Bab 10. Selangkah Lebih Maju

Frolline masih menatap keranjang besar berisi boneka di tangannya. Setelah memastikan iringan mobil itu menghilang di balik gerbang, dia pun masuk kembali.

“Lelaki aneh!” ucap Frolline pelan. Mengingat kelakuan Ditya yang tiba-tiba memeluknya.

“Fro, kenapa dia memelukmu?” tanya Firstan. Tiba-tiba, lelaki muda itu sudah muncul di dekat pintu masuk dengan wajah tidak bersahabat. Kecemburuan terlihat jelas di matanya.

“Ikut denganku!” ajaknya. Meraih tangan Frolline dan membawa gadis itu berbincang di taman belakang. Sengaja Firstan membawa keluar melalui pintu samping, tidak melewati sekumpulan orang tua yang sedang mengobrol di ruang tengah.

Angella yang sempat melirik sekilas kepada suami dan adiknya, tidak peduli. Ia sudah terbiasa dengan pemandangan ini. Hampir di setiap pertemuan keluarga, Firstan dan Frolline akan mencuri kesempatan berbincang berdua di belakangnya.

“Kamu tidak melupakan janji kita, kan?” tanya Firstan memastikan. Menatap wajah cantik Frolline yang sampai saat ini masih berstatus kekasihnya.

“Apa-apaan, First. Aku tidak ada hubungan apa-apa dengan Om-mu itu. Dia hanya memberiku ini,” sahut Frolline, mengangkat keranjang rotan berisi boneka ke hadapan Firstan.

“Kenapa dia memelukmu?” tanya Firstan lagi. Ia benar-benar kesal melihat Ditya memeluk Frolline.

“Aku tidak tahu, tanyakan saja padanya,” sahut Frolline dengan santainya. Gadis itu terlihat biasa saja.

“Apa yang dikatakannya padamu, Fro?” Pertanyaan demi pertanyaan meluncur keluar dari bibir Firstan. Butuh jawaban dan kepastian. Sejak menikah dengan Angella, kepercayaannya pada Frolline menurun. Sedikit saja gadis itu berdekatan dengan lelaki, ia akan langsung menginterogasi.

“Kenapa kamu jadi cerewet sekali, First. Aku tidak ada hubungan apa-apa dengannya. Tidak ada rasa sama sekali,” gerutu Frolline, kembali bertengkar dengan Firstan.

“Fro, kamu ingat janji kita, kan?” tanya Firstan lagi.

“Ya, aku ingat. Sementara urusi saja bayimu. Kenapa sekarang kamu sering mengajak bertengkar, First. Kamu berduaan dengan Kak Angell, aku tidak pernah protes,” gerutu Frolline.

“Itu beda, Fro.” Firstan kembali membela diri. Seperti biasa, ia tidak mau disalahkan.

“Sudahlah. Aku tidak mau bertengkar. Aku mengantuk, mau pulang,” sahut Frolline, melangkahkan kakinya masuk kembali ke dalam rumah. Tetapi, baru saja beranjak, Firstan sudah menarik tangannya kembali.

“Aku masih mencintaimu sama seperti dulu, Fro,” bisiknya, memeluk erat Frolline dari belakang.

“Jangan pernah berselingkuh dariku,” bisik Firstan kembali.

“Kamu yang berselingkuh dariku, First. Ingat itu! Jangan memutar-balikan fakta,” ucap Frolline kesal.

“Sudah. Aku mau pulang. Aku mengantuk, First,” ucap Frolline, melepas belitan tangan Firstan yang memeluk pinggangnya.

***

Seminggu berlalu, tidak ada yang istimewa. Keseharian Frolline hanya dihabiskan dengan jalan-jalan, ke mal, belanja dan menonton. Tidak ada satu pun hal berguna yang dilakukan gadis manja itu.

Setelah menyelesaikan kuliah dan mendapatkan gelar sarjananya, Frolline memang menghabiskan waktu untuk bersenang-senang. Sebenarnya, Gunawan, papanya Frolline sudah meminta putrinya bergabung di perusahaan. Membantunya dan sang kakak yang sudah lebih dulu terjun ke perusahaan mereka.

