“Selamat bergabung Fro”
Ditya mengalihkan pandangannya dari laptop yang menyala di depannya. Memandang penuh kagum pada gadis cantik dengan setelan kerja. Tidak biasanya Frolline berpenampilan seperti ini. Semakin cantik dan semakin memikatnya.
“Duduk Fro,” pinta Ditya. Gadis di depannya hanya diam seribu bahasa. Seperti kehilangan roh, yang tertinggal raganya saja disana.
“Maaf, aku sepertinya salah. Aku permisi dulu.” Frolline berbalik badan, mencari pintu keluar. Saat ini dia ingin meminta pertanggungjawaban sang papa. Ada rencana licik apa yang tidak diketahuinya antara papanya dan Ditya. Ada tujuan apa dibalik drama ini.
Ditya terbahak. Segera menutup layar laptop di depannya. “Fro, kamu tidak salah. Bukankah kemarin kamu sudah menandatangani kontrak kerja dengan perusahaanku. Kamu lupa?” Ditya mengingatkan.
Jemarinya menari dan mengetuk meja kerjanya berirama, sembari mengulum senyuman di kala Frolline berbalik arah, menatapnya kembali.
“Duduk, Fro,” pintanya kembali. Frolline menurut, menarik kursi dan duduk dengan elegannya.
Ditya menyodorkan sebuah berkas yang tadi sudah disiapkan sekretarisnya. Di dalam sana ada jadwal pekerjaan Ditya selama dua minggu ke depan.
Bola mata indah milik Frolline membulat setelah membaca isi berkas yang disodorkan padanya. Beralih menatap Ditya.
“Apa maksudnya ini?” tanya Frolline, sedikit keras lebih tepatnya kesal.
“Itu jadwal pekerjaanku selama dua minggu ke depan. Jadwal rapat di kantor maupun di luar kantor. Termasuk jadwal perjalananku,” jelas Ditya.
“Aku mengundurkan diri,” ucap Frolline, menyodorkan kembali berkas kepada pemiliknya.
“Come on, Fro. Masalahmu dimana? Keberatanmu dimana?” tanya Ditya berusaha menahan dengan menggengam paksa tangan Frolline. Sengaja mencuri kesempatan pada saat Frolline menyerahkan berkas padanya.
“Kamu menipuku. Aku tidak suka itu,” sahut Frolline, dengan tegas, menarik kasar tangannya. Tidak rela disentuh Ditya.
“What? Aku menipumu dimana, Fro?” tanya Ditya heran. Bingung dengan pernyataan yang dilontarkan gadis manis di hadapannya.
“Kenapa mengajak papa ikutan menipuku?” tanya Frolline, mencecar Ditya.
Ditya menggeleng, pertanda dia tidak paham sama sekali dengan maksud gadisnya.
“Papa tidak mengatakan padaku, kalau perusahaan ini milikmu,” gerutu Frolline.
“Kalau itu aku tidak tahu menahu, Fro. Aku tidak meminta papamu berbohong,” jelas Ditya.
“Kamu sudah menandatangani kontrak selama tiga bulan. Kalau mau mengundurkan diri sebaiknya tunjukan keprofesionalanmu,” lanjut Ditya lagi.
Frolline memandang lelaki di hadapannya dengan tatapan tidak percaya.
“Come on, Fro. Hanya tiga bulan. Itu sebentar,” celetuk Ditya.
Lelaki tampan itu sudah membuka kembali laptopnya, menganggap pembicaraan mereka selesai sampai disini. Tidak ada pembahasan lebih lanjut. Frolline tetap asisten pribadi. Dengan begini, dia berharap Frolline bisa belajar beradaptasi dengan kehidupannya yang tidak mudah.
Selain itu, Frolline akan selalu berada disisinya, bahkan di saat tidak kerja pun dia berhak memboyong serta gadis ini bersamanya. Beruntung sekali dia membuat kontrak kerja dengan macam-macam pekerjaan dituangkan di dalamnya. Sehingga Frolline hanya bisa menurut dalam keterpaksaan.
“Ruanganku dimana?” tanya Frolline tiba-tiba, menatap lelaki yang membuang pandangannya ke jendela, tertegun menatap langit Jakarta yang biru cerah pagi itu.
“Di sini!” sahut Ditya dengan santainya, mengalihkan pandangannya sembari tersenyum.
“Kamu asisten pribadiku, Fro. Tempatmu ada di sebelahku. Aku tidak keberatan berbagi ruangan denganmu,” lanjut Ditya.
Dengan kesal yang masih membuncah di dada, Frolline mengambil kembali berkas dari tangan Ditya. Mencoba mempelajari ulang jadwal kerja lelaki yang sejak hari ini resmi menjadi atasannya.
Di lembar pertama, dia masih bisa bersikap tenang. Namun saat helaian kertas itu berpindah di halaman selanjutnya, kembali Fro dikejutkan dengan hal yang aneh dan terkesan tidak masuk akal.
Baru saja, Ditya mengajak mengunjungi mamanya ke Jerman, bahkan dia belum menjawabnya. Belum menyetujuinya. Namun, di jadwal kerja atasannya itu, sudah tertulis jelas kalau Ditya akan melakukan perjalanan ke Jerman sepuluh hari ke depan. Dan itu artinya, dia akan ikut bersama Ditya.
“Ini apa maksudnya?” tanya Frolline dengan polosnya. Menyodorkan kertas dan menunjuk poin yang dimaksud dengan telunjuknya.
