Frolline masih saja berkutat dengan kesedihannya, tidak menanggapi ucapan lelaki tampan yang mengoceh sendiri di hadapannya. Sesekali menyeka air mata dengan punggung tangannya.
“Nona, dandananmu yang sempurna akan terlihat berantakan kalau kamu membersihkan air matamu dengan cara seperti itu,” Ditya berkomentar kembali, sembari menyodorkan sapu tangan sutera, yang tersulam inisial namanya.
Frolline menyambar saputangan putih itu dengan tidak berperasaan, menengok ke si pemiliknya pun tidak. Membersihkan cairan kental yang membuat hidungnya buntu karena terlalu banyak mengeluarkan air mata. Melihat bahasa tubuh dan gaya sikapnya, Ditya teringat seseorang.
Gadis si pemilik senyum manis yang menggetarkan hatinya. Namun, perasaannya hancur berkeping-keping, saat mengetahui gadis itu sudah ada pemiliknya. Sampai sekarang, ia belum bisa melupakannya. Melupakan senyuman sekaligus ketololannya. Bagaimana bisa jatuh cinta pada milik orang lain, tepatnya istri orang.
“Nona mau minum?” tawar Ditya lagi, saat melihat pelayan dengan seragam putih mondar-mandir membawa nampan berisi jus di sekitar mereka.
Ditya menghentikan salah satu pelayan dan meraih gelas berkaki berisi jus jeruk.
“Ini, Nona,” sodornya pada Frolline yang sedang membersihkan pinggiran pot semen persegi, bersiap duduk di sana.
“Panggil aku Fro saja,” pinta Fro, meraih gelas yang disodorkan padanya. Ditya tersenyum, apalagi saat melihat Frolline melepas sepatu hak tingginya. Memamerkan jemarinya yang memerah karena terlalu lama dikungkung sepatu putih keemasan yang berujung lancip.
“Yang menikah itu kakakmu?” tanya Ditya, mencoba membuka pembicaraan. Terlihat ia mengedarkan pandangan ke sekeliling. Dekorasi taman malam ini terlihat mewah, dengan banyak lampu sorot dengan standing flower bernuansa rose gold memenuhi sepertiga taman.
Pertanyaan Ditya tidak mendapatkan jawaban, sebagai gantinya Frolline kembali menitikkan air matanya. Seperti tidak pernah habis saja air matanya. Sebentar-sebentar menetes keluar.
“First menyakitimu? Setelah acara ini berakhir, aku akan menghukumnya untukmu,” ucap Ditya tiba-tiba. Menggunakan cara lain untuk mendekati si gadis manis yang mengalihkan dunianya pada pandangan pertama.
Frolline mengangkat pandangan, untuk pertama kali ia menatap wajah tampan lawan bicaranya. Lelaki yang menarik, itu kesan pertamanya. Sedikit tua untuknya yang menyukai daun muda seperti di iklan teh pucuk. Mungkin lelaki ini seumur idolanya, abang Lee Min Ho yang tampan dan rupawan dari sisi mana pun melihatnya. Dari nol sampai sepuluh, Frolline akan memberinya angka delapan.
“I’m Ditya HALIM HADINATA,” ulang Ditya kembali, sengaja menegaskan kata Halim, supaya Frolline bisa menduga dengan siapa dia bicara saat ini.
Anak nakal yang berdiri di samping mama dan papamu itu, keponakanku. Firstan Samudra itu putra kakakku, Marisa Halim Hadinata,” jelas Ditya. Berharap, Frolline mau sedikit membuka diri padanya, setelah mengenal identitasnya.
Mendengar nama Firstan, Frolline kembali terguncang. Tangisnya semakin menjadi, bahkan bagian bawah matanya menghitam karena eyeliner yang luntur.
“Bagaimana kalau kita kabur dari sini?” tawar Ditya, setelah membaca situasi di pesta hanya akan membuat gadis itu semakin tertekan.
Kali ini Frolline tertegun, sesekali menatap lekat pada wajah tampan lelaki asing yang baru di kenalnya. Lelaki apa ini yang berani menawarinya kabur di perkenalan pertama. Itu yang ada di otak Frolline saat mendengarnya. Sedikit bergidik ngeri, jangan-jangan penampilan mahalnya ini buah dari menjajakan organ manusia.
“Well, kamu tentu khawatir aku akan menculikmu. Kita baru berkenalan bukan, bahkan belum ada setengah jam,” ucap Ditya.
Tanpa sengaja Frolline mengangguk. Ditya tersenyum kembali.
"Dia seperti kloningan Kailla Riadi Dirgantara."
Gadis cantik tepatnya wanita cantik istri tetangga rumahnya. Banyak hal gila dilakukannya setahun yang lalu, termasuk menjadi penguntit sampai membeli rumah di kawasan yang sama demi menjaga seorang Kailla. Ia benar-benar gila, kalau orang lain menjaga jodoh orang, ia menjaga istri orang.
“Ikut denganku. Aku akan menunjukkan padamu, kalau aku benar-benar orang yang bisa dipercaya,” lanjut Ditya, meminta Frolline mengikuti langkahnya.
Frolline menurut, saat ini ia tidak bisa melakukan apapun. Biar saja ia mengikuti apa yang ingin dilakukan si orang asing yang terlihat sok akrab dan sok kenal.