Selalu ada saja alasan Frolline yang lebih suka menghabiskan waktunya dengan memasak dan mendekorasi rumah. Wanita karir bukanlah impiannya, mengurus perusahaan bukanlah cita-citanya. Tidak ada sedikit pun rasa iri saat melihat Angella, kakaknya dengan setelan kerja tampil anggun dan high heel, tas tangan bermerk menduduki posisi tertinggi kedua di perusahaan mereka.

Kalau boleh jujur, ia lebih iri pada mamanya yang pintar mengolah semua jenis makanan. Dari menu utama sampai penutup, dari jajanan pasar sampai cake-cake dengan tampilan cantik luar biasa.

Hari ini, begitu selesai membantu mamanya memasak, Frolline sudah siap jalan-jalan, sekedar kuliner atau mampir ke toko buku untuk mencari buku resep keluaran terbaru, menambah koleksi di rak bukunya.

“Ma, aku berangkat sekarang,” pamit Frolline. Gadis itu sudah meraih kunci mobilnya. Berlari keluar menenteng tasnya. Dengan rambut dikuncir asal dan dandanan casual, Frolline bergegas menuju mobil.

“Fro, jangan pulang terlalu malam. Mama tidak mau mendengar omelan papamu!” teriak mamanya dari dalam rumah. Entah gadis itu mendengar atau tidak. Frolline terlalu bersemangat dan menikmati kebebasannya.

Sudah tersusun berbagai rencana untuk menghabiskan sepanjang hari ini. Dari jalan-jalan di pusat kota, setelahnya ia akan menjelajah isi toko buku di sebuah mal.

Baru saja ia menyalakan mesin mobil, terdengar dering ponsel dari dalam tas. Raut wajahnya berubah kesal melihat kemunculan nama Firstan di layar ponselnya.

“Ya, ada apa, First?” tanyanya dengan ketus. Belakangan ini, ia sering kesal dengan lelaki ini. Semakin hari semakin cerewet. Tiada hari tanpa mengawasi kegiatannya, terus-menerus mengecek keberadaannya.

“Kita makan siang bersama hari ini,” ucap Firstan, singkat, padat dan jelas.

“Next time!” tolak Fro, tidak kalah singkatnya. Bukannya ia tidak tahu, permintaan makan siang hanya akal-akalan Firstan untuk mengawasi keberadaannya. Sejak menikah, Firstan selalu mengunakan berbagai cara untuk memastikan kalau Frolline tidak berselingkuh di belakangnya.

“Aku akan menunggumu! Nanti aku kirimkan alamatnya,” ucap Firstan, tidak memberi peluang Frolline membantah.

“Nanti aku akan menghubungimu lagi, Fro. Aku harus rapat sekarang,” putus Firstan, tidak memberi kesempatan Frolline bicara.

“Selalu begitu!” dengus Frolline kesal, segera melajukan mobilnya menembus jalanan ibu kota.

***

Waktu sudah menunjukan pukul 17.00 sore, saat mobil Mini Cooper milik Frolline masuk ke pekarangan rumahnya. Menyusul di belakangnya sebuah Pajero Sport hitam ikut melenggang masuk ke halaman rumah dua lantai dengan konsep minimalis itu.

Terlihat raut wajah Frolline tidak bersahabat. Bagaimana tidak. Ia tidak memenuhi permintaan Firstan yang mengajaknya makan siang bersama hari ini. Dan imbasnya lelaki itu menghubunginya berkali-kali, bahkan sekarang Firstan menyusulnya sampai ke rumah.

“Fro!” panggil Firstan, menyusul kekasihnya yang melenggang masuk dengan menenteng kantong belanjaan berisi buku-buku yang baru saja dibelinya.

“Fro!”

Kembali Firstan meneriaki, bergegas menyusul masuk ke dalam rumah yang kebetulan pintunya terbuka lebar.

“Fro, kita harus bicara,” ucap Firstan, meraih tangan Frolline yang membeku di tempatnya berdiri.

“Fro ...." Kalimat Firstan mengambang. Lelaki itu ikut membeku, berdiri di samping Frolline. Mereka berdua menatap ke arah yang sama.

“Kamu dari mana saja, Fro?” tanya Gunawan. Nada bicaranya sedikit keras dari biasa, menatap putri dan menantunya bergantian.

