Bab 12 : Amarah Ditya

Frolline masih membeku di tempat dengan tangan menenteng shopping bag berisi ponsel. Pikirannya kacau balau dan kebingungan.

Bagaimana tidak? Lelaki yang baru tiga kali bertemu dengannya, sudah memberi hadiah barang mewah yang tidak tanggung-tanggung. Frolline masing ingat dengan hadiah pertama yang diterimanya saat pertemuan pertama. Sebuah gaun dengan merek ternama dan di pertemuan ketiga yang baru saja terjadi, Ditya menghadiahkannya sebuah ponsel mewah.

“Fro, kita harus bicara.” Tiba-tiba Firstan sudah berdiri di belakang dengan aura tidak menyenangkan.

“Aku merasa tidak ada yang harus dibicarakan,” tolak Frolline.

Belakangan Frolline mulai kesal dengan dengan sikap posesif Firstan yang berlebihan. Di minggu-minggu awal pernikahan kekasihnya dia memang susah untuk bangkit. Tetapi seiring perjalanan waktu, semuanya berubah.

Waktu memang obat yang paling ampuh menyembuhkan semua luka. Tangisannya hanya di awal-awal saja. Di hari-hari berikutnya, dia mulai bisa tersenyum. Mulai bisa bangkit dari kesedihannya.

“Fro, dengarkan aku! Jauhi Ditya. Aku tidak suka kamu dekat dengannya,” pinta Firstan dengan penuh ketegasan.

“Aku tidak mendekatinya. Dia yang selalu mencari cara untuk mendekatiku. Harusnya kamu mengancamnya First, bukan aku,” sahut Frolline, melangkah masuk.

“Ikut aku!” pinta Firstan, memaksa meraih tangan kekasihnya itu. Bergegas membawa Frolline masuk ke dalam mobilnya yang terparkir tidak terlalu jauh dari mereka berdiri.

“Lepaskan aku, First! Aku tidak mau dimarahi papa,” tolak Frolline, berusaha menghempaskan cekalan tangannya, tetapi Firstan terlalu kuat, tidak sebanding dengan tenaganya.

Keduanya sudah duduk di dalam mobil di tengah kegelapan malam. Tidak ada seorang pun yang tahu, kecuali security gerbang depan. Itu pun kalau security itu memperhatikan.

“Fro, kamu masih mencintaiku?” tanya Firstan, pelan.

Hening.

Biasanya Frolline akan menjawab dengan cepat, tetapi kali ini gadis itu memilih diam. Perasaannya sulit diungkapkan saat ini. Dia sendiri bingung, apa cintanya telah pudar dan hambar. Atau memang pernikahan Firstan membuatnya menarik diri sementara.

Hilang sudah kerinduan yang dulu sering dirasakannya. Lenyap sudah kesedihan dan air mata yang dulu mengiringi pernikahan kekasihnya. Perasaannya sekarang mengambang, meski terkadang masih ada sedikit kecewa ketika melihat gaun pengantin yang harusnya dikenakannya saat pernikahan tergantung begitu saja di lemarai pakaian.

“Aku tidak tahu. Kamu sudah memiliki Kak Angell,” sahut Frolline pelan.

“Cium aku sekarang kalau begitu,” pinta Firstan dengan nada manja.

Sudah lama sekali rasanya, mereka tidak bicara seakrab ini. Dulu semasa pacaran, setiap pulang kantor dia akan mampir di sini. Sekedar menyapa atau berbincang. Dan akan pulang setelah Frolline tertidur.

Namun, sekarang semua berbeda. Tidak ada lagi kebiasaan itu. Bahkan sekarang, dia hanya bisa mencuri kesempatan untuk memeluk Frolline.

“Apa aku bercerai sekarang saja. Menurutmu bagaimana, Fro?” tanya Firstan, menunggu jawaban.

“Sudah sampai sejauh ini, kenapa mundur sekarang. Bukankah pernikahan ini untuk bayi yang ada di kandungan Kak Angell. Bagaimana nasibnya kalau kalian bercerai sekarang. Bagaimana dengan Kak Angell?” tanya Frolline, terkejut.

“Angell pun tidak peduli. Disaat hamil, dia bukannya mencari tahu tentang kehamilan, dia sibuk mencari perguruan tinggi di luar negri.” Firstan bercerita.

Terdengar helaan napas kasar dari lelaki itu, kemudian meraih tangan Frolline dan menggengamnya erat.

