Bola mata Frolline membulat, saat melihat siapa yang berjalan mendekati meja mereka. Sosok gagah dan familiar yang selama ini dicurigainya terlibat konspirasi penjebakannya menjadi asisten pribadi Ditya Halim Hadinata.
Sebelumnya dia belum memiliki bukti konkrit tentang keterlibatan Ditya dalam persekongkolan, tetapi melihat kehadiran papanya di tengah acara sarapan pagi yang tidak jelas tujuannya ini, Frolline jadi tahu. Lelaki tampan di hadapannya ini adalah orang licik yang menggunakan segala cara untuk mencari perhatiannya.
“Selamat pagi, maaf papa terlambat,” sapa Gunawan, tersenyum cerah. Secerah mentari pagi yang menyinari ibukota.
Dengan langkah gagah, mendekati sepasang anak manusia yang sedang mencari kejelasan hubungan. Ditya langsung berdiri dengan penuh kesopanan. Sedikit membungkuk,
Matt menggigit bibir supaya tawanya tidak keluar. Rasanya aneh melihat majikannya membungkuk pada Gunawan yang secara status dan kemapanan masih terbilang jauh dibawah Ditya yang putra raja farmasi terbesar di negri ini.
“Silahkan Om.” Ditya mempersilahkan Gunawan menempati kursi kosong di hadapannya. Dia sendiri, memilih duduk di sebelah Frolline.
Ketiganya sudah terlibat perbincangan ringan. Gunawan terlihat lebih mendominasi di antara ketiganya, sembari sesekali menatap putrinya yang duduk bersebelahan dengan Ditya.
“Maafkan papa, Fro,” ucap Gunawan tiba-tiba. Di obrolan santai itu, mendadak Gunawan terlihat serius.
Frolline mengangkat pandangannya, dia baru saja memotong sandwich di piringnya. Belum sempat mencobanya.
“Papa akan jujur, sebenarnya beberapa hari yang lalu Ditya berkunjung ke rumah kita untuk membahas sesuatu.” Gunawan membuka pembicaraan, tersenyum pada lawan bicaranya. Bergantian menatap Frolline dan Ditya.
“Ditya meminta izin padaku untuk mengenalmu lebih jauh. Dia mengaku tertarik padamu dan ingin melanjutkan hubungan ke tahap yang lebih serius,” cerita Gunawan, menatap putrinya.
Ditya pun melakukan hal yang sama. Ikut memandang ke arah yang sama, ke arah gadis manis yang duduk disisinya. Raut keterkejutan terlihat nyata, perlahan berubah menjadi amarah.
“Aku tidak mau. Aku tidak menyukainya,” tolak Frolline dengan tegas.
Gunawan tampak mengepalkan tangan di bawah meja, berusaha menahan amarah dan kekesalan atas ketidaksopanan putrinya. Sedikit berbeda dengan Ditya, lelaki itu terlihat biasa sembari menyeruput kopi favoritnya. Tersenyum melihat kemarahan ayah dan anak yang saling melempar tatapan sinis.
Lelaki tampan itu tidak terganggu sama sekali dengan penolakan Frolline yang diproklamirkan tepat di depan matanya.
“Bos, benar tebakanku. Tidak salah aku memesan stok tolak angin untukmu,” bisik Matt, di telinga Ditya, dengan posisi membungkuk.
“Kalau dia gampang ditaklukan malah aku khawatir, Matt. Berarti dia sama saja dengan gadis yang rela telanjang di hadapanku,” balas Ditya berbisik, berikut sikutan maut mengenai dada Matt.
Tatapan sinis Frolline beralih ke Ditya. “Kamu merencanakan semuanya, termasuk meminta papa berbohong padaku sehingga aku menandatangani kontrak menjadi asisten pribadimu. Kelewatan!” gerutu Frolline.
“Aku tidak tahu menahu Fro, aku hanya menawarkan pekerjaan untukmu melalui papamu. Dan papamu setuju. Aku tidak tahu bagaimana papamu membujukmu sehingga kamu mau datang ke perusahaanku,” jelas Ditya.
“Aku akui, tawaran menjadi asisten pribadi ini untuk mengenalmu lebih dekat. Dan tentunya, aku juga ingin mengenalkanmu pada mamaku di Jerman. Aku bahkan sudah mengantongi izin dari papamu, untuk mendekatimu bahkan membawamu ke Jerman bersamaku.” Ditya menjelaskan.
“Papa tidak berbohong Fro, hanya tidak mengatakan padamu perusahaan itu milik Ditya. Karena papa tahu kalau sampai kamu mengetahuinya, kamu tidak akan mau menerima tawarannya,” jelas Gunawan.
“Aku mau mengundurkan diri!” ucap Frolline penuh amarah. Dia sudah berdiri, siap meninggalkan ruangan itu. Tetapi langkahnya terhenti saat, Gunawan membuka suara kembali.
Ditya tersenyum, menunggu Gunawan yang menjelaskan pada putrinya. Dia tidak mau repot-repot berdebat dengan Frolline yang berujung akan memperburuk hubungan yang bahkan belum dimulai.
