Keesokan harinya, Frolline masih tertidur pulas saat bunyi ketukan pelan di pintu kamarnya. Gadis itu mengerjap beberapa kali, kemudian mengedarkan pandangannya.
Semburat cahaya mentari sudah masuk menembus gorden putih jendela kamarnya. Sesekali terdengar kicauan merdu burung peliharaan papanya dari taman belakang rumah mereka.
Ah! Rasanya masih ingin bermalas-malasan menikmati empuknya guling atau sekedar mengusap selimut sutra yang lembut, tetapi tidak mungkin juga disaat suara maskulin sang papa bercampur ketukan pintu yang tidak kunjung berhenti.
“Fro! Cepat bangun!” teriak Gunawan dari balik pintu. Setelah lama mengetuk dan memanggil dengan kelembutan, putrinya tidak kunjung keluar. Jangankan keluar, bahkan mengunci rapat bibirnya.
Bagaimana pun, dia akan menyeret putri bungsunya itu datang ke interview perusahaan temannya. Sampai putrinya tidak datang, dia akan malu sekali. Seperti seorang ayah yang gagal mendidik anaknya sendiri.
“Iya Pa. Pagi-pagi sudah membuat keributan. Apa maunya sih!” keluh Frolline terpaksa menyeret tubuhny, membuka pintu dengan keterpaksaan. Masih dengan mata terpejam, bersandar di pintu kamar.
“Ayo bersiap! Papa yang akan mengantarmu untuk interview,” jelas Gunawan. Menyadarkan Frolline yang masih saja bermalas-malasan.
“Pa, aku akan berangkat sendiri. Aku pergi melamar pekerjaan bukan berangkat ke sekolah,” tolak Frolline, kesal.
“Ya sudah. Papa tunggu di meja makan,” ucap Gunawan, masih meragu.
***
Gunawan menurunkan Frolline di sebuah lobi perusahaan, yang tidak terlalu jauh dari kantornya. Sebelum meninggalkan putrinya, dia masih berpesan sekali lagi. Tidak biasanya dia bersikap seperti ini, biasanya lelaki itu akan cuek bahkan selama ini Gunawan tidak mempermasalahkan putrinya kai bekerja atau tidak. Namun tidak berlaku kali ini. Membuat Frolline dan mamanya heran sendiri.
“Buktikan kalau kamu memang putri Gunawan yang bisa dibanggakan!” ucapnya memnberi semangat. Sebuah kecupan di pipi dilabuhkan Gunawan, beserta usapan hangat di pucuk kepala.
“Jangan kabur, kalau tidak papa akan malu. Susah-susah membuat janji untuku. Ini perusahaan besar, bahkan berkali-kali lipat dari perusahaan kita. Masa depanmu akan terjamin disini,” ucap Gunawan.
Frollinen mengangguk untuk kesekian kalinya. Tidak bisa lari untuk saat ini. Hanya bisa melangkah masuk dan mencari orang yang dimaksud.
Frolline dengan setelan kerja hijau lumutnya sedang bersandar di railing kayu ketika seorang staff memanggilnya untuk bertemu dengan kepala personalia.
“Selamat pagi,” sapa Frolline membawa sebuah map berisi CV dan data-data pribadinya.
Tampak seorang lelaki berukuran gempal dengan tampang standar nasional Indonesia duduk di kursi kebesaran menyambutnya dengan senyuman hangat.
“Frolline Gunawan?” tanyanya memastikan. Sebuah anggukan disertai senyuman yang tidak kalah hangat dilemparkan pada lawan bicaranya.
“Silahkan duduk. Kenalkan saya kepala personalia di sini. Saya sudah menunggumu sejak tadi,” ucapnya, mempersilahkan.
Setelah keduanya saling bersalaman dan duduk berhadapan sekaligus bertatapan, sang lelaki membuka pembicaraan kembali.
“Nona Frolline akan di tempatkan di posisi asisten pribadi direktur di perusahaan ini,” ucapnya dengan penuh kepastian sembari membaca CV di tangannya.
Deg—
“Asisten pribadi? Maksudnya bagaimana Pak?” tanya Frolline, sedikit bingung dengan penempatannya.
“Mengurus semua kebutuhan direktur perusahaan ini. Dari hal terkecil, menyiapkan data-data yang diperlukan dan mengingatkan semua jadwal pekerjaan. Nanti nona bisa berkoordinasi dengan sekretaris beliau. Menemani saat rapat di dalam dan luar kantor, menyiapkan semua keperluan direktur, termasuk keperluan pribadi. Poinnya menemani direktur di segala aktivitasnya, termasuk aktivitas pribadi jika dibutuhkan,” jelas kepala personalia.
“Astaga! Bukan bidangku sama sekali ini. Aku yang kuliah di jurusan komputer, lulusan IT harus terdampar jadi pembantu. Oh No!” batin Frolline.
“Ya Tuhan, dimana aku harus menggantungkan izasahku yang tidak terpakai ini,” ucap Frolline dalm hati.
Kalau boleh jujur, melihat dari raut wajah saja, kepala personalia itu pasti akan menangkap penolakan seorang Frolline. Namun, lelaki itu hanya tersenyum, sebelum melanjutkan penjelasan yang mungkin akan membuat calon asisten direktur mereka tergiur dan menyetujui saat ini juga.