“Fro, kamu masih mengingat janji kita bertiga kan?” tanya Firstan tiba-tiba. Mengingat kembali semua peristiwa demi peristiwa yang mengubah kehidupannya, Frolline dan Angella. Sampai akhirnya beberapa jam sebelum menikah mereka membuat kesepakatan bersama tanpa diketahui orang tua.

“Setelah Angell melahirkan, akan ada perceraian. Aku akan mendapatkan bayinya dan Angell mendapatkan kebebasan. Kamu masih mengingat semuanya kan Fro?” Firstan mengingatkan apa yang telah mereka bertiga sepakati bersama.

“Bukankah sebelum kami menikah, kamu menyetujuinya. Kenapa sekarang sepertinya kamu melupakan semua. Bahkan tangis dan kesedihanmu, di hari pernikahanku sudah hilang entah kemana,” ucap Firstan memejamkan matanya.

“Kamu masih ingat kan, kita akan menikah setelah aku bercerai?” tanya Firstan lagi.

Frolline masih saja diam. Jangankan bersuara, membuka mulut pun tidak. Dia sendiri sudah mulai tidak yakin dengan perasaannya. Mungkin jarak membuat hatinya berubah. Sementara atau selamanya kah?

Firstan cinta pertamanya. Dia mencintai lelaki itu, bahkan sebelum memahami arti cinta itu sendiri. Mereka bertiga tumbuh bersama, tertawa bersama dan berbagi bersama. Sampai akhirnya begitu mengenakan seragam abu-abu, Firstan mengungkapkan semua rasa yang selama ini juga dia rasakan.

“Fro, kamu masih menungguku kan?” tanya Firstan memastikan.

“Aku tidak tahu,” sahut Frolline pada akhirnya.

“Karena Ditya?” tanya Firstan.

Frolline menggelengkan kepala. “Aku bahkan tidak mau mengenalnya lebih jauh lagi. Kamu tahu kan tipeku. Dan Ditya bukan tipeku. Terlalu tua dan serius. Aku tidak menyukainya,” sahut Frolline.

“Ada lelaki lain?” tanya Firstan lagi.

“Tidak ada siapa-siapa. Aku sedang menikmati hidupku seperti remaja lain. Menikmati kebebasanku,” ucap Frolline.

“Menikmati rasanya tidak terikat dengan siapa pun,” jelas Frolline.

“Dan aku menikmati hidupku sekarang. Tidak ada yang mengaturku, tidak ada yang meminta penjelasan ketika aku melangkah, tidak perlu bertanya apakah boleh atau tidak. Aku menikmati hidupku sekarang.”

“Kamu lupa, kamu masih kekasihku. Kita masih pacaran sampai sejauh ini. Jangan berpikir, pernikahanku mengubah segalanya,” tegas Firstan, meraih tubuh Frolline dan mendekapnya erat.

Deg—

“Aku masih mencintaimu sebesar dulu. Tidak ada yang berubah. Bahkan pernikahanku tidak mengubah apapun, Fro,” bisik Firstan.

“Cium aku sekarang, seperti dulu yang biasa kita lakukan. Aku benar-benar merindukanmu Fro,” ucap Firstan, sebelum mengecup lembut bibir Frolline.

Rasanya sudah lama sekali, tidak mencium Frolline. Bibir itu masih sama manisnya, masih sama memabukannya.

Kali ini, Frolline membalas ciuman Firstan. Ikut hanyut dengan perlakuan lembut lelaki yang sudah lama mengisi hidupnya. Lama keduanya saling berciuman, sampai terdengar bunyi ketukan di jendela mobil.

Keduanya langsung saling melepas, mengatur napas yang masih memburu hebat.

“Bunyi apa itu?” tanya Firstan mengedar pandangan di tengah kegelapan. Tetapi tidak ada siapa-siapa.

“Aku harus masuk ke dalam,” ucap Frolline, merapikan rambutnya yang berantakan. Sebelum pintu mobil itu terbuka, terlihat Firstan mencegah.

“Aku cemburu melihat Ditya mendekatimu. Sekali lagi aku melihatnya di sekitarmu. Aku akan membuat perhitungan dengannya,” ancam Firstan.

***

Ditya baru menyelesaikan acara berendamnya. Masih dengan balutan bathrobe, lelaki tampan itu keluar dari kamarnya sembari memegang ponsel.

Senyum terkembang di bibir, sebelum menghubungi nomor Frolline. Baru saja mereka bertemu, tapi dia sudah merindukannya.