Frolline tidak menjawab, pandangannya tertuju pada sosok lain yang menemani papanya. Lelaki tampan yang seminggu lalu memeluknya tanpa alasan.

“Ditya ....”

Frolline menyapa. Tidak habis pikir, bagaimana lelaki itu bisa sampai ke rumahnya. Bukankah mereka tidak pernah bertukar kabar, tidak pernah bertukar nomor ponsel apalagi alamat rumah. Namun, bagaimana Ditya bisa mengetahui banyak hal.

Bahkan, saat ini Ditya sedang duduk santai di sofa rumahnya, dijamu langsung oleh papanya.

“Selamat sore, Fro,” sapa Ditya, tersenyum. Pandangan beralih pada Firstan, sang keponakan.

“So-sore,” sahut Frolline, masih tidak yakin dengan penglihatannya.

“Bagaimana kamu bisa sampai ke sini, Ditya?” tanya Frolline. Bergegas mendekati lelaki yang sedang duduk di sisi papanya.

“Panggil dia, Om. Jangan tidak sopan seperti ini, Fro.” Gunawan mengingatkan putrinya.

“Papa, dia terlalu muda. Om itu untuk lelaki tua dengan perut buncit dan rambut hampir botak licin mengilap,” sahut Frolline, tersenyum.

“Fro, kamu menyindir Papa!” omel Gunawan kesal, ciri-ciri yang disebutkan putrinya itu mengarah kepada bentuknya.

“Ah, aku bercanda, Pa,” ucap Frolline, memeluk papanya sembari tertawa.

Ditya yang menyaksikan pemandangan di hadapannya ikut tersenyum. Kemudian, ia mengalihkan pandangannya pada sang keponakan

Senyuman itu berubah sinis, sembari menyindir. “Kamu tidak menyapa Om-mu, First.”

Firstan melangkah masuk. “Mau apa Om ke sini?” tanyanya sinis.

“Yang jelas tidak ada hubungannya denganmu. Aku ada urusan dengan Pak Gunawan,” jelas Ditya.

Tersenyum puas karena merasa di atas angin. Bukannya Ditya tidak tahu, sejak keponakannya itu menikah dengan Angella, Gunawan tidak menyukai kedekatan Firstan dan Frolline.

“Fro, ini untukmu.”

