Bab 9. Pelukan pertama, berjuta rasanya

“Bagaimana denganmu? Kamu tidak ada rencana menikah?” tanya Marisa, tiba-tiba mengalihkan topik pembicaraan.

Ditya tersenyum, masih terpaku menatap riak air kolam renang yang begitu tenang. Dengan lampu sorot yang memancar ke arah kolam, membuat semburatnya terlihat indah di tengah kegelapan malam.

“Daddy memang tidak menyodorkan kriteria calon istriku, tetapi aku cukup mengerti gadis seperti apa yang bisa diterima keluarga kita.” Ditya berkata setelah lama berpikir.

“Dari sekian banyak gadis yang memenuhi ktiteria, tidak ada satu pun yang membuat hatiku bergetar, Kak,” lanjut Ditya.

Marisa terkekeh. Teringat gosip di media online yang menceritakan kalau Ditya tertangkap kamera liburan ke Bali dengan seorang model papan atas, beberapa minggu yang lalu.

“Model itu benar?” tanya Marisa menyelidik.

“Gila apa. Bukan tipeku sama sekali. Aku tidak suka dengan gadis-gadis seperti itu,” jelas Ditya.

“Club motorku sedang mengadakan touring dan charity ke Bali. Beberapa rekanku membawa gadis-gadis model itu. You know 'lah, kehidupan kita seperti apa. Pasti tidak lepas dari gadis-gadis cantik, wine and party,” jelas Ditya.

“Bosan?” tanya Marisa.

“Sometimes, tetapi kita tidak bisa memilih. Dalam tubuh kita mengalir darah Halim Hadinata. Siapa yang tidak kenal Daddy. Dari orang biasa sampai pejabat negara pasti tahu Daddy. Dan kita anaknya, pasti terseret juga. Ada berapa banyak yang ingin dekat, sekedar mengenal sampai berharap menjadi besan,” ucap Ditya.

“Dan kamu tahu, Kak. Selama hampir dua tahun di Indonesia, aku bertemu banyak penjilat dan karakter palsu. Dan para gadis yang dekat denganku rata-rata seperti itu, berharap kemewahan dan siap melakukan apapun supaya bisa menjadi bagian dari hidupku,” jelas Ditya dengan tatapan datar.

“Kak, punya wine? Rasanya aneh tidak ada minuman di saat seperti ini,” ucap Ditya, melirik sang kakak sekilas.

Plakkkk! Sebuah pukulan mendarat di lengan Ditya. Menyusul sederetan kata-kata petuah dan kalimat bijak lainnya.

“Aku menikah dengan orang dari kalangan biasa, Ditya. Ingat itu! Gaya hidup pun sudah jauh berbeda. Suamiku tidak minum. Bahkan putra putriku tumbuh seperti anak-anak pada umumnya.”

“Aku sudah meninggalkan pesta mewah di atas kapal pesiar, tidak ada lagi arisan high class di atas private jet milik Daddy atau shopping di luar negri. Walau seleraku masih tetap branded,” lanjut Marissa, terkekeh.

“Aku tertarik dengan putrimu,” ucap Ditya tiba-tiba. Setelah lama terdiam, ia memutuskan untuk berterus terang.

“Hah? Frolline maksudmu?” tanya Marisa memastikan.

“Putrimu yang tersisa ada berapa?” tanya Ditya kesal. Marisa yang mengulang kata-kata di saat kakaknya itu sudah tahu pasti jawabannya adalah hal yang paling tidak disukai Ditya.

“Sayangnya, di mata Frolline hanya ada bayangan, yaitu keponakanku,” lanjut Ditya lagi.

“Putriku gadis baik-baik. Ah ... tidak rela harus jatuh ke tanganmu. Kehidupanmu terlalu mengerikan untuk kami yang orang biasa. Aku tidak yakin ... dia bisa masuk ke dalam sana,” ucap Marisa, ada nada penolakan di dalamnya.

“Kehidupannya jauh berbeda, gadis polos sepertinya tidak cocok untukmu. Belum lagi saat harus berhadapan dengan Daddy dan Mommy. Ah, membayangkan saja aku tidak sanggup,” lanjut Marisa.

“I know,” sahut Ditya pelan, dengan logat English - Singapura-nya. Terlalu sering bolak balik ke negara yang identik dengan patung singa Merlion itu, gaya bicaranya pun sudah mirip. Hilang sudah aksen British yang didapatnya saat menempuh pendidikan di Inggris.