Berulang kali menghubungi nomor ponsel baru yang dihadiahkannya, tetapi tidak ada satu pun panggilannya diterima Frolline.

“Dia kemana saja?” keluh Ditya, mengerutkan dahinya. Melempas kasar ponsel mahalnya di atas meja bar. Kembali meraih sebotol anggur dan menuangkannya ke dalam gelas kristal.

Baru saja dia akan menikmati anggur untuk meredam kekesalannya, bunyi lift mengalihkan pandangannya.

Ting!

Muncul Matt dengan seseorang yang belum dikenalnya. Kembali Ditya menatap keheranan.

“Bos!” sapa Matt.

“Kenalkan ini salah satu orang suruhanku yang biasa mengawasi Nona Frolline,” lanjut Matt.

Mendengar nama Frollie, Ditya langsung fokus dan bersemangat. Tersenyum ramah pada lelaki muda dengan jaket kulit hitam dan wajah gaharnya.

“Ada apa?” tanyanya. Masih dengan menggengam segelas anggur, dia menghempaskan tubuh lelahnya di atas sofa.

“Maaf Bos. Saya mau melapor. Saya tidak bisa mendapatkan fotonya, karena terlalu gelap dan kejadiannya di dalam mobil.”

“Katakan apa yang kamu lihat,” perintah Ditya. Raut wajahnya berubah serius. Melihat sepenggal cerita dari orang suruhan Matt, pastilah bukan berita baik yang mau disampaikan.

“Gadis itu berciuman dengan seorang pria di dalam mobil, di pekarangan rumahnya,” ceritanya dengan wajah tertunduk.

Prang!!! Kembali sebuah gelas menjadi korban. Tampak Ditya mengusap wajahnya dengan kedua tangan. Emosinya terpancing hanya dengan mendengar Frolline berciuman.

“Tetap awasi gadis itu!” perintah Ditya, mengatur napas berusaha meredam amarahnya. Meraih ponsel dan mencari foto seseorang di galeri.

Ditya melempar ponselnya pada Matt.

“Tunjukan padanya Matt!” titah Ditya, meminta asistennya menunjukan foto Firstan yang tersimpan di ponselnya.

“Kalau lelaki itu berani menyentuh gadis itu lagi, kamu boleh mematahkan kaki dan tangannya saat itu juga. Jaga Frolline, jangan sampai ada yang menyentuhnya!” perintah Ditya dengan nada penuh kemarahan.

“Baik Bos!”

“Kamu boleh keluar sekarang!” perintah Ditya.

Matt yang masih berdiri mematung seolah paham kalau tuan mudanya masih membutuhkan kehadirannya. Dia tidak bergeser sedikit pun dari tempatnya berdiri.

“Perketat pengawalan pada Frolline. Sebisa mungkin jangan sampai Firstan menyentuhnya.”

“Aku tidak percaya dengan keponakan brengs”ek itu. Bukan hanya kakaknya, aku takut dia menghamili adiknya juga,” ucap Ditya penuh amarah.

***

T b c

Love You all

Terima kasih.

