Bab 14 : Selamat bergabung, Fro

Keesokan harinya, Frolline masih tertidur pulas saat bunyi ketukan pelan di pintu kamarnya. Gadis itu mengerjap beberapa kali, kemudian mengedarkan pandangannya.

Semburat cahaya mentari sudah masuk menembus gorden putih jendela kamarnya. Sesekali terdengar kicauan merdu burung peliharaan papanya dari taman belakang rumah mereka.

Ah! Rasanya masih ingin bermalas-malasan menikmati empuknya guling atau sekedar mengusap selimut sutra yang lembut, tetapi tidak mungkin juga disaat suara maskulin sang papa bercampur ketukan pintu yang tidak kunjung berhenti.

“Fro! Cepat bangun!” teriak Gunawan dari balik pintu. Setelah lama mengetuk dan memanggil dengan kelembutan, putrinya tidak kunjung keluar. Jangankan keluar, bahkan mengunci rapat bibirnya.

Bagaimana pun, dia akan menyeret putri bungsunya itu datang ke interview perusahaan temannya. Sampai putrinya tidak datang, dia akan malu sekali. Seperti seorang ayah yang gagal mendidik anaknya sendiri.

“Iya Pa. Pagi-pagi sudah membuat keributan. Apa maunya sih!” keluh Frolline terpaksa menyeret tubuhny, membuka pintu dengan keterpaksaan. Masih dengan mata terpejam, bersandar di pintu kamar.

“Ayo bersiap! Papa yang akan mengantarmu untuk interview,” jelas Gunawan. Menyadarkan Frolline yang masih saja bermalas-malasan.

“Pa, aku akan berangkat sendiri. Aku pergi melamar pekerjaan bukan berangkat ke sekolah,” tolak Frolline, kesal.

“Ya sudah. Papa tunggu di meja makan,” ucap Gunawan, masih meragu.

***

Gunawan menurunkan Frolline di sebuah lobi perusahaan, yang tidak terlalu jauh dari kantornya. Sebelum meninggalkan putrinya, dia masih berpesan sekali lagi. Tidak biasanya dia bersikap seperti ini, biasanya lelaki itu akan cuek bahkan selama ini Gunawan tidak mempermasalahkan putrinya kai bekerja atau tidak. Namun tidak berlaku kali ini. Membuat Frolline dan mamanya heran sendiri.

“Buktikan kalau kamu memang putri Gunawan yang bisa dibanggakan!” ucapnya memnberi semangat. Sebuah kecupan di pipi dilabuhkan Gunawan, beserta usapan hangat di pucuk kepala.

“Jangan kabur, kalau tidak papa akan malu. Susah-susah membuat janji untuku. Ini perusahaan besar, bahkan berkali-kali lipat dari perusahaan kita. Masa depanmu akan terjamin disini,” ucap Gunawan.

Frollinen mengangguk untuk kesekian kalinya. Tidak bisa lari untuk saat ini. Hanya bisa melangkah masuk dan mencari orang yang dimaksud.

Frolline dengan setelan kerja hijau lumutnya sedang bersandar di railing kayu ketika seorang staff memanggilnya untuk bertemu dengan kepala personalia.

“Selamat pagi,” sapa Frolline membawa sebuah map berisi CV dan data-data pribadinya.

Tampak seorang lelaki berukuran gempal dengan tampang standar nasional Indonesia duduk di kursi kebesaran menyambutnya dengan senyuman hangat.

“Frolline Gunawan?” tanyanya memastikan. Sebuah anggukan disertai senyuman yang tidak kalah hangat dilemparkan pada lawan bicaranya.

“Silahkan duduk. Kenalkan saya kepala personalia di sini. Saya sudah menunggumu sejak tadi,” ucapnya, mempersilahkan.

Setelah keduanya saling bersalaman dan duduk berhadapan sekaligus bertatapan, sang lelaki membuka pembicaraan kembali.

“Nona Frolline akan di tempatkan di posisi asisten pribadi direktur di perusahaan ini,” ucapnya dengan penuh kepastian sembari membaca CV di tangannya.

Deg—

“Asisten pribadi? Maksudnya bagaimana Pak?” tanya Frolline, sedikit bingung dengan penempatannya.