Lagi-lagi senyum di bibir Ditya terkembang, layaknya layar kapal yang siap berlayar mengarungi samudra yang luas. Dengan kesabaran yang tidak terbatas, dia menjelaskan pada gadis manis dan imut di depannya.
“Kita akan ke Jerman,” sahutnya singkat. Sengaja menatap dengan seksama. Menunggu perubahan raut Frolline dari serius ke cemberut dan mengeluarjan semprotan pedas untuknya. Seperti biasa wajah manis vanila selalu untuk Firstan dan pedas mint untuknya. Memang saat ini hati Frolline belum diciptakan Tuhan untukknya, tetapi dia akan memperjuangkan raga Frolline tetap disisinya kemudian baru memperjuangkan untuk memiliki hatinya.
“Pulang ini aku akan membuat perhitungan dengan papa. Beraninya dia menjebakku masuk ke perangkap Ditya,” batinnya.
Frolline menatap atasannya dengan penuh kesal, sesekali mendengus, membuang nafas dengan kasar tepat di depan wajah Ditya.
“Ikut aku Fro,” ucap Ditya. Lelaki itu sudah berdiri, mengancingkan jasnya. Berjalan keluar dari ruangan.
“Kita mau kemana Pak?” tanya Frolline, sedikit berlari kecil, menyusul Ditya yang berjalan lebih dulu.
“Aku ada rapat di luar pagi ini. Tidak tercantum di jadwal, karena mendadak,” sahutnya singkat.
Melewati meja sekretarisnya, Ditya masih berpesan untuk mengatur ulang jadwalnya, karena dia kan keluar sampai jam makan siang.
Kembali Frolline melotot, ini tidak ada di lembaran kertas yang tadi dipelajarinya.
“Ayo Fro, jangan melamun,” ucap Ditya, meraih tangan Frolline agar gadis itu masuk ke dalam lift bersamanya.
“Kita mau kemana Pak?” tanya Frolline masih saja penasaran.
“Jangan banyak bertanya, ikuti saja. Aku ada pekerjaan di luar pagi ini.” Ditya menjawab singkat.
Drama berlanjut saat Frolline menolak semobil dengan atasannya. Memilih membawa mobilnya sendiri. Entah kenapa semakin melihat Ditya, dia semakin kesal. Penipuan berencana yang dilakukannya dengan sang papa membuatnya ingin menjauh saja.
“Ayolah Fro, aku tidak punya banyak waktu,” ucap Ditya, meraih kacamata hitam dari kantong dan mengenakannya. Dengan satu hentakan saja, Ditya berhasil menarik masuk asisten pribadinya yang terus saja membantah perintahnya.
Matt dan Han, sopir Ditya yang sejak tadi sudah menunggu di mobil hanya mengulum senyuman. Dari kemarin merek sudah diberitahu majikannya perihal Frolline yang akan mengikuti semua aktivitasnya selama tiga bulan ke depan.
“Bos memang licik, menggunakan cara pendekatan yang tidak biasa,” batin Matt, melirik kursi belakang dari kaca spion.
***
Keduanya sudah masuk ke sebuah restoran mewah dengan status bintang lima mengikuti Matt yang berjalan lebih dulu. Restoran yang selama ini hanya bisa Frolline lihat dari televisi ataupun media online. Bagaimana tidak, selain harga menu disini selangit, yang biasanya makan disini adalah kaum jetset berkantong tebal yang tidak memikirkan berapa pun harga yang disodorkan.
Mata Frolline kembali dipaksa membuka lebar saat masuk ke sebuah ruangan tertutup di dalam restoran, ada satu set meja bundar dengan berbagai hidangan mewah sudah memanjakan matanya, terhidang semeja penuh siap disantap
“Duduk Fro, nikmati sarapanmu. Bukankah kamu hanya mengisi perutmu dengan segelas susu,” perintah Ditya, menarik mundur kursi kayu dan mempersilahkan gadis itu duduk.
“Terimakasih,” ucap Frolline, tidak membantah meskipun heran dengan ucapan Ditya yang tahu segala hal termasuk mengetahui pagi ini dia hanya sarapan dengan segelas susu. Hidangan di depan terlalu menggodanya.
“Kamu bisa menghabiskan semuanya. Aku memesannya untukmu. Tidak ada rapat dengan siapapun sampai jam makan siang. Aku hanya ingin menghabiskan waktu dengan mengenal asisten pribadiku lebih jauh,” ucap Ditya berbisik pelan di telinga Frolline. Lelaki itu masih berdiri dibelakang Frolline sembari menarik kain lap putih dan membentangkannya di pangkuan Frolline.
Ditya baru saja duduk di sebelah Frolline, ketika seseorang masuk ke dalam ikut bergabung dengan mereka.
“Maaf, aku terlambat.” Suara maskulin yang terdengar familiar memaksa Frolline berbalik, memastikan siapa yang akan bergabung dengan mereka.
Bola mata Frolline membulat, saat melihat siapa yang berjalan mendekati meja mereka.
“......
T b c
Love You all
Bantu like dan komen ya. Ini penting untuk kelancaran novel ini ke depannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
Nur Lizza
pak gunawan ikut bergaung jg
2022-11-08
1
Henny Kesumawati
next
2022-08-01
0
Sunarty Narty
aduh Ditya untung licik nya g d PK untuk jd pebinor,msh waras Dy.
2021-12-04
0