Ditya melangkah naik ke atas pelaminan sembari menebar pesonanya. Saat sang kakak melihat kehadirannya, langsung memeluknya erat.
“Ditya, kamu datang,” pekik Marisa di tengah hiruk-pikuknya pesta. Dengan kebaya modern yang menjuntai, Marisa maju dan menarik adiknya sekaligus mengenalkannya pada anak dan suaminya, termasuk pada keluarga baru mereka.
“Sayang, masih ingat adikku Ditya. Dia sudah setampan ini,” ucap Marisa pada suaminya. Terjadilah pelukan antara Ditya dan sang kakak ipar. Marisa mengenalkan Ditya pada besan mereka, keluarga Gunawan. Juga pada putra dan menantunya.
Pertemuan pertama setelah terpisah selama 27 tahun. Tentu, suaminya sudah tidak mengenali, bahkan putranya saja tidak pernah tahu akan sosok Om tampannya.
Pertemuan singkat itu sempat membuat antrean para tamu yang ingin menyalami pengantin mengular. Ditya tersenyum, mengedipkan mata pada Frolline yang menunggunya di bawah pelaminan.
“Sudah yakin kalau aku orang baik-baik?” tanya Ditya, ketika sudah berdiri di samping Frolline.
Frolline bukannya menjawab, malah menatap lekat dengan pandangan sedih pada sepasang pengantin yang berjabat tangan dengan para tamu. Air matanya kembali menetes. Apalagi saat tanpa sengaja bertemu tatap dengan Firstan, sang pengantin pria yang tampak tampan dengan balutan jas hitamnya.
First, tertegun dengan raut sedih yang hampir sama. Melihat air mata Frolline, dunianya juga hancur. Kalau bisa, ia juga akan menangis seperti kekasihnya di bawah sana. Frolline kekasihnya sejak lima tahun terakhir. Bahkan di saat ia mengucap janji suci dengan Angella, Frolline masih berstatus kekasihnya. Tidak ada kata putus, hanya ada kata “tunggu aku”.
“Ikut denganku sekarang!” ajak Ditya, memutuskan adegan menyedihkan yang membuat hatinya tersentuh.
“Kita mau ke mana?” tanya Frolline saat tangan kekar Ditya membawanya keluar ballroom, menuju ke lift. Sesekali ia menyeka kasar air mata yang turun dari matanya yang mulai membengkak.
“Kita akan mencari senyumanmu yang hilang,” sahutnya santai.
“Jalannya pelan-pelan, gaunku ini panjang,” keluh Frolline saat berulang kali ujung gaunnya terinjak hak sepatu tingginya.
“Lepaskan saja sepatumu, aku kasihan dengan kaki indahmu,” ujar Ditya.
Frolline menurut, melepaskan sepatu itu dan menentengnya di tangan. Saat keluar dari lift menuju lobi, matanya tertuju pada foto kanvas berukuran raksasa. Di mana kekasih dan kakaknya terlihat tampan dan cantik dalam balutan busana pengantin.
Tidak jauh dari foto kanvas raksasa itu, tampak sebuah meja didekorasi dengan bunga-bunga dan album foto pernikahan mempelihatkan kembali kemesraan Firstan dengan sang kakak.
Langkah kakinya terhenti. Menyentuh foto-foto yang menunjukan betapa bahagia sepasang pengantin.
“Harusnya aku yang di sana,” ucapnya lirih, kembali menangis.
“Harusnya hari ini adalah hari pernikahanku,” ucapnya lagi. Menatap deretan papan bunga yang berbaris rapi. Ya, di hari bahagianya, ia harus puas hanya dengan namanya yang memenuhi papan bunga sepanjang halaman hotel sampai ke lobi saja, selebihnya kebahagiaaan itu milik kakaknya, Angella.
Tubuhnya melorot. Ketegaran yang dijaganya sejak masuk ke ballroom runtuh saat ini juga. Duduk di lantai sembari memeluk lututnya, kembali ia menumpahkan tangisnya. Dengan kepala tertelungkup di lutut, menyembunyikan wajah menyedihkannya.
Ditya tertegun. Tidak bisa berkata-kata. Tampak ia menarik celananya, ikut berlutut di depan Frolline. Mengambil alih sepasang sepatu yang masih tergenggam erat di tangan si pemiliknya.
Terlihat dari arah pintu masuk, dua orang laki-laki mengenakan setelan jas hitam berjalan menghampiri Ditya.
“Tuan muda,” sapa keduanya hampir bersamaan.
“Di mana Matt?” tanya Ditya, mengedarkan pandangannya. Mencari keberadaan asistennya, sembari menyodorkan sepatu milik Frolline pada bodyguard.
“Matt menunggu di mobil,” sahut salah satunya.
“Minta Han, membawa mobil ke lobi. Aku akan pergi ke suatu tempat!” perintahnya sebelum mengalihkan kembali tatapannya pada tubuh mungil yang bergetar hebat di hadapannya.
***
To be continued
Love you all.
Terima kasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
Sri Wulandari
meleleh liat visual nya kak...
2022-11-16
1
Nur Lizza
semangat flo
2022-11-07
0
Ima Ashahri
aduuh kok gk rela banget sh thor klo firts nikah sama angel kasihan fro 😭😭😭
2022-08-28
0