***

T b c

Love you all

Terima kasih

Terpopuler

Comments

Nur Lizza

Nur Lizza

yes babang tya sedikit ada ke majuan

2022-11-07

1

Nikita Yasasi

Nikita Yasasi

heleh..aneh

2022-10-05

0

Indah Fajar Surya

Indah Fajar Surya

aq koq muak liat fris
udh nikah masih ada ngejar fro

2022-03-03

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Beautiful In White
2 Bab 2. Pengenalan Tokoh & Visual
3 Bab 3. Harusnya Aku
4 Bab 4. Terpaksa menikah
5 Bab 5. Tunggu Aku
6 Bab 6. Dipeluk Mantan Kekasih
7 Bab 7. Sekilas Kehidupan Ditya
8 Bab 8. Panggil dia Om
9 Bab 9. Pelukan pertama, berjuta rasanya
10 Bab 10. Selangkah Lebih Maju
11 Bab 11 : Kamu mau ikut denganku?
12 Bab 12 : Amarah Ditya
13 Bab 13 : Terlalu banyak menonton infotainment
14 Bab 14 : Selamat bergabung, Fro
15 Bab 15 : Asisten pribadi Ditya
16 Bab 16 : Memotong jalan
17 Bab 17 :Akhir Pekan
18 Bab 18 : Calon kakak ipar
19 Bab 19 : Pertengkaran berlanjut
20 Bab 20 : Aku tidak mau
21 Bab 21 : Kecelakaan
22 Bab 22 : Kita akan membawanya ke Singapura
23 Bab 23 : Rugi Besar
24 Bab 24 : Cukup hargai aku
25 Bab 25 : Menikahlah denganku
26 Bab 26 : Aku merindukanmu, Fro
27 Bab 27 : Ya
28 Bab 28 : Berita duka
29 Bab 29 : Aku turut berduka, First
30 Bab 30 : Nyonya Ditya Halim Hadinata
31 Bab 31 : Mengugat cerai
32 Bab 32 : Schatzi
33 Bab 33 : Mengurus perusahaan
34 Bab 34 : Kita tinggal bersama
35 Bab 35 : Ayo Kita Pulang
36 Bab 36 : Memiliki hak untuk menguasaiku
37 Bab 37 : Sudah melamar pada Gunawan
38 Bab 38 : Aku tidak mau hidup seperti ini
39 Bab 39. Sah
40 Bab 40. Ke Surabaya
41 Bab 41. Silakan mengambil hakmu
42 Bab 42. Penyatuan indah
43 Bab 43 : Istana Halim Hadinata
44 Bab 44 : Dia istrimu tetapi bukan menantuku
45 Bab 45 : Segeralah hamil
46 Bab 46 : Bersembunyilah dari Dunia
47 Bab 47 : Cukup mama saja
48 Bab 48 : Bertahanlah
49 Bab 49 : Dia belum pantas menjadi menantuku
50 Bab 50 : Sikap Nyonya Halim
51 Bab 51 : Tidak ada lagi yang tersisa
52 Bab 52 : Seburuk-buruknya, dia orang tuaku
53 Bab 53 : Aku butuh doa dan restunya
54 Bab 54 : Kita harus pulang malam ini
55 Bab 55 : Mungkin terlambat
56 Bab 56 : Wanita hebat
57 Bab 57 : Aku akan belajar
58 Bab 58 : Laki-laki seperti apa yang aku nikahi
59 Bab 59 : Membalaskan dendam
60 Bab 60 : Ran-Ran & Teo
61 Bab 61 : Bertemu dengan masa lalu
62 Bab 62 : Tetap bersamaku
63 Bab 63 : Perayaan ulang tahun perusahaan
64 Bab 64 : Honey Bunny
65 Bab 65 : Sisa-sisa produksi
66 Bab 66 : Bencana Nasional