“Mengurus semua kebutuhan direktur perusahaan ini. Dari hal terkecil, menyiapkan data-data yang diperlukan dan mengingatkan semua jadwal pekerjaan. Nanti nona bisa berkoordinasi dengan sekretaris beliau. Menemani saat rapat di dalam dan luar kantor, menyiapkan semua keperluan direktur, termasuk keperluan pribadi. Poinnya menemani direktur di segala aktivitasnya, termasuk aktivitas pribadi jika dibutuhkan,” jelas kepala personalia.

“Astaga! Bukan bidangku sama sekali ini. Aku yang kuliah di jurusan komputer, lulusan IT harus terdampar jadi pembantu. Oh No!” batin Frolline.

“Ya Tuhan, dimana aku harus menggantungkan izasahku yang tidak terpakai ini,” ucap Frolline dalm hati.

Kalau boleh jujur, melihat dari raut wajah saja, kepala personalia itu pasti akan menangkap penolakan seorang Frolline. Namun, lelaki itu hanya tersenyum, sebelum melanjutkan penjelasan yang mungkin akan membuat calon asisten direktur mereka tergiur dan menyetujui saat ini juga.

“Oh ya, Nona Frolline juga mungkin harus menemani direktur kami melakukan perjalanan dinas atau pun pribadi ke luar negri. Mengingat ada beberapa aktivits pekerjaan yang dilakukan di luar negri. Untuk itu, saya harap Nona Frolline sudah memiliki kelengkapan persyaratan untuk melakukan perjalanan ke luar negri.”

Frolline mengangguk. Salah satu tugas yang berhubung dengan menemani perjalanan dinas ke luar negri ini cukup menggelitik hatinya. Setidaknya dia bisa bepergian jauh ke negara-negara asing tanpa menguras kantong pribadinya atau dompet sang papa seperti biasa.

“Mengenai gaji, perusahaan akan membayar gaji dan tunjangan kurang lebih sebesar ini,” ucap kepala personalia, menyodorkan selembar kertas yang sudah terdapat perincian gaji dan tunjangan per bulan yang akan di dapat Frolline di tiga bulan pertama.

Mata Frolline terbelalak melihat angka-angka fantastis di atas kertas. Kali ini bukan hanya tergelitik, tetapi benar-benar membuatnya mengangguk dengan yakin tanpa mempertimbangkan lagi seperti apa bentukan direktur yang harus ditemani.

“Ini untuk tiga bulan?” tanya Frolline memastikan. Melihat besaran angka dan jumlah nol di atas kertas membuat dia meragu.

“Ini gaji dan tunjangan per bulan. Untuk tiga bulan pertama akan mendapat kurang lebih sebesar ini perbulannya. Di bulan selanjutnya tergantung Nona Frolline atau pihak perusahaan untuk tetap melanjutkan atau bisa saja perusahaan yang memberhentikan,” jelas kepala personalia.

Frolline mengangguk.

“Apa aku ambil saja ya. Coba tiga bulan dulu. Bulan keempat aku tinggal mengundurkan diri kalau tidak cocok,” batinnya.

Begitulah, akhirnya Frolline menerima pekerjaan ini dengan pertimbangan gaji dan tujangan yang menggiurkan. Kalau beruntung dia bisa jalan-jalan ke luar negri. Dan tentu untuknya yang memiliki hobi memasak, dia bisa menikmati aneka sajian bintang lima di kala direkturnya melakukan pertemuan di luar kantor.

“Nona Frolline bisa memulai pekerjaan ini, besok. Staffku sebentar lagi akan menyiapakan kontrak kerja. Semoga kita bisa bekerjasama.” Kepala personalia itu terlihat berdiri dan menyodorkan tangannya.

***

Hari pertama masuk kerja, Frolline sudah berdandan cantik dengan setelan kerja rose whitenya. Rambut pun sudah ditata tergerai bergelombang dengan warna khas pirang. Wajah cantiknya sudah dipoles tipis, dengan lipstik soft pink membuat wajahnya semakin imut.