“Hah! Kamu sudah mencari tahu sejauh mana?” tanya Marisa.

“Semuanya, Kak. Sampai ukuran pakaian dalamnya pun, aku mengetahuinya,” sahut Ditya, tersenyum genit. Terlihat Ditya mengggigit bibir bawahnya.

“Kamu mencintainya?” tanya Marisa lagi.

Ditya melotot, memandang kakaknya tidak percaya.

“Aku menyukainya. Aku harus mengenalnya lebih dekat baru bisa memastikan apa aku mencintainya. Gila apa, tanpa perkenalan sekali lihat bisa cinta. Bullshitt! Itu bukan cinta, itu nafsu, Kak!” gerutu Ditya.

Keduanya terdiam. Marisa sedang berusaha membaca pikiran adik satu-satunya, mencari keseriusan di dalam netra lelaki yang sudah dikatakan tidak muda lagi.

“Ditya, umurmu sekarang 35 tahun, kan?” tanyanya membuka suara.

“Yup, itu artinya aku bukan mencari kekasih lagi, Kak. Aku serius mencari istri. Pendamping hidup dan ibu untuk anak-anakku. Kalau cuma buat bersenang-senang, aku tidak kekurangan wanita. Di sekelilingku banyak, tinggal menunjuk mereka akan bertekuk lutut. Mau secantik apa pun ada. Dari yang wangi parfum kelas pinggiran sampai parfum kelas atas,” jelas Ditya.

“Aku pikir-pikir dulu,” sahut Marisa.

“Hello Sist! Aku bukan meminta pendapat atau izinmu. Aku tidak butuh izinmu untuk mendekati Fro. Come on! Fro sudah dewasa, bukan anak kecil lagi. Jangan memperlakukannya seperti dia masih kecil saja. Aku bahkan bisa membuatnya menjadi seorang ibu detik ini juga,” ucap Ditya tertawa.

“Kurang ajar! Cukup Firstan, kamu jangan ikut-ikutan menghamili putriku!” omel Marisa.

“Itu cara paling mudah untuk meminta restu. Hahahaha ... Putramu pintar sekali, Kak.” Tawa Ditya pecah, saat melihat kakaknya cemberut.

“Tidak, kali ini aku serius. Aku hanya sekedar memberi tahu, supaya kakak tidak terkejut. Andai sewaktu-waktu aku mengantar Fro pulang atau wajah Fro tiba-tiba mengisi layar kaca,” jelas Ditya.

Marisa tidak bisa berkata-kata lagi. Bukannya ia tidak tahu, bagaimana karakter adiknya. Ditya keras kepala dan tidak bisa dicegah. Ketika Ditya menyakini sesuatu, ia akan meraihnya sampai ia yakin kalau memang itu bukan ditakdirkan untuknya.

“Kak, aku pamit dulu,” ucap Ditya, melirik Rolex yang melingkar di pergelangan tangannya.

“Baru jam segini, kamu sudah mau pulang.”

“Besok aku harus terbang ke Jerman. Mamaku sakit, Kak,” cerita Ditya, raut wajahnya meredup seketika.

“Semoga Tante cepat sembuh,” bisik Marisa.

“Kalau ada waktu, pulanglah ke Surabaya. Jenguk Mommy. Diam-diam dia sering menangis setiap mengingatmu. Daddy dan Mommy sudah tidak muda lagi. Mungkin mereka hanya gengsi untuk mendatangimu, tetapi dalam hati mereka juga sangat merindukanmu. Ingin memelukmu, Kak.” ucap Ditya, bergegas masuk kembali ke rumah, meninggalkan sang kakak yang berdiri termenung.

“Kak, aku mau meminta izin memeluk putrimu,” ucap Ditya, tiba-tiba kembali lagi,

“Hah!” Marisa kaget.

“Hanya memeluk saja,” pinta Ditya, bergegas pergi tanpa menunggu jawaban.

Terlihat Ditya menghampiri Kakak ipar dan keluarga Frolline yang masih berbincang di ruang keluarga. Termasuk Frolline, Firstan dan Angella juga ikut bergabung di sana. Ditya berpamitan dan memeluk kakak iparnya, sekaligus menyalami kedua orang tua Frolline.

“Aku pamit dulu,” ucapnya, melirik ke arah Frolline yang berdiri tidak jauh dari tempatnya berdiri.

“Fro, bisa ikut keluar denganku?” tanya Ditya, tiba-tiba. Sejak kedatangannya, mereka tidak berbincang sedikit pun, hanya basa basi sekilas di awal kedatangan Ditya.