Terpopuler

Comments

Nur Lizza

Nur Lizza

sabar dit

2022-11-07

1

Henny Kesumawati

Henny Kesumawati

next🥰

2022-08-01

0

yuli

yuli

terlalu manis,, jadi keinget perlakuan koditya ke kailla bener² sesuatuh,,

2022-03-17

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Beautiful In White
2 Bab 2. Pengenalan Tokoh & Visual
3 Bab 3. Harusnya Aku
4 Bab 4. Terpaksa menikah
5 Bab 5. Tunggu Aku
6 Bab 6. Dipeluk Mantan Kekasih
7 Bab 7. Sekilas Kehidupan Ditya
8 Bab 8. Panggil dia Om
9 Bab 9. Pelukan pertama, berjuta rasanya
10 Bab 10. Selangkah Lebih Maju
11 Bab 11 : Kamu mau ikut denganku?
12 Bab 12 : Amarah Ditya
13 Bab 13 : Terlalu banyak menonton infotainment
14 Bab 14 : Selamat bergabung, Fro
15 Bab 15 : Asisten pribadi Ditya
16 Bab 16 : Memotong jalan
17 Bab 17 :Akhir Pekan
18 Bab 18 : Calon kakak ipar
19 Bab 19 : Pertengkaran berlanjut
20 Bab 20 : Aku tidak mau
21 Bab 21 : Kecelakaan
22 Bab 22 : Kita akan membawanya ke Singapura
23 Bab 23 : Rugi Besar
24 Bab 24 : Cukup hargai aku
25 Bab 25 : Menikahlah denganku
26 Bab 26 : Aku merindukanmu, Fro
27 Bab 27 : Ya
28 Bab 28 : Berita duka
29 Bab 29 : Aku turut berduka, First
30 Bab 30 : Nyonya Ditya Halim Hadinata
31 Bab 31 : Mengugat cerai
32 Bab 32 : Schatzi
33 Bab 33 : Mengurus perusahaan
34 Bab 34 : Kita tinggal bersama
35 Bab 35 : Ayo Kita Pulang
36 Bab 36 : Memiliki hak untuk menguasaiku
37 Bab 37 : Sudah melamar pada Gunawan
38 Bab 38 : Aku tidak mau hidup seperti ini
39 Bab 39. Sah
40 Bab 40. Ke Surabaya
41 Bab 41. Silakan mengambil hakmu
42 Bab 42. Penyatuan indah
43 Bab 43 : Istana Halim Hadinata
44 Bab 44 : Dia istrimu tetapi bukan menantuku
45 Bab 45 : Segeralah hamil
46 Bab 46 : Bersembunyilah dari Dunia
47 Bab 47 : Cukup mama saja
48 Bab 48 : Bertahanlah
49 Bab 49 : Dia belum pantas menjadi menantuku
50 Bab 50 : Sikap Nyonya Halim
51 Bab 51 : Tidak ada lagi yang tersisa
52 Bab 52 : Seburuk-buruknya, dia orang tuaku
53 Bab 53 : Aku butuh doa dan restunya
54 Bab 54 : Kita harus pulang malam ini
55 Bab 55 : Mungkin terlambat
56 Bab 56 : Wanita hebat
57 Bab 57 : Aku akan belajar
58 Bab 58 : Laki-laki seperti apa yang aku nikahi
59 Bab 59 : Membalaskan dendam
60 Bab 60 : Ran-Ran & Teo
61 Bab 61 : Bertemu dengan masa lalu
62 Bab 62 : Tetap bersamaku
63 Bab 63 : Perayaan ulang tahun perusahaan
64 Bab 64 : Honey Bunny
65 Bab 65 : Sisa-sisa produksi
66 Bab 66 : Bencana Nasional
67 Bab 67 : Visual
68 Bab 68 : Mengundurkan diri