Dengan langkah gemulai tidak biasanya, Frolline turun dari kamar tidurnya yang terletak di lantai dua. Menyapa kedua orang tuanya di meja makan, bergegas keluar menuju mobilnya.

“Fro, kamu tidak sarapan?” tanya Nyonya Gunawan bergegas ke pintu depan membawa segelas susu hangat untuk putrinya.

“Aku masih kenyang, Ma,” sahutnya setengah berteriak dari parkiran mobilnya.

Dengan berlari, mama Frolline menyerahkan segelas susu itu kepada putrinya. “Habiskan ini. Semangat Sayang! Semoga hari pertamamu berjalan lancar,” doa sang ibu sembari mengecup pelipis putrinya.

Diiringi lambaian tangan, mobil yang dikendarai Frolline memecah jalan ibukota. Tujuannya adalah kantor yang akan mengantarnya menjadi asisten pribadi sang direktur utama.

Semangatnya semakin membara saat memasuki gedung tujuh lantai, tempat dimana dia akan bekerja selama tiga bukan ke depan. Untuk bukan keempat, dia perlu mempertimbangkan kembali.

Keluar dari lift yang mengantarnya ke lantai tertinggi tempat sang direktur bertempat, Frolline sudah disambut seorang wanita cantik yang mengaku sebagai sekretaris direktur.

“Pagi Nona Frolline, anda sudah ditunggu direktur,” sapanya tersenyum, mengantar Frolline masuk ke ruangan direktur.

“Pak, ini Nona Frolline,” ucap sang sekretaris setelah sebelumnya mengetuk pintu terlebih dulu.

“Silahkan.” Sekretaris direktur itu mempersilahkan.

Senyum yang dipertahankan di wajahnya sejak bangun tidur tiba-tiba menghilang, saat tatapannya tertuju pada lelaki gagah yang duduk di kursi kerja dengan setelan jas hitam.

“Selamat bergabung, Fro..”

***

T b c

Love you all

Terimkasih.