“Sebentar saja,” pinta Ditya pelan. Frolline menurut, mengekor di belakang Ditya yang berjalan keluar rumah.

Tampak Ditya berlari menuju ke mobilnya, tempat di mana Matt, asistennya menunggu.

“Bos!” sapa Matt, tersenyum menatap Frolline yang berdiri di belakang majikannya. Dengan sigap lelaki itu membuka bagasi belakang mobilnya. Mengeluarkan sekeranjang boneka bantal bermotif pinguin pada Ditya.

“Kamu yakin memberinya barang beginian?” tanya Ditya terlihat ragu.

Matt mengangguk.

“Saya sudah melakukan cek dan ricek, Bos. Gadis ini sedikit berbeda dengan gadis-gadis Bos sebelumnya. Yang biasa dihadiahkan tas branded, parfum mewah dan barang-barang bermerk lainnya,” jelas Matt, berbisik pelan.

Ditya menurut. “Kalau gagal, aku akan memecatmu saat ini juga!” ancam Ditya, terpaksa meraih barang aneh itu dari tangan Matt dan menyerahkannya langsung kepada Frolline.

Frolline menerimanya. Berulang kali menatap boneka sekeranjang yang dihadiahkan Ditya untuknya.

“Terima kasih,” ucapnya, tersenyum menatap Ditya.

“Aku menyukai hadiahmu,” lanjut Frolline.

“Sama-sama ....” Ditya terlihat canggung, berbeda dengan Frolline tampak biasa-biasa saja.

“Emm.” Ditya tidak bisa berkata-kata. Lidahnya keluh seketika. Terlihat lelaki itu menggigit bibir bawahnya untuk menutupi kegugupan.

Sebelum maju beberapa langkah, Ditya sempat mengusap bibirnya. Jantungnya berdetak kencang. Melihat senyuman Frolline, perasaannya makin tidak karuan. Situasinya persis ketika si balon hijau meletus, sekacau itu juga hatinya saat ini.

Entah memiliki keberanian dari mana, tiba-tiba ia memeluk Frolline sambil berbisik lembut di telinga gadis itu.

“Besok, aku ke Jerman. Aku akan menemuimu lagi setelah kembali ke Indonesia,” ucapnya pelan, sembari menikmati aroma shampo yang keluar dari rambut panjang Frolline.

Buru-buru ua melepas pelukan dan masuk ke dalam mobil, menyembunyikan wajahnya yang menahan malu. Sebelum mobil bergerak maju, ia masih sempat melambaikan tangan pada Frolline.

“Gila!" umpat Ditya, mengusap wajah dengan kedua tangannya.

“Ini memalukan, Matt!” gerutunya kesal pada diri sendiri.

“Lebih susah dibandingkan saat berhadapan dengan artis atau model cantik yang merayu supaya dibawa ke tempat tidur kan, Bos?” ucap Matt.

***

T b c

Love You all

Terima kasih.

Terpopuler

Comments

Nur Lizza

Nur Lizza

semangat dn maju terus om adit

2022-11-07

1

Ge

Ge

Mamanya Ditya ada brp? Ada mommy n mama.. Marissa jg blg “ smga tante lekas sembuh”