69 Bab 69 : Koko dinyatakan pailit
70 Bab 70 : Kekacauan yang sama
71 Bab 71 : Tamparan
72 Bab 72 : Fro, kamu baik-baik saja?
73 Bab 73 : Tunggu aku, Ko
74 Bab 74 : Tinggal dengan Mami
75 Bab 75 : Kamu boleh pergi
76 Bab 76 : Anak Merpati vs Elang jantan
77 Bab 77 : Apa aku nikahi saja
78 Bab 78 : Menikah lagi, meringankan tugas istri
79 Bab 79 : Menyetujui pernikahan
80 Bab 80 : Siasat Ditya
81 Bab 81 : Perubahan aneh Ditya
82 Bab 82 : Aku tidak mau, Ko
83 Bab 83 : Kepercayaan
84 Bab 84 : Kembali jadi diri sendiri
85 Bab 85 : Like me
86 Bab 86 : Jangan percaya pada siapa pun
87 Bab 87 : Kekacauan di pagi hari
88 Bab 88 : Restu
89 Bab 89 : Hanya Daddy
90 Bab 90 : Belum kembali
91 Bab 91 : Pria tampan mengejutkan
92 Bab 92 : Ini memalukan!
93 Bab 93 : Kailla Riadi Dirgantara
94 Bab 94 : Skandal Masa Lalu
95 Bab 95 : Amarah Ditya
96 Bab 96 : Harus hamil!
97 Bab 97 : Ikut bersamaku, Fro
98 Bab 98 : Telat seminggu
99 Bab 99 : Kamu tidak mencintainya, kan?
100 Bab 100 : Ayo kita menghilang
101 Bab 101 : Ikut aku pulang
102 Bab 102 : Dua gadis cantik
103 Bab 103 : Ketika rasa bersalah menghantam
104 Bab 104 : Daddy sakit
105 Bab 105 : Menemui dokter kandungan
106 Bab 106 : Suka Ditya di tengah duka Halim
107 Bab 107 : Papa
108 Bab 108 : Hamil lima minggu jadi tanda tanya
109 Bab 109 : Buat janji bertemu dengan Pram
110 Bab 110 : Meminta restu kembali
111 Bab 111 : Membingungkan
112 Bab 112 : Sikap Halim
113 Bab 113 : Bermain bola dan boneka
114 Bab 114 : Menjodohkan Angella
115 Bab 115 : Sikap dingin Halim
116 Bab 116 : Impian Frolline
117 Bab 117 : Mengundurkan diri
118 Bab 118 : Lamborghini Aventador
119 Bab 119 : Finally
120 Bab 120. Musim semi di Netherlands
121 Bab 121. Bersiap ke Belgia
122 Bab 122 : Brussels
123 Bab 123 : Etretat Beach, Normandie, France
124 124 : Berlin
125 Bab 125 : Jadilah pria bertanggung jawab
126 Bab 126 : Paula
127 Bab 127 : Jaga kandunganmu
128 Bab 128 : London
129 Bab 129 : Kw super premium
130 Bab 130 : Perjuangan melahirkan 1
131 Bab 131 : Perjuangan melahirkan 2
132 Bab 132 : Dragon Hadinata Lim Jīn Lóng
133 Bab 133 : Tradisi satu bulan kelahiran
134 Bab 134 : Kembali ke Jakarta
135 Bab 135 : Aku masih mencintaimu
136 Bab 136 : The end
137 Extra part 1
138 Extra part 2
139 Extra part 3
140 Extra part 4
141 Extra part 5
142 Extra part 6
143 Extra part 7
144 Extra part 8
145 Extra part 9
146 The End
147 Pengumuman
148 My Beloved Bodyguard
Episodes

