Frolline kembali ke rumah bersama kedua orang tuanya. Terasa sepi, untuk pertama kalinya sang kakak tidak pulang bersama mereka. Angella malam ini menginap dengan suaminya di hotel. Memikirkannya saja, hati terasa sakit. Kalau tahu cinta bisa begitu menyakitkan, ingin rasanya tidak pernah jatuh cinta.
Baru saja ia akan menapaki tangga yang akan mengantar ke kamarnya di lantai dua, Gunawan, memanggilnya.
“Fro, ke sini sebentar,” panggilnya, meminta putrinya duduk di sofa bersamanya.
Lelaki yang mulai beranjak tua dengan uban memutih mendominasi rambut hitamnya itu tampak serius. Menatap putri bungsunya dengan pandangan yang sulit diungkapkan. Ada rasa iba dan kesal menyatu bersamaan. Ia tidak mau dianggap seorang ayah yang gagal mendidik putrinya. Cukup Angella yang mencoreng nama baik keluarga dengan hamil sebelum menikah, ia tidak ingin gagal lagi mendidik putri keduanya.
“Fro, kamu tahu kan First itu sudah menikah. Tidak pantas kamu memeluknya seperti tadi,” ucap Gunawan, membuka pembicaraan.
Frolline menunduk.
“Dia sudah berstatus suami kakakmu,” lanjutnya lagi.
“Dia kekasihku,” protes Frolline, masih tidak terima dengan pernikahan yang bahkan sudah disahkan di hadapan Tuhan dan hukum negara.
“Hubungan kalian sudah tidak sama seperti dulu. Mungkin, sewaktu First masih menjadi kekasihmu, Papa tidak pernah melarang Angell terkadang memeluk kekasihmu. Karena hubungan kalian bertiga dekat satu sama lain. Namun, sekarang berbeda, status First itu bukan kekasih seseorang, tetapi suami orang lain,” jelas Gunawan menegaskan.
Mama Frolline yang ikut menyimak akhirnya membuka suara, setelah tidak tega melihat putrinya tertunduk sedih.
“Sudahlah, Pa. Jangan dibahas dulu. Mereka bertiga sudah dekat sejak bayi, bahkan Fro selama lima tahun belakangan berpacaran dengan First. Semuanya terjadi begitu cepat dan tiba-tiba. Tidak mungkin juga dalam sekejap memintanya menjadi orang asing,” ucap Mama Frolline, berusaha membela putrinya.
Gunawan yang sejak awal menentang sikap istrinya yang terlalu memanjakan putri bungsunya hanya berdecak kesal.
“Kamu lihat sendiri bagaimana hasil didikanmu. Betapa manjanya putrimu ini. Gadis lain seumurannya sudah bekerja, bahkan banyak yang sudah menikah dan memiliki anak,” omel Gunawan.
“Dia bukan anak kecil lagi. Tahun ini dia sudah 22 tahun.” Omelan yang tadinya ditujukan pada Frolline berlanjut ke mamanya.
Dan Frolline, gadis itu terlalu mengantuk, menanggapi pertengkaran Papa dan mamanya yang berselisih pendapat seperti biasa. Di saat kedua orang tuanya berdebat panjang lebar, ia mengendap-endap naik ke kamarnya.
“Mereka selalu begitu,” ucap Frolline, merebahkan tubuhnya ke atas ranjang. Tangannya membuka laci di nakas, mengeluarkan foto-foto kenangannya bersama First.
***
Sebulan berlalu.
Ditya memilih menjauh untuk sementara. Selain tuntutan pekerjaan, ia juga ingin mencari tahu perasaannya sendiri. Meskipun tetap ada laporan masuk mengenai pergerakan dan keseharian gadis yang mencuri hatinya.
Setelah pertemuan pertama mereka di pesta pernikahan Firstan, keponakannya, Matt langsung menyodorkan setumpuk data dari masa kecil Frolline sampai detik ditinggal menikah sang kekasih. Tidak sampai di situ saja, Matt bahkan mengumpulkan semua data orang terdekat Frolline termasuk kedua orang tuanya.
Ditya baru saja menginjakan kakinya ke tanah air setelah menghabiskan akhir pekannya selama dua hari di Singapura bersama Radit, temannya yang seorang Crazy Rich, putra tunggal Bos hotel di Bandung. Mereka juga memboyong serta beberapa gadis model yang cantik dan seksi, sahabat Radit untuk menemani selama di Singapura.
Masih dengan ditemani asistennya Matt, lelaki muda itu keluar dari bandara Halim Perdana Kusuma meninggalkan jet pribadinya terparkir di apron selatan bandara.
“Sudah lama tidak menerbangkan pesawat, Bos. Tidak rindu duduk di kokpit?” tanya Matt tiba-tiba.
Teringat dengan kemampuan majikannya yang pernah mengambil sekolah penerbangan di Amerika. Walaupun hanya memegang lisensi untuk pesawat pribadi dan single engine, setidaknya lelaki tampan yang jadi panutannya itu sudah mendapat izin menerbangkan si burung besi di malam hari.