“Papa tidak keberatan kamu mengundurkan diri dari pekerjaan, tetapi papa sudah merestui Ditya yang ingin menjalin hubungan serius denganmu,” jelas Gunawan.
“Pa, aku tidak mau. Aku ....”
“Bukannya aku tidak tahu Fro, kamu masih berhubungan dengan suami kakakmu. Tinggalkan Firstan!” pinta Gunawan.
Jujur, Gunawan terpaksa menerima itikad baik Ditya yang ingin serius mengenal Frolline demi menjauhkan putrinya dari rumah tangga kakaknya sendiri. Dia juga tidak ingin Frolline dicap sebagai perusak ruma tangga orang lain. Terlepas alasan cinta atau apalah itu.
Frolline mematung di tempat. Mencerna kata-kata yang dilontarkan papanya.
“Aku permisi, selebihnya aku serahkan padamu,” pamit Gunawan pada Ditya, bergegas pergi dan meninggalkan ruangan.
Frolline masih berdiri di tempat yang sama. Amarahnya sudah di ubun-ubun. Kalau sebelumnya dia masih bisa menutup mata dengan Ditya, sekarang dia merasa harus mengambil tindakan tegas.
“Aku mengundurkan diri!” ucap Frolline, mempertegas keinginannya kembali.
“Aku akan menarik keinginanku mengenalmu. Tetaplah bekerja seperti biasa. Hubungan kita hanya karyawan dan atasan. Tidak lebih. Profesional lah Fro, aku akan melakukan hal yang sama.” Ditya akhirnya berbicara.
Matt memutar otak, dahinya berkerut dengan ucapan majikannya barusan.
“Seperti bukan bos saja. Begitu mudah dia menyerah!” batin Matt.
“Kembalilah ke perusahaan dengan sopir. Aku akan kembali dengan Matt. Mulai bekerjalah, setelah tiga bulan, silahkan mengundurkan diri. Aku tidak akan menahanmu,” perintah Ditya tanpa menunggu jawaban dari Frolline.
“Temui sekretarisku, minta semua jadwalku. Tolong pelajari apa saja yang harus kamu ketahui tentangku sampai sedetailnya. Karena kamu tidak hanya mengurus pekerjaan, tapi mengurusku seperti yang Matt lakukan.”
Ditya berdiri, mengancingkan jasnya dan berlalu melewati Frolline. Gadis itu masih membeku di tempat. Kebingungan sendiri lebih tepatnya, tidak tahu keputusan apa yang harus dibuat.
***
Ditya kembali ke kantor dengan Matt, membiarkan sopirnya, Han yang mengantar Frolline. Dia tidak mau memperkeruh suasanan hati Frolline dengan terlihat memaksa. Berhadapan dengan banyak wanita selama ini, membuatnya menguasai berbagai karakter para wanita.
“Bos, bagaimana semudah itu mengibarkan bendera putih. Seperti bukan keturunan Halim Hadinata saja,” celetuk Matt, masih fokus dengan kemudi.
“Siapa yang mengatakan kalau aku menyerah. Aku hanya mundur untuk menyerang kembali dengan strategi berbeda.”
“Hahahahah! Sudah kuduga!” ujar Matt, tersenyum.
“Kalau sudah menduga, kenapa bertanya? Mengaku saja, otakmu belum sampai kesana!” omel Ditya.
Matt tersenyum, menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Sesekali melirik Ditya dari kaca spion.
“Oh ya Matt, istri keponakanku mengirim pesan tadi pagi. Dia mengundangku ke apartemen barunya akhir pekan ini. Tolong siapkan sesuatu, aku tidak mungkin pergi dengan tangan kosong.” pinta Ditya.
“Oh ya, aku juga akan bersama Frolline bersamaku. Cari alasan supaya gadis itu mau menurut tanpa banyak protes. Atur semua untukku. Kalau aku tidak bisa mendekatinya dengan cara baik-baik, aku akan menggunakan cara lain. Aku akan memporakporandakan hubungan terlarangnya dengan keponakanku.”
“Hah?!” Matt terkejut.
“Cari tahu semua hadiah yang terlihat manis, yang cocok dengan selera Frolline. Aku membutuhkannya untuk menghibur Frolline disaat gadis itu terluka karena dicampakan Firstan.”
“Dia mencoba taktik pahlawan kesiangan,” batin Matt.
“Bos, kalau mau memotong jalan, bisa meniru cara keponakanmu. Dalam hitungan hari, jangankan mengenalnya, Bos bisa membawanya ke pernikahan,” goda Matt, sembari terkekeh.
***
Terima kasih.
Love you all
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
ria aja
hehehe bang Ditya so swet😘😘😘
2023-01-10
1
I Gusti Ayu Widawati
Pinternya Othor bikin ceritera seru kayak gini.
Saya baca ini sdh kedua kalinya lhooo.
Asyiiik dak bosen.....
2022-11-26
0
I Gusti Ayu Widawati
Waduh Ditya emang licik dg kerjasama pak Gunawan ayah Fro.
Horang kaya apapun bisa.
Cocok judulnya :" Crazy Rich Mencari Cinta" Harus gercep takut kedahuluan First....bahaya ini.
2022-11-26
0