67 Bab 67 : Visual
68 Bab 68 : Mengundurkan diri
69 Bab 69 : Koko dinyatakan pailit
70 Bab 70 : Kekacauan yang sama
71 Bab 71 : Tamparan
72 Bab 72 : Fro, kamu baik-baik saja?
73 Bab 73 : Tunggu aku, Ko
74 Bab 74 : Tinggal dengan Mami
75 Bab 75 : Kamu boleh pergi
76 Bab 76 : Anak Merpati vs Elang jantan
77 Bab 77 : Apa aku nikahi saja
78 Bab 78 : Menikah lagi, meringankan tugas istri
79 Bab 79 : Menyetujui pernikahan
80 Bab 80 : Siasat Ditya
81 Bab 81 : Perubahan aneh Ditya
82 Bab 82 : Aku tidak mau, Ko
83 Bab 83 : Kepercayaan
84 Bab 84 : Kembali jadi diri sendiri
85 Bab 85 : Like me
86 Bab 86 : Jangan percaya pada siapa pun
87 Bab 87 : Kekacauan di pagi hari
88 Bab 88 : Restu
89 Bab 89 : Hanya Daddy
90 Bab 90 : Belum kembali
91 Bab 91 : Pria tampan mengejutkan
92 Bab 92 : Ini memalukan!
93 Bab 93 : Kailla Riadi Dirgantara
94 Bab 94 : Skandal Masa Lalu
95 Bab 95 : Amarah Ditya
96 Bab 96 : Harus hamil!
97 Bab 97 : Ikut bersamaku, Fro
98 Bab 98 : Telat seminggu
99 Bab 99 : Kamu tidak mencintainya, kan?
100 Bab 100 : Ayo kita menghilang
101 Bab 101 : Ikut aku pulang
102 Bab 102 : Dua gadis cantik
103 Bab 103 : Ketika rasa bersalah menghantam
104 Bab 104 : Daddy sakit
105 Bab 105 : Menemui dokter kandungan
106 Bab 106 : Suka Ditya di tengah duka Halim
107 Bab 107 : Papa
108 Bab 108 : Hamil lima minggu jadi tanda tanya
109 Bab 109 : Buat janji bertemu dengan Pram
110 Bab 110 : Meminta restu kembali
111 Bab 111 : Membingungkan
112 Bab 112 : Sikap Halim
113 Bab 113 : Bermain bola dan boneka
114 Bab 114 : Menjodohkan Angella
115 Bab 115 : Sikap dingin Halim
116 Bab 116 : Impian Frolline
117 Bab 117 : Mengundurkan diri
118 Bab 118 : Lamborghini Aventador
119 Bab 119 : Finally
120 Bab 120. Musim semi di Netherlands
121 Bab 121. Bersiap ke Belgia
122 Bab 122 : Brussels
123 Bab 123 : Etretat Beach, Normandie, France
124 124 : Berlin
125 Bab 125 : Jadilah pria bertanggung jawab
126 Bab 126 : Paula
127 Bab 127 : Jaga kandunganmu
128 Bab 128 : London
129 Bab 129 : Kw super premium
130 Bab 130 : Perjuangan melahirkan 1
131 Bab 131 : Perjuangan melahirkan 2
132 Bab 132 : Dragon Hadinata Lim Jīn Lóng
133 Bab 133 : Tradisi satu bulan kelahiran
134 Bab 134 : Kembali ke Jakarta
135 Bab 135 : Aku masih mencintaimu
136 Bab 136 : The end
137 Extra part 1
138 Extra part 2
139 Extra part 3
140 Extra part 4
141 Extra part 5
142 Extra part 6
143 Extra part 7
144 Extra part 8
145 Extra part 9
146 The End
147 Pengumuman
148 My Beloved Bodyguard
Episodes