Ditya menggeleng. “Lebih enak diterbangkan!” sahut Ditya asal, memancing tawa rekannya dan beberapa gadis model yang berjalan di belakangnya.
Saat keluar dari pintu bandara, lelaki idaman para kaum hawa itu sudah disambut dengan Lamborghini Aventador Lp 700-4. Mengundang decak kagum sang rekan yang tidak kalah berduit.
“Baru lagi?” tanya Radit, mengagumi mobil merah yang menggoda imannya.
“Ah! Di garasimu lebih hebat lagi dari ini,” sahut Ditya, merendah.
“Kamu langsung kembali ke Bandung atau ke hotel?” tanya Ditya memandang sekilas ketiga gadis cantik yang menemani mereka.
“Aku menginap di tempatmu malam ini,” sahut Radit.
“Tidak masalah, tetapi jangan membawa perempuan ke tempatku!” pinta Ditya.
“Come on, Bro!” Radith memasang wajah memelas, berharap bisa memboyong salah satu gadis model itu ke tempat tidurnya.
“No! Cari hotel saja! Kediamanku hanya untuk calon istriku saja. Tidak untuk wanita lain,” sahut Ditya melangkah masuk ke mobilnya. Baru saja ia akan membuka pintu mobil, tiba-tiba ponsel pintar di saku celananya berdering.
Mengerutkan dahinya, kembali kakaknya Marisa yang menghubungi. Setelah sebulan ini tidak ada kontak sama sekali.
“Ya, Kak,” sahut Ditya sesaat setelah menempelkan ponsel tipis itu di telinganya.
“Ditya, besok malam datang ke rumah. Akan ada perayaan ulang tahun kakak iparmu yang ke 50 tahun. Bukan perayaan mewah, hanya kumpul-kumpul keluarga saja,” jelas Marisa.
Ditya terdiam sesaat. Pikirannya langsung tertuju pada Frolline. Gadis itu pasti akan datang juga menghadiri perayaan kakak iparnya. Entahlah, perasaannya masih mengambang. Belum memahami perasaannya sendiri. Namun, Frolline bisa mencuri hati dan pikirannya tepat di pandangan pertamanya.
Ada sesuatu yang dimiliki gadis itu, tetapi tidak dimiliki gadis lain yang selama ini mengelilinginya. Ia bukan tidak memiliki teman wanita. Ada banyak wanita berdiri di sekitarnya, dari mahasiswi sampai wanita karir. Dari model, artis sampai putri manja para konglomerat.
Namun, ada satu yang tidak mereka miliki. Ditya tidak bisa merasakan sesuatu pada pandangan pertamanya. Berbeda saat melihat Frolline pertama kali. Gadis itu berjalan sembari menyembunyikan rona sedihnya di atas karpet merah. Dan tidak dipungkiri, Ditya terpana karena itu.
“Ditya ... Ditya ... kamu pasti datang, kan?” tanya Marisa memastikan. Suara Marisa yang begitu kencang, menariknya ke kenyataan.
“Ya-ya, Kak. Coba aku lihat jadwalku dulu,” sahut Ditya terbata.
“Tidak perlu membawa apa-apa. Hanya acara kumpul keluarga dan teman-teman dekat saja,” ucap sang kakak.
Baru saja Ditya akan mematikan sambungan ponselnya, tetapi suara kakaknya terdengar lagi, nyaring berteriak.
“Ditya ... orang property sudah datang ke rumah beberapa hari yang lalu. Sebenarnya tidak perlu repot-repot, tetapi terima kasih untuk hadiahmu pada Firstan dan Angella.” Marisa berkata.
“Mereka suka? Pilih saja mau unit yang mana. Aku tidak keberatan. Kalau mereka tidak cocok, mereka bisa memilih sendiri hunian yang mereka suka. Aku memang ingin menghadiahkannya untuk keponakanku,” ucap Ditya lagi.
“Atau mau mengambil di tempat yang sama denganku. Tidak masalah, sampaikan saja pada First,” lanjut Ditya sebelum mematikan ponselnya.
***
Terima kasih
Love You all
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
ria aja
lnjut
2023-01-06
1
I Gusti Ayu Widawati
Hebat Ditya dlm memilih calon isteri sdh punya prinsip yg kuat.
Saya yakin Froline pasti wajahnya mirip dgn Kailla,mereka sepupu ibu mereka bersaudara kembar.
Jadi Ditya jstuh cintanya pada pandangan pertama seperti ketika tertarik kpd Kailla juga.Sayang Kailla isteri orang.
Ditya juga menikmati karma nanti isterinya Fro masih dicintai mantan kekasih.nya yaitu First. Luar biasa kak Wety author berbakat kisah 2 ciptaannya selalu bikin candu pembacanya. saya dah 2x baca ulang kisah ini.,tidak bosan.....
2022-11-26
0
Nur Lizza
wuiiii dpt hadiah rmh dr om aditya
2022-11-07
0