2022-02-25

0

Sunarty Narty

Sunarty Narty

Ditya udh ky ABG LG jatuh cinta..🤭🤭🤭🤭🤭

2021-12-03

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Beautiful In White
2 Bab 2. Pengenalan Tokoh & Visual
3 Bab 3. Harusnya Aku
4 Bab 4. Terpaksa menikah
5 Bab 5. Tunggu Aku
6 Bab 6. Dipeluk Mantan Kekasih
7 Bab 7. Sekilas Kehidupan Ditya
8 Bab 8. Panggil dia Om
9 Bab 9. Pelukan pertama, berjuta rasanya
10 Bab 10. Selangkah Lebih Maju
11 Bab 11 : Kamu mau ikut denganku?
12 Bab 12 : Amarah Ditya
13 Bab 13 : Terlalu banyak menonton infotainment
14 Bab 14 : Selamat bergabung, Fro
15 Bab 15 : Asisten pribadi Ditya
16 Bab 16 : Memotong jalan
17 Bab 17 :Akhir Pekan
18 Bab 18 : Calon kakak ipar
19 Bab 19 : Pertengkaran berlanjut
20 Bab 20 : Aku tidak mau
21 Bab 21 : Kecelakaan
22 Bab 22 : Kita akan membawanya ke Singapura
23 Bab 23 : Rugi Besar
24 Bab 24 : Cukup hargai aku
25 Bab 25 : Menikahlah denganku
26 Bab 26 : Aku merindukanmu, Fro
27 Bab 27 : Ya
28 Bab 28 : Berita duka
29 Bab 29 : Aku turut berduka, First
30 Bab 30 : Nyonya Ditya Halim Hadinata
31 Bab 31 : Mengugat cerai
32 Bab 32 : Schatzi
33 Bab 33 : Mengurus perusahaan
34 Bab 34 : Kita tinggal bersama
35 Bab 35 : Ayo Kita Pulang
36 Bab 36 : Memiliki hak untuk menguasaiku
37 Bab 37 : Sudah melamar pada Gunawan
38 Bab 38 : Aku tidak mau hidup seperti ini
39 Bab 39. Sah
40 Bab 40. Ke Surabaya
41 Bab 41. Silakan mengambil hakmu
42 Bab 42. Penyatuan indah
43 Bab 43 : Istana Halim Hadinata
44 Bab 44 : Dia istrimu tetapi bukan menantuku
45 Bab 45 : Segeralah hamil
46 Bab 46 : Bersembunyilah dari Dunia
47 Bab 47 : Cukup mama saja
48 Bab 48 : Bertahanlah
49 Bab 49 : Dia belum pantas menjadi menantuku
50 Bab 50 : Sikap Nyonya Halim
51 Bab 51 : Tidak ada lagi yang tersisa
52 Bab 52 : Seburuk-buruknya, dia orang tuaku
53 Bab 53 : Aku butuh doa dan restunya
54 Bab 54 : Kita harus pulang malam ini
55 Bab 55 : Mungkin terlambat
56 Bab 56 : Wanita hebat
57 Bab 57 : Aku akan belajar
58 Bab 58 : Laki-laki seperti apa yang aku nikahi
59 Bab 59 : Membalaskan dendam
60 Bab 60 : Ran-Ran & Teo
61 Bab 61 : Bertemu dengan masa lalu
62 Bab 62 : Tetap bersamaku
63 Bab 63 : Perayaan ulang tahun perusahaan
64 Bab 64 : Honey Bunny
65 Bab 65 : Sisa-sisa produksi
66 Bab 66 : Bencana Nasional
67 Bab 67 : Visual
68 Bab 68 : Mengundurkan diri
69 Bab 69 : Koko dinyatakan pailit
70 Bab 70 : Kekacauan yang sama