Terpopuler

Comments

ria aja

ria aja

psti ditya

2023-01-07

1

Nur Lizza

Nur Lizza

pasti om aditya .fro jd sekertarisny

2022-11-08

0

yuli

yuli

koko ditya,,,, 😁😍

2022-03-17

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Beautiful In White
2 Bab 2. Pengenalan Tokoh & Visual
3 Bab 3. Harusnya Aku
4 Bab 4. Terpaksa menikah
5 Bab 5. Tunggu Aku
6 Bab 6. Dipeluk Mantan Kekasih
7 Bab 7. Sekilas Kehidupan Ditya
8 Bab 8. Panggil dia Om
9 Bab 9. Pelukan pertama, berjuta rasanya
10 Bab 10. Selangkah Lebih Maju
11 Bab 11 : Kamu mau ikut denganku?
12 Bab 12 : Amarah Ditya
13 Bab 13 : Terlalu banyak menonton infotainment
14 Bab 14 : Selamat bergabung, Fro
15 Bab 15 : Asisten pribadi Ditya
16 Bab 16 : Memotong jalan
17 Bab 17 :Akhir Pekan
18 Bab 18 : Calon kakak ipar
19 Bab 19 : Pertengkaran berlanjut
20 Bab 20 : Aku tidak mau
21 Bab 21 : Kecelakaan
22 Bab 22 : Kita akan membawanya ke Singapura
23 Bab 23 : Rugi Besar
24 Bab 24 : Cukup hargai aku
25 Bab 25 : Menikahlah denganku
26 Bab 26 : Aku merindukanmu, Fro
27 Bab 27 : Ya
28 Bab 28 : Berita duka
29 Bab 29 : Aku turut berduka, First
30 Bab 30 : Nyonya Ditya Halim Hadinata
31 Bab 31 : Mengugat cerai
32 Bab 32 : Schatzi
33 Bab 33 : Mengurus perusahaan
34 Bab 34 : Kita tinggal bersama
35 Bab 35 : Ayo Kita Pulang
36 Bab 36 : Memiliki hak untuk menguasaiku
37 Bab 37 : Sudah melamar pada Gunawan
38 Bab 38 : Aku tidak mau hidup seperti ini
39 Bab 39. Sah
40 Bab 40. Ke Surabaya
41 Bab 41. Silakan mengambil hakmu
42 Bab 42. Penyatuan indah
43 Bab 43 : Istana Halim Hadinata
44 Bab 44 : Dia istrimu tetapi bukan menantuku
45 Bab 45 : Segeralah hamil
46 Bab 46 : Bersembunyilah dari Dunia
47 Bab 47 : Cukup mama saja
48 Bab 48 : Bertahanlah
49 Bab 49 : Dia belum pantas menjadi menantuku
50 Bab 50 : Sikap Nyonya Halim
51 Bab 51 : Tidak ada lagi yang tersisa
52 Bab 52 : Seburuk-buruknya, dia orang tuaku
53 Bab 53 : Aku butuh doa dan restunya
54 Bab 54 : Kita harus pulang malam ini
55 Bab 55 : Mungkin terlambat
56 Bab 56 : Wanita hebat
57 Bab 57 : Aku akan belajar
58 Bab 58 : Laki-laki seperti apa yang aku nikahi
59 Bab 59 : Membalaskan dendam
60 Bab 60 : Ran-Ran & Teo
61 Bab 61 : Bertemu dengan masa lalu
62 Bab 62 : Tetap bersamaku
63 Bab 63 : Perayaan ulang tahun perusahaan
64 Bab 64 : Honey Bunny
65 Bab 65 : Sisa-sisa produksi
66 Bab 66 : Bencana Nasional
67 Bab 67 : Visual
68 Bab 68 : Mengundurkan diri