“Oh ya, Nona Frolline juga mungkin harus menemani direktur kami melakukan perjalanan dinas atau pun pribadi ke luar negri. Mengingat ada beberapa aktivits pekerjaan yang dilakukan di luar negri. Untuk itu, saya harap Nona Frolline sudah memiliki kelengkapan persyaratan untuk melakukan perjalanan ke luar negri.”
Frolline mengangguk. Salah satu tugas yang berhubung dengan menemani perjalanan dinas ke luar negri ini cukup menggelitik hatinya. Setidaknya dia bisa bepergian jauh ke negara-negara asing tanpa menguras kantong pribadinya atau dompet sang papa seperti biasa.
“Mengenai gaji, perusahaan akan membayar gaji dan tunjangan kurang lebih sebesar ini,” ucap kepala personalia, menyodorkan selembar kertas yang sudah terdapat perincian gaji dan tunjangan per bulan yang akan di dapat Frolline di tiga bulan pertama.
Mata Frolline terbelalak melihat angka-angka fantastis di atas kertas. Kali ini bukan hanya tergelitik, tetapi benar-benar membuatnya mengangguk dengan yakin tanpa mempertimbangkan lagi seperti apa bentukan direktur yang harus ditemani.
“Ini untuk tiga bulan?” tanya Frolline memastikan. Melihat besaran angka dan jumlah nol di atas kertas membuat dia meragu.
“Ini gaji dan tunjangan per bulan. Untuk tiga bulan pertama akan mendapat kurang lebih sebesar ini perbulannya. Di bulan selanjutnya tergantung Nona Frolline atau pihak perusahaan untuk tetap melanjutkan atau bisa saja perusahaan yang memberhentikan,” jelas kepala personalia.
Frolline mengangguk.
“Apa aku ambil saja ya. Coba tiga bulan dulu. Bulan keempat aku tinggal mengundurkan diri kalau tidak cocok,” batinnya.
Begitulah, akhirnya Frolline menerima pekerjaan ini dengan pertimbangan gaji dan tujangan yang menggiurkan. Kalau beruntung dia bisa jalan-jalan ke luar negri. Dan tentu untuknya yang memiliki hobi memasak, dia bisa menikmati aneka sajian bintang lima di kala direkturnya melakukan pertemuan di luar kantor.
“Nona Frolline bisa memulai pekerjaan ini, besok. Staffku sebentar lagi akan menyiapakan kontrak kerja. Semoga kita bisa bekerjasama.” Kepala personalia itu terlihat berdiri dan menyodorkan tangannya.
***
Hari pertama masuk kerja, Frolline sudah berdandan cantik dengan setelan kerja rose whitenya. Rambut pun sudah ditata tergerai bergelombang dengan warna khas pirang. Wajah cantiknya sudah dipoles tipis, dengan lipstik soft pink membuat wajahnya semakin imut.
Dengan langkah gemulai tidak biasanya, Frolline turun dari kamar tidurnya yang terletak di lantai dua. Menyapa kedua orang tuanya di meja makan, bergegas keluar menuju mobilnya.
“Fro, kamu tidak sarapan?” tanya Nyonya Gunawan bergegas ke pintu depan membawa segelas susu hangat untuk putrinya.
“Aku masih kenyang, Ma,” sahutnya setengah berteriak dari parkiran mobilnya.
Dengan berlari, mama Frolline menyerahkan segelas susu itu kepada putrinya. “Habiskan ini. Semangat Sayang! Semoga hari pertamamu berjalan lancar,” doa sang ibu sembari mengecup pelipis putrinya.
Diiringi lambaian tangan, mobil yang dikendarai Frolline memecah jalan ibukota. Tujuannya adalah kantor yang akan mengantarnya menjadi asisten pribadi sang direktur utama.
Semangatnya semakin membara saat memasuki gedung tujuh lantai, tempat dimana dia akan bekerja selama tiga bukan ke depan. Untuk bukan keempat, dia perlu mempertimbangkan kembali.
Keluar dari lift yang mengantarnya ke lantai tertinggi tempat sang direktur bertempat, Frolline sudah disambut seorang wanita cantik yang mengaku sebagai sekretaris direktur.
“Pagi Nona Frolline, anda sudah ditunggu direktur,” sapanya tersenyum, mengantar Frolline masuk ke ruangan direktur.
“Pak, ini Nona Frolline,” ucap sang sekretaris setelah sebelumnya mengetuk pintu terlebih dulu.
“Silahkan.” Sekretaris direktur itu mempersilahkan.
Senyum yang dipertahankan di wajahnya sejak bangun tidur tiba-tiba menghilang, saat tatapannya tertuju pada lelaki gagah yang duduk di kursi kerja dengan setelan jas hitam.
“Selamat bergabung, Fro..”
***
T b c
Love you all
Terimkasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
ria aja
psti ditya
2023-01-07
1
Nur Lizza
pasti om aditya .fro jd sekertarisny
2022-11-08
0
yuli
koko ditya,,,, 😁😍
2022-03-17
0