71 Bab 71 : Tamparan
72 Bab 72 : Fro, kamu baik-baik saja?
73 Bab 73 : Tunggu aku, Ko
74 Bab 74 : Tinggal dengan Mami
75 Bab 75 : Kamu boleh pergi
76 Bab 76 : Anak Merpati vs Elang jantan
77 Bab 77 : Apa aku nikahi saja
78 Bab 78 : Menikah lagi, meringankan tugas istri
79 Bab 79 : Menyetujui pernikahan
80 Bab 80 : Siasat Ditya
81 Bab 81 : Perubahan aneh Ditya
82 Bab 82 : Aku tidak mau, Ko
83 Bab 83 : Kepercayaan
84 Bab 84 : Kembali jadi diri sendiri
85 Bab 85 : Like me
86 Bab 86 : Jangan percaya pada siapa pun
87 Bab 87 : Kekacauan di pagi hari
88 Bab 88 : Restu
89 Bab 89 : Hanya Daddy
90 Bab 90 : Belum kembali
91 Bab 91 : Pria tampan mengejutkan
92 Bab 92 : Ini memalukan!
93 Bab 93 : Kailla Riadi Dirgantara
94 Bab 94 : Skandal Masa Lalu
95 Bab 95 : Amarah Ditya
96 Bab 96 : Harus hamil!
97 Bab 97 : Ikut bersamaku, Fro
98 Bab 98 : Telat seminggu
99 Bab 99 : Kamu tidak mencintainya, kan?
100 Bab 100 : Ayo kita menghilang
101 Bab 101 : Ikut aku pulang
102 Bab 102 : Dua gadis cantik
103 Bab 103 : Ketika rasa bersalah menghantam
104 Bab 104 : Daddy sakit
105 Bab 105 : Menemui dokter kandungan
106 Bab 106 : Suka Ditya di tengah duka Halim
107 Bab 107 : Papa
108 Bab 108 : Hamil lima minggu jadi tanda tanya
109 Bab 109 : Buat janji bertemu dengan Pram
110 Bab 110 : Meminta restu kembali
111 Bab 111 : Membingungkan
112 Bab 112 : Sikap Halim
113 Bab 113 : Bermain bola dan boneka
114 Bab 114 : Menjodohkan Angella
115 Bab 115 : Sikap dingin Halim
116 Bab 116 : Impian Frolline
117 Bab 117 : Mengundurkan diri
118 Bab 118 : Lamborghini Aventador
119 Bab 119 : Finally
120 Bab 120. Musim semi di Netherlands
121 Bab 121. Bersiap ke Belgia
122 Bab 122 : Brussels
123 Bab 123 : Etretat Beach, Normandie, France
124 124 : Berlin
125 Bab 125 : Jadilah pria bertanggung jawab
126 Bab 126 : Paula
127 Bab 127 : Jaga kandunganmu
128 Bab 128 : London
129 Bab 129 : Kw super premium
130 Bab 130 : Perjuangan melahirkan 1
131 Bab 131 : Perjuangan melahirkan 2
132 Bab 132 : Dragon Hadinata Lim Jīn Lóng
133 Bab 133 : Tradisi satu bulan kelahiran
134 Bab 134 : Kembali ke Jakarta
135 Bab 135 : Aku masih mencintaimu
136 Bab 136 : The end
137 Extra part 1
138 Extra part 2
139 Extra part 3
140 Extra part 4
141 Extra part 5
142 Extra part 6
143 Extra part 7
144 Extra part 8
145 Extra part 9
146 The End
147 Pengumuman
148 My Beloved Bodyguard
Episodes