69 Bab 69 : Koko dinyatakan pailit
70 Bab 70 : Kekacauan yang sama
71 Bab 71 : Tamparan
72 Bab 72 : Fro, kamu baik-baik saja?
73 Bab 73 : Tunggu aku, Ko
74 Bab 74 : Tinggal dengan Mami
75 Bab 75 : Kamu boleh pergi
76 Bab 76 : Anak Merpati vs Elang jantan
77 Bab 77 : Apa aku nikahi saja
78 Bab 78 : Menikah lagi, meringankan tugas istri
79 Bab 79 : Menyetujui pernikahan
80 Bab 80 : Siasat Ditya
81 Bab 81 : Perubahan aneh Ditya
82 Bab 82 : Aku tidak mau, Ko
83 Bab 83 : Kepercayaan
84 Bab 84 : Kembali jadi diri sendiri
85 Bab 85 : Like me
86 Bab 86 : Jangan percaya pada siapa pun
87 Bab 87 : Kekacauan di pagi hari
88 Bab 88 : Restu
89 Bab 89 : Hanya Daddy
90 Bab 90 : Belum kembali
91 Bab 91 : Pria tampan mengejutkan
92 Bab 92 : Ini memalukan!
93 Bab 93 : Kailla Riadi Dirgantara
94 Bab 94 : Skandal Masa Lalu
95 Bab 95 : Amarah Ditya
96 Bab 96 : Harus hamil!
97 Bab 97 : Ikut bersamaku, Fro
98 Bab 98 : Telat seminggu
99 Bab 99 : Kamu tidak mencintainya, kan?
100 Bab 100 : Ayo kita menghilang
101 Bab 101 : Ikut aku pulang
102 Bab 102 : Dua gadis cantik
103 Bab 103 : Ketika rasa bersalah menghantam
104 Bab 104 : Daddy sakit
105 Bab 105 : Menemui dokter kandungan
106 Bab 106 : Suka Ditya di tengah duka Halim
107 Bab 107 : Papa
108 Bab 108 : Hamil lima minggu jadi tanda tanya
109 Bab 109 : Buat janji bertemu dengan Pram
110 Bab 110 : Meminta restu kembali
111 Bab 111 : Membingungkan
112 Bab 112 : Sikap Halim
113 Bab 113 : Bermain bola dan boneka
114 Bab 114 : Menjodohkan Angella
115 Bab 115 : Sikap dingin Halim
116 Bab 116 : Impian Frolline
117 Bab 117 : Mengundurkan diri
118 Bab 118 : Lamborghini Aventador
119 Bab 119 : Finally
120 Bab 120. Musim semi di Netherlands
121 Bab 121. Bersiap ke Belgia
122 Bab 122 : Brussels
123 Bab 123 : Etretat Beach, Normandie, France
124 124 : Berlin
125 Bab 125 : Jadilah pria bertanggung jawab
126 Bab 126 : Paula
127 Bab 127 : Jaga kandunganmu
128 Bab 128 : London
129 Bab 129 : Kw super premium
130 Bab 130 : Perjuangan melahirkan 1
131 Bab 131 : Perjuangan melahirkan 2
132 Bab 132 : Dragon Hadinata Lim Jīn Lóng
133 Bab 133 : Tradisi satu bulan kelahiran
134 Bab 134 : Kembali ke Jakarta
135 Bab 135 : Aku masih mencintaimu
136 Bab 136 : The end
137 Extra part 1
138 Extra part 2
139 Extra part 3
140 Extra part 4
141 Extra part 5
142 Extra part 6
143 Extra part 7
144 Extra part 8
145 Extra part 9
146 The End
147 Pengumuman
148 My Beloved Bodyguard
Episodes