Updated 148 Episodes

1
Bab 1. Beautiful In White
2
Bab 2. Pengenalan Tokoh & Visual
3
Bab 3. Harusnya Aku
4
Bab 4. Terpaksa menikah
5
Bab 5. Tunggu Aku
6
Bab 6. Dipeluk Mantan Kekasih
7
Bab 7. Sekilas Kehidupan Ditya
8
Bab 8. Panggil dia Om
9
Bab 9. Pelukan pertama, berjuta rasanya
10
Bab 10. Selangkah Lebih Maju
11
Bab 11 : Kamu mau ikut denganku?
12
Bab 12 : Amarah Ditya
13
Bab 13 : Terlalu banyak menonton infotainment
14
Bab 14 : Selamat bergabung, Fro
15
Bab 15 : Asisten pribadi Ditya
16
Bab 16 : Memotong jalan
17
Bab 17 :Akhir Pekan
18
Bab 18 : Calon kakak ipar
19
Bab 19 : Pertengkaran berlanjut
20
Bab 20 : Aku tidak mau
21
Bab 21 : Kecelakaan
22
Bab 22 : Kita akan membawanya ke Singapura
23
Bab 23 : Rugi Besar
24
Bab 24 : Cukup hargai aku
25
Bab 25 : Menikahlah denganku
26
Bab 26 : Aku merindukanmu, Fro
27
Bab 27 : Ya
28
Bab 28 : Berita duka
29
Bab 29 : Aku turut berduka, First
30
Bab 30 : Nyonya Ditya Halim Hadinata
31
Bab 31 : Mengugat cerai
32
Bab 32 : Schatzi
33
Bab 33 : Mengurus perusahaan
34
Bab 34 : Kita tinggal bersama
35
Bab 35 : Ayo Kita Pulang
36
Bab 36 : Memiliki hak untuk menguasaiku
37
Bab 37 : Sudah melamar pada Gunawan
38
Bab 38 : Aku tidak mau hidup seperti ini
39
Bab 39. Sah
40
Bab 40. Ke Surabaya
41
Bab 41. Silakan mengambil hakmu
42
Bab 42. Penyatuan indah
43
Bab 43 : Istana Halim Hadinata
44
Bab 44 : Dia istrimu tetapi bukan menantuku
45
Bab 45 : Segeralah hamil
46
Bab 46 : Bersembunyilah dari Dunia
47
Bab 47 : Cukup mama saja
48
Bab 48 : Bertahanlah
49
Bab 49 : Dia belum pantas menjadi menantuku
50
Bab 50 : Sikap Nyonya Halim
51
Bab 51 : Tidak ada lagi yang tersisa
52
Bab 52 : Seburuk-buruknya, dia orang tuaku
53
Bab 53 : Aku butuh doa dan restunya
54
Bab 54 : Kita harus pulang malam ini
55
Bab 55 : Mungkin terlambat
56
Bab 56 : Wanita hebat
57
Bab 57 : Aku akan belajar
58
Bab 58 : Laki-laki seperti apa yang aku nikahi
59
Bab 59 : Membalaskan dendam
60
Bab 60 : Ran-Ran & Teo
61
Bab 61 : Bertemu dengan masa lalu
62
Bab 62 : Tetap bersamaku
63
Bab 63 : Perayaan ulang tahun perusahaan
64
Bab 64 : Honey Bunny
65
Bab 65 : Sisa-sisa produksi
66
Bab 66 : Bencana Nasional
67
Bab 67 : Visual
68
Bab 68 : Mengundurkan diri
69
Bab 69 : Koko dinyatakan pailit
70
Bab 70 : Kekacauan yang sama
71
Bab 71 : Tamparan
72
Bab 72 : Fro, kamu baik-baik saja?
73
Bab 73 : Tunggu aku, Ko
74
Bab 74 : Tinggal dengan Mami
75
Bab 75 : Kamu boleh pergi
76
Bab 76 : Anak Merpati vs Elang jantan
77
Bab 77 : Apa aku nikahi saja
78
Bab 78 : Menikah lagi, meringankan tugas istri
79
Bab 79 : Menyetujui pernikahan
80
Bab 80 : Siasat Ditya
81
Bab 81 : Perubahan aneh Ditya
82
Bab 82 : Aku tidak mau, Ko
83
Bab 83 : Kepercayaan
84
Bab 84 : Kembali jadi diri sendiri
85
Bab 85 : Like me
86
Bab 86 : Jangan percaya pada siapa pun
87
Bab 87 : Kekacauan di pagi hari
88
Bab 88 : Restu
89
Bab 89 : Hanya Daddy
90
Bab 90 : Belum kembali
91
Bab 91 : Pria tampan mengejutkan
92
Bab 92 : Ini memalukan!
93
Bab 93 : Kailla Riadi Dirgantara
94
Bab 94 : Skandal Masa Lalu
95
Bab 95 : Amarah Ditya
96
Bab 96 : Harus hamil!
97
Bab 97 : Ikut bersamaku, Fro
98
Bab 98 : Telat seminggu
99
Bab 99 : Kamu tidak mencintainya, kan?
100
Bab 100 : Ayo kita menghilang
101
Bab 101 : Ikut aku pulang
102
Bab 102 : Dua gadis cantik
103
Bab 103 : Ketika rasa bersalah menghantam
104
Bab 104 : Daddy sakit
105
Bab 105 : Menemui dokter kandungan
106
Bab 106 : Suka Ditya di tengah duka Halim
107
Bab 107 : Papa
108
Bab 108 : Hamil lima minggu jadi tanda tanya
109
Bab 109 : Buat janji bertemu dengan Pram
110
Bab 110 : Meminta restu kembali
111
Bab 111 : Membingungkan
112
Bab 112 : Sikap Halim
113
Bab 113 : Bermain bola dan boneka
114
Bab 114 : Menjodohkan Angella
115
Bab 115 : Sikap dingin Halim
116
Bab 116 : Impian Frolline
117
Bab 117 : Mengundurkan diri
118
Bab 118 : Lamborghini Aventador
119
Bab 119 : Finally
120
Bab 120. Musim semi di Netherlands
121
Bab 121. Bersiap ke Belgia
122
Bab 122 : Brussels
123
Bab 123 : Etretat Beach, Normandie, France
124
124 : Berlin
125
Bab 125 : Jadilah pria bertanggung jawab
126
Bab 126 : Paula
127
Bab 127 : Jaga kandunganmu
128
Bab 128 : London
129
Bab 129 : Kw super premium
130
Bab 130 : Perjuangan melahirkan 1
131
Bab 131 : Perjuangan melahirkan 2
132
Bab 132 : Dragon Hadinata Lim Jīn Lóng
133
Bab 133 : Tradisi satu bulan kelahiran
134
Bab 134 : Kembali ke Jakarta
135
Bab 135 : Aku masih mencintaimu
136
Bab 136 : The end
137
Extra part 1
138
Extra part 2
139
Extra part 3
140
Extra part 4
141
Extra part 5
142
Extra part 6
143
Extra part 7
144
Extra part 8
145
Extra part 9
146
The End
147
Pengumuman
148
My Beloved Bodyguard

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!