan melabuhkan pukulan di wajah majikannya kembali.
“Lelaki bejat ini! Harusnya aku membunuhnya!”
“Frolline ikhlas bersamaku. Buktinya dia sukarela datang ke kediamanku, tidur di kamarku tanpa paksaan,” ucap Ditya memanas-manasi keponakannya.
Amarah yang belum sepenuhnya padam itu membara kembali. Susah payah dengan sekuat tenaga lepas dari cekalan Matt.
“Lepaskan aku, Brengs”ek!!” Lagi-lagi Firstan mengumpat.
“Sudahlah, aku tidak mau memperpanjang urusannya. Aku anggap hubungan kalian selesai sampai disini. Jangan dekati Frolline lagi,” tegas Ditya.
Mata memerah yang menatap sinis itu menunjukan ketidakpuasannya.
“Tidak semudah itu. Gunawan tidak akan menyetujui, Frolline menikah dengan laki-laki bejat sepertimu,” ancam Firstan. Lelaki itu sudah akan mengeluarkan ponselnya, bermaksud melapor pada mertuanya.
“Hahaha ... laporkan saja. Bukankah itu malah membantuku. Semua laporanmu akan mempercepat
proses pernikahanku. Seperti yang kamu lakukan dengan Angella. Aku hanya mengunakan strategi yang sama denganmu,” sindir Ditya.
“Bawa dia keluar, Matt. Aku tidak mau keponakan tampanku ini mengganggu kesenanganku,” lanjut Ditya, kembali masuk ke dalam kamar.
Masih terdengar samar-samar kemarahan Firstan. Lelaki itu masih berteriak tidak jelas sampai akhirnya dievakuasi Matt masuk ke dalam lift.
***
Ditya sudah berpakain rapi, menunggu Frolline terbangun dari tidurnya. Gadis itu sudah berpakaian kembali dibantu asisten rumah tangganya.
“Bagaimana keponakanku, Matt?” tanya Ditya saat keluar dari kamarnya.
“Sudah kembali ke habitatnya,” sahut Matt, tersenyum.
“Bagaimana kamu bisa memancingnya untuk datang kesini? Kamu tidak mengiriminya foto Frolline kan? Aku tidak mau meninggalkan bukti, Frolline akan semakin membenciku,” ucap Ditya dengan wajah sedih.
“Tidak Bos. Aku hanya mengatakan kalau Bos membawa pulang Nona Frolline ke penthouse,” sahut Matt.
Ditya menjatuhkan tubuhnya ke atas sofa, saat Matt mulai bertanya banyak hal. Lelaki itu penasaran sekali dengan apa yang terjadi di dalam kamar. Secara majikannya seperti serigala lapar. Di usianya yang ke 35 bahkan tidak memiliki kekasih.
“Bos, tidak sekalian dicicipi?” tanya Matt menggoda.
“Tidak, kalau cuma mau icip-icip, banyak yang mengantri. Aku tidak kekurangan wanita di dalam hidupku. Kenapa harus merusak gadis baik-baik,” sahut Ditya.
“Frolline belum tentu jodohku, Matt. Aku tidak mungkin membuka segel yang belum tentu milikku,” sahut Ditya bersandar di sofa malasnya.
“Aku saja tidak mau mendapatkan gadis sisa lelaki lain, jadi aku juga tidak mungkin memberi sisaku pada orang lain,” ucap Ditya pelan.
Matt tersenyum. Dua tahun mengawal Ditya, dia tahu kalau majikannya tidak semengerikan yang diberitakan media.
“Hukum karma itu berlaku Matt. Kalau kamu merusak milik orang lain, bisa saja milikmu juga dirusak orang lain.”
“Kalau kamu ingin mendapatkan gadis baik-baik, kamu juga harus memastikan kalau kamu juga lelaki baik-baik. Kita bisa memilih, tetapi orang lain juga bisa memilih. Bukan hanya kita saja,” lanjut Ditya.
“Apa Bos mencintainya?” tanya Matt, penasaran.
“Aku tidak tahu, Matt. Aku baru mengenalnya. Butuh pengenalan lebih jauh lagi untuk memastikan, tetapi aku tertarik padanya,” sahut Ditya.
***
T b c
Love You All
Terima kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
ria aja
Ditya so swet aja
2023-01-10
2
I Gusti Ayu Widawati
Wooo Ditya so sweet....Matt asisten terpercaya andal.
2022-11-26
0
Nur Lizza
akhirny rencana matt berhasil.bt firstan mundur teratur
2022-11-08
0