Updated 148 Episodes

1
Bab 1. Beautiful In White
2
Bab 2. Pengenalan Tokoh & Visual
3
Bab 3. Harusnya Aku
4
Bab 4. Terpaksa menikah
5
Bab 5. Tunggu Aku
6
Bab 6. Dipeluk Mantan Kekasih
7
Bab 7. Sekilas Kehidupan Ditya
8
Bab 8. Panggil dia Om
9
Bab 9. Pelukan pertama, berjuta rasanya
10
Bab 10. Selangkah Lebih Maju
11
Bab 11 : Kamu mau ikut denganku?
12
Bab 12 : Amarah Ditya
13
Bab 13 : Terlalu banyak menonton infotainment
14
Bab 14 : Selamat bergabung, Fro
15
Bab 15 : Asisten pribadi Ditya
16
Bab 16 : Memotong jalan
17
Bab 17 :Akhir Pekan
18
Bab 18 : Calon kakak ipar
19
Bab 19 : Pertengkaran berlanjut
20
Bab 20 : Aku tidak mau
21
Bab 21 : Kecelakaan
22
Bab 22 : Kita akan membawanya ke Singapura
23
Bab 23 : Rugi Besar
24
Bab 24 : Cukup hargai aku
25
Bab 25 : Menikahlah denganku
26
Bab 26 : Aku merindukanmu, Fro
27
Bab 27 : Ya
28
Bab 28 : Berita duka
29
Bab 29 : Aku turut berduka, First
30
Bab 30 : Nyonya Ditya Halim Hadinata
31
Bab 31 : Mengugat cerai
32
Bab 32 : Schatzi
33
Bab 33 : Mengurus perusahaan
34
Bab 34 : Kita tinggal bersama
35
Bab 35 : Ayo Kita Pulang
36
Bab 36 : Memiliki hak untuk menguasaiku
37
Bab 37 : Sudah melamar pada Gunawan
38
Bab 38 : Aku tidak mau hidup seperti ini
39
Bab 39. Sah
40
Bab 40. Ke Surabaya
41
Bab 41. Silakan mengambil hakmu
42
Bab 42. Penyatuan indah
43
Bab 43 : Istana Halim Hadinata
44
Bab 44 : Dia istrimu tetapi bukan menantuku
45
Bab 45 : Segeralah hamil
46
Bab 46 : Bersembunyilah dari Dunia
47
Bab 47 : Cukup mama saja
48
Bab 48 : Bertahanlah
49
Bab 49 : Dia belum pantas menjadi menantuku
50
Bab 50 : Sikap Nyonya Halim
51
Bab 51 : Tidak ada lagi yang tersisa
52
Bab 52 : Seburuk-buruknya, dia orang tuaku
53
Bab 53 : Aku butuh doa dan restunya
54
Bab 54 : Kita harus pulang malam ini
55
Bab 55 : Mungkin terlambat
56
Bab 56 : Wanita hebat
57
Bab 57 : Aku akan belajar
58
Bab 58 : Laki-laki seperti apa yang aku nikahi
59
Bab 59 : Membalaskan dendam
60
Bab 60 : Ran-Ran & Teo
61
Bab 61 : Bertemu dengan masa lalu
62
Bab 62 : Tetap bersamaku
63
Bab 63 : Perayaan ulang tahun perusahaan
64
Bab 64 : Honey Bunny
65
Bab 65 : Sisa-sisa produksi
66
Bab 66 : Bencana Nasional
67
Bab 67 : Visual
68
Bab 68 : Mengundurkan diri
69
Bab 69 : Koko dinyatakan pailit
70
Bab 70 : Kekacauan yang sama
71
Bab 71 : Tamparan
72
Bab 72 : Fro, kamu baik-baik saja?
73
Bab 73 : Tunggu aku, Ko
74
Bab 74 : Tinggal dengan Mami
75
Bab 75 : Kamu boleh pergi
76
Bab 76 : Anak Merpati vs Elang jantan
77
Bab 77 : Apa aku nikahi saja
78
Bab 78 : Menikah lagi, meringankan tugas istri
79
Bab 79 : Menyetujui pernikahan
80
Bab 80 : Siasat Ditya
81
Bab 81 : Perubahan aneh Ditya
82
Bab 82 : Aku tidak mau, Ko
83
Bab 83 : Kepercayaan
84
Bab 84 : Kembali jadi diri sendiri
85
Bab 85 : Like me
86
Bab 86 : Jangan percaya pada siapa pun
87
Bab 87 : Kekacauan di pagi hari
88
Bab 88 : Restu
89
Bab 89 : Hanya Daddy
90
Bab 90 : Belum kembali
91
Bab 91 : Pria tampan mengejutkan
92
Bab 92 : Ini memalukan!
93
Bab 93 : Kailla Riadi Dirgantara
94
Bab 94 : Skandal Masa Lalu
95
Bab 95 : Amarah Ditya
96
Bab 96 : Harus hamil!
97
Bab 97 : Ikut bersamaku, Fro
98
Bab 98 : Telat seminggu
99
Bab 99 : Kamu tidak mencintainya, kan?
100
Bab 100 : Ayo kita menghilang
101
Bab 101 : Ikut aku pulang
102
Bab 102 : Dua gadis cantik
103
Bab 103 : Ketika rasa bersalah menghantam
104
Bab 104 : Daddy sakit
105
Bab 105 : Menemui dokter kandungan
106
Bab 106 : Suka Ditya di tengah duka Halim
107
Bab 107 : Papa
108
Bab 108 : Hamil lima minggu jadi tanda tanya
109
Bab 109 : Buat janji bertemu dengan Pram
110
Bab 110 : Meminta restu kembali
111
Bab 111 : Membingungkan
112
Bab 112 : Sikap Halim
113
Bab 113 : Bermain bola dan boneka
114
Bab 114 : Menjodohkan Angella
115
Bab 115 : Sikap dingin Halim
116
Bab 116 : Impian Frolline
117
Bab 117 : Mengundurkan diri
118
Bab 118 : Lamborghini Aventador
119
Bab 119 : Finally
120
Bab 120. Musim semi di Netherlands
121
Bab 121. Bersiap ke Belgia
122
Bab 122 : Brussels
123
Bab 123 : Etretat Beach, Normandie, France
124
124 : Berlin
125
Bab 125 : Jadilah pria bertanggung jawab
126
Bab 126 : Paula
127
Bab 127 : Jaga kandunganmu
128
Bab 128 : London
129
Bab 129 : Kw super premium
130
Bab 130 : Perjuangan melahirkan 1
131
Bab 131 : Perjuangan melahirkan 2
132
Bab 132 : Dragon Hadinata Lim Jīn Lóng
133
Bab 133 : Tradisi satu bulan kelahiran
134
Bab 134 : Kembali ke Jakarta
135
Bab 135 : Aku masih mencintaimu
136
Bab 136 : The end
137
Extra part 1
138
Extra part 2
139
Extra part 3
140
Extra part 4
141
Extra part 5
142
Extra part 6
143
Extra part 7
144
Extra part 8
145
Extra part 9
146
The End
147
Pengumuman
148
My Beloved Bodyguard

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!