Updated 148 Episodes

1
Bab 1. Beautiful In White
2
Bab 2. Pengenalan Tokoh & Visual
3
Bab 3. Harusnya Aku
4
Bab 4. Terpaksa menikah
5
Bab 5. Tunggu Aku
6
Bab 6. Dipeluk Mantan Kekasih
7
Bab 7. Sekilas Kehidupan Ditya
8
Bab 8. Panggil dia Om
9
Bab 9. Pelukan pertama, berjuta rasanya
10
Bab 10. Selangkah Lebih Maju
11
Bab 11 : Kamu mau ikut denganku?
12
Bab 12 : Amarah Ditya
13
Bab 13 : Terlalu banyak menonton infotainment
14
Bab 14 : Selamat bergabung, Fro
15
Bab 15 : Asisten pribadi Ditya
16
Bab 16 : Memotong jalan
17
Bab 17 :Akhir Pekan
18
Bab 18 : Calon kakak ipar
19
Bab 19 : Pertengkaran berlanjut
20
Bab 20 : Aku tidak mau
21
Bab 21 : Kecelakaan
22
Bab 22 : Kita akan membawanya ke Singapura
23
Bab 23 : Rugi Besar
24
Bab 24 : Cukup hargai aku
25
Bab 25 : Menikahlah denganku
26
Bab 26 : Aku merindukanmu, Fro
27
Bab 27 : Ya
28
Bab 28 : Berita duka
29
Bab 29 : Aku turut berduka, First
30
Bab 30 : Nyonya Ditya Halim Hadinata
31
Bab 31 : Mengugat cerai
32
Bab 32 : Schatzi
33
Bab 33 : Mengurus perusahaan
34
Bab 34 : Kita tinggal bersama
35
Bab 35 : Ayo Kita Pulang
36
Bab 36 : Memiliki hak untuk menguasaiku
37
Bab 37 : Sudah melamar pada Gunawan
38
Bab 38 : Aku tidak mau hidup seperti ini
39
Bab 39. Sah
40
Bab 40. Ke Surabaya
41
Bab 41. Silakan mengambil hakmu
42
Bab 42. Penyatuan indah
43
Bab 43 : Istana Halim Hadinata
44
Bab 44 : Dia istrimu tetapi bukan menantuku
45
Bab 45 : Segeralah hamil
46
Bab 46 : Bersembunyilah dari Dunia
47
Bab 47 : Cukup mama saja
48
Bab 48 : Bertahanlah
49
Bab 49 : Dia belum pantas menjadi menantuku
50
Bab 50 : Sikap Nyonya Halim
51
Bab 51 : Tidak ada lagi yang tersisa
52
Bab 52 : Seburuk-buruknya, dia orang tuaku
53
Bab 53 : Aku butuh doa dan restunya
54
Bab 54 : Kita harus pulang malam ini
55
Bab 55 : Mungkin terlambat
56
Bab 56 : Wanita hebat
57
Bab 57 : Aku akan belajar
58
Bab 58 : Laki-laki seperti apa yang aku nikahi
59
Bab 59 : Membalaskan dendam
60
Bab 60 : Ran-Ran & Teo
61
Bab 61 : Bertemu dengan masa lalu
62
Bab 62 : Tetap bersamaku
63
Bab 63 : Perayaan ulang tahun perusahaan
64
Bab 64 : Honey Bunny
65
Bab 65 : Sisa-sisa produksi
66
Bab 66 : Bencana Nasional
67
Bab 67 : Visual
68
Bab 68 : Mengundurkan diri
69
Bab 69 : Koko dinyatakan pailit
70
Bab 70 : Kekacauan yang sama
71
Bab 71 : Tamparan
72
Bab 72 : Fro, kamu baik-baik saja?
73
Bab 73 : Tunggu aku, Ko
74
Bab 74 : Tinggal dengan Mami
75
Bab 75 : Kamu boleh pergi
76
Bab 76 : Anak Merpati vs Elang jantan
77
Bab 77 : Apa aku nikahi saja
78
Bab 78 : Menikah lagi, meringankan tugas istri
79
Bab 79 : Menyetujui pernikahan
80
Bab 80 : Siasat Ditya
81
Bab 81 : Perubahan aneh Ditya
82
Bab 82 : Aku tidak mau, Ko
83
Bab 83 : Kepercayaan
84
Bab 84 : Kembali jadi diri sendiri
85
Bab 85 : Like me
86
Bab 86 : Jangan percaya pada siapa pun
87
Bab 87 : Kekacauan di pagi hari
88
Bab 88 : Restu
89
Bab 89 : Hanya Daddy
90
Bab 90 : Belum kembali
91
Bab 91 : Pria tampan mengejutkan
92
Bab 92 : Ini memalukan!
93
Bab 93 : Kailla Riadi Dirgantara
94
Bab 94 : Skandal Masa Lalu
95
Bab 95 : Amarah Ditya
96
Bab 96 : Harus hamil!
97
Bab 97 : Ikut bersamaku, Fro
98
Bab 98 : Telat seminggu
99
Bab 99 : Kamu tidak mencintainya, kan?
100
Bab 100 : Ayo kita menghilang
101
Bab 101 : Ikut aku pulang
102
Bab 102 : Dua gadis cantik
103
Bab 103 : Ketika rasa bersalah menghantam
104
Bab 104 : Daddy sakit
105
Bab 105 : Menemui dokter kandungan
106
Bab 106 : Suka Ditya di tengah duka Halim
107
Bab 107 : Papa
108
Bab 108 : Hamil lima minggu jadi tanda tanya
109
Bab 109 : Buat janji bertemu dengan Pram
110
Bab 110 : Meminta restu kembali
111
Bab 111 : Membingungkan
112
Bab 112 : Sikap Halim
113
Bab 113 : Bermain bola dan boneka
114
Bab 114 : Menjodohkan Angella
115
Bab 115 : Sikap dingin Halim
116
Bab 116 : Impian Frolline
117
Bab 117 : Mengundurkan diri
118
Bab 118 : Lamborghini Aventador
119
Bab 119 : Finally
120
Bab 120. Musim semi di Netherlands
121
Bab 121. Bersiap ke Belgia
122
Bab 122 : Brussels
123
Bab 123 : Etretat Beach, Normandie, France
124
124 : Berlin
125
Bab 125 : Jadilah pria bertanggung jawab
126
Bab 126 : Paula
127
Bab 127 : Jaga kandunganmu
128
Bab 128 : London
129
Bab 129 : Kw super premium
130
Bab 130 : Perjuangan melahirkan 1
131
Bab 131 : Perjuangan melahirkan 2
132
Bab 132 : Dragon Hadinata Lim Jīn Lóng
133
Bab 133 : Tradisi satu bulan kelahiran
134
Bab 134 : Kembali ke Jakarta
135
Bab 135 : Aku masih mencintaimu
136
Bab 136 : The end
137
Extra part 1
138
Extra part 2
139
Extra part 3
140
Extra part 4
141
Extra part 5
142
Extra part 6
143
Extra part 7
144
Extra part 8
145
Extra part 9
146
The End
147
Pengumuman
148
My Beloved Bodyguard

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!