Updated 148 Episodes

1
Bab 1. Beautiful In White
2
Bab 2. Pengenalan Tokoh & Visual
3
Bab 3. Harusnya Aku
4
Bab 4. Terpaksa menikah
5
Bab 5. Tunggu Aku
6
Bab 6. Dipeluk Mantan Kekasih
7
Bab 7. Sekilas Kehidupan Ditya
8
Bab 8. Panggil dia Om
9
Bab 9. Pelukan pertama, berjuta rasanya
10
Bab 10. Selangkah Lebih Maju
11
Bab 11 : Kamu mau ikut denganku?
12
Bab 12 : Amarah Ditya
13
Bab 13 : Terlalu banyak menonton infotainment
14
Bab 14 : Selamat bergabung, Fro
15
Bab 15 : Asisten pribadi Ditya
16
Bab 16 : Memotong jalan
17
Bab 17 :Akhir Pekan
18
Bab 18 : Calon kakak ipar
19
Bab 19 : Pertengkaran berlanjut
20
Bab 20 : Aku tidak mau
21
Bab 21 : Kecelakaan
22
Bab 22 : Kita akan membawanya ke Singapura
23
Bab 23 : Rugi Besar
24
Bab 24 : Cukup hargai aku
25
Bab 25 : Menikahlah denganku
26
Bab 26 : Aku merindukanmu, Fro
27
Bab 27 : Ya
28
Bab 28 : Berita duka
29
Bab 29 : Aku turut berduka, First
30
Bab 30 : Nyonya Ditya Halim Hadinata
31
Bab 31 : Mengugat cerai
32
Bab 32 : Schatzi
33
Bab 33 : Mengurus perusahaan
34
Bab 34 : Kita tinggal bersama
35
Bab 35 : Ayo Kita Pulang
36
Bab 36 : Memiliki hak untuk menguasaiku
37
Bab 37 : Sudah melamar pada Gunawan
38
Bab 38 : Aku tidak mau hidup seperti ini
39
Bab 39. Sah
40
Bab 40. Ke Surabaya
41
Bab 41. Silakan mengambil hakmu
42
Bab 42. Penyatuan indah
43
Bab 43 : Istana Halim Hadinata
44
Bab 44 : Dia istrimu tetapi bukan menantuku
45
Bab 45 : Segeralah hamil
46
Bab 46 : Bersembunyilah dari Dunia
47
Bab 47 : Cukup mama saja
48
Bab 48 : Bertahanlah
49
Bab 49 : Dia belum pantas menjadi menantuku
50
Bab 50 : Sikap Nyonya Halim
51
Bab 51 : Tidak ada lagi yang tersisa
52
Bab 52 : Seburuk-buruknya, dia orang tuaku
53
Bab 53 : Aku butuh doa dan restunya
54
Bab 54 : Kita harus pulang malam ini
55
Bab 55 : Mungkin terlambat
56
Bab 56 : Wanita hebat
57
Bab 57 : Aku akan belajar
58
Bab 58 : Laki-laki seperti apa yang aku nikahi
59
Bab 59 : Membalaskan dendam
60
Bab 60 : Ran-Ran & Teo
61
Bab 61 : Bertemu dengan masa lalu
62
Bab 62 : Tetap bersamaku
63
Bab 63 : Perayaan ulang tahun perusahaan
64
Bab 64 : Honey Bunny
65
Bab 65 : Sisa-sisa produksi
66
Bab 66 : Bencana Nasional
67
Bab 67 : Visual
68
Bab 68 : Mengundurkan diri
69
Bab 69 : Koko dinyatakan pailit
70
Bab 70 : Kekacauan yang sama
71
Bab 71 : Tamparan
72
Bab 72 : Fro, kamu baik-baik saja?
73
Bab 73 : Tunggu aku, Ko
74
Bab 74 : Tinggal dengan Mami
75
Bab 75 : Kamu boleh pergi
76
Bab 76 : Anak Merpati vs Elang jantan
77
Bab 77 : Apa aku nikahi saja
78
Bab 78 : Menikah lagi, meringankan tugas istri
79
Bab 79 : Menyetujui pernikahan
80
Bab 80 : Siasat Ditya
81
Bab 81 : Perubahan aneh Ditya
82
Bab 82 : Aku tidak mau, Ko
83
Bab 83 : Kepercayaan
84
Bab 84 : Kembali jadi diri sendiri
85
Bab 85 : Like me
86
Bab 86 : Jangan percaya pada siapa pun
87
Bab 87 : Kekacauan di pagi hari
88
Bab 88 : Restu
89
Bab 89 : Hanya Daddy
90
Bab 90 : Belum kembali
91
Bab 91 : Pria tampan mengejutkan
92
Bab 92 : Ini memalukan!
93
Bab 93 : Kailla Riadi Dirgantara
94
Bab 94 : Skandal Masa Lalu
95
Bab 95 : Amarah Ditya
96
Bab 96 : Harus hamil!
97
Bab 97 : Ikut bersamaku, Fro
98
Bab 98 : Telat seminggu
99
Bab 99 : Kamu tidak mencintainya, kan?
100
Bab 100 : Ayo kita menghilang
101
Bab 101 : Ikut aku pulang
102
Bab 102 : Dua gadis cantik
103
Bab 103 : Ketika rasa bersalah menghantam
104
Bab 104 : Daddy sakit
105
Bab 105 : Menemui dokter kandungan
106
Bab 106 : Suka Ditya di tengah duka Halim
107
Bab 107 : Papa
108
Bab 108 : Hamil lima minggu jadi tanda tanya
109
Bab 109 : Buat janji bertemu dengan Pram
110
Bab 110 : Meminta restu kembali
111
Bab 111 : Membingungkan
112
Bab 112 : Sikap Halim
113
Bab 113 : Bermain bola dan boneka
114
Bab 114 : Menjodohkan Angella
115
Bab 115 : Sikap dingin Halim
116
Bab 116 : Impian Frolline
117
Bab 117 : Mengundurkan diri
118
Bab 118 : Lamborghini Aventador
119
Bab 119 : Finally
120
Bab 120. Musim semi di Netherlands
121
Bab 121. Bersiap ke Belgia
122
Bab 122 : Brussels
123
Bab 123 : Etretat Beach, Normandie, France
124
124 : Berlin
125
Bab 125 : Jadilah pria bertanggung jawab
126
Bab 126 : Paula
127
Bab 127 : Jaga kandunganmu
128
Bab 128 : London
129
Bab 129 : Kw super premium
130
Bab 130 : Perjuangan melahirkan 1
131
Bab 131 : Perjuangan melahirkan 2
132
Bab 132 : Dragon Hadinata Lim Jīn Lóng
133
Bab 133 : Tradisi satu bulan kelahiran
134
Bab 134 : Kembali ke Jakarta
135
Bab 135 : Aku masih mencintaimu
136
Bab 136 : The end
137
Extra part 1
138
Extra part 2
139
Extra part 3
140
Extra part 4
141
Extra part 5
142
Extra part 6
143
Extra part 7
144
Extra part 8
145
Extra part 9
146
The End
147
Pengumuman
148
My Beloved Bodyguard

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!