“Fro, ini untukmu.”
Ditya menyerahkan sebuah buket bunga. “Maaf, aku ke tidak sempat membeli sesuatu untukmu sewaktu di Jerman,” lanjutnya lagi.
“Tidak apa-apa. Ini juga cantik,” ucap Frolline masih mendekap hadiah rangkaian bunga itu di dadanya. Melihat pemandangan itu, jantung Ditya hampir copot. Gadisnya terlihat cantik dan sederhana. Kecantikan yang berbeda dibanding dengan wanita-wanita yang mengelilinginya selama ini.
Dari arah dalam, muncul mama Frolline membawa nampan berisi kopi panas dan cemilan. Meletakannya di atas meja dan mempersilahkan kepada tamu mereka.
“Silahkan,” ucapnya sopan. Beralih menatap putrinya.
Plakkk! Pukulan mendarat di lengan Frolline.
“Kamu dari mana saja?” gerutu mama Frolline.
“Kenapa pulang selarut ini!” omelnya lagi. Kesal dengan putrinya yang sudah berulang kali diingatkan untuk tidak pulang sore, malah Frolline pulang hampir petang.
“Aku jalan-jalan, makan, mencari buku,” sahut Frolline. Menyebutkan satu per satu apa saja yang dilakukannya seharian ini.
“First, kapan kamu datang?” tanyanya lagi. Beralih menatap ke arah menantunya yang berdiri berdekatan dengan putrinya.
“Baru saja, Ma.”
“Angell tidak ikut?” tanya Mama Frolline, celingak celinguk mencari keberadaan putri sulungnya.
“Tidak Ma, aku dari kantor langsung ke sini,” jelas Firstan.
Pandangannya tertuju pada Frolline. Sedetik pun tidak beralih dari kecantikan wajah kekasihnya yang semakin imut dengan setelan casualnya.
Mama Frolline terlihat berpikir. Sudah lama mereka tidak berkumpul dan menikmati makan malam bersama. Mungkin sebaiknya dia menyiapkan makan malam dan meminta Angella menyusul ke sini.
“First, minta Angell kemari. Mama akan menyiapkan makan malam. Sudah lama kita tidak berkumpul. Mumpung semuanya sudah disini,” pinta Mama Frolline.
Ditya yang ikut mendengar, langsung berdiri. “Maaf, saya pamit dulu,” ucapnya sopan. Cukuo sadar diri dengan situasi saat ini. Keluarga ini akan makan malam, rasanya tidak pantas dia mengganggu acara keluarga dengan statusnya yang hanya orang luar.
Gunawan yang sejak tadi memperhatikan gerak gerik tamunya, segera menahan. Dia bukanlah orang bodoh. Sejak pertama melihat Ditya yang mengakui telah membawa putrinya keluar selama pesta pernikahan Angella dan Firstan, lelaki tua itu sudah yakin ada sesuatu yang sedang diperjuangkan Ditya.
Meskipun dia tidak melihat interaksi keduanya, tapi sikap canggung Ditya cukup menjawab segalanya. Semuanya diperkuat dengan kedatangan Ditya yang tiba-tiba berkunjung di rumahnya. Tanpa tujuan, hanya sekedar mengobrol dengannya yang bukan siapa-siapa.
Dia sudah pernah mendengar berita tentang Ditya yang seorang putra konglomerat ternama di negri ini. Siapa yang tidak mengenal sepak terjang keluarga Halim Hadinata. Melihat kegigihan Ditya yang terus mendekat padanya, dia sudah bisa menebak kalau ada udang di balik batu.
Ditambah pandangan Ditya pada Frolline itu bukanlah pandangan biasa. Ada berjuta makna tersirat disana. Meski Ditya tidak pernah secara terbuka mendekati putrinya. Terlihat hanya sekedar dan basa basi saja.
“Kenapa buru-buru sekali, Ditya. Ikut makan malam saja. Lagipula ada Firstan juga disini,” ucapnya.
“Tidak apa-apa, Om.” jawab Ditya.
“Bergabung saja dengan kami. Kamu bukan orang lain juga,” pinta Gunawan, tidak memberi kesempatan pada Ditya untuk menolak lagi.
Ditya akhirnya mengangguk. Mau tidak mau harus menerima undangan makan malam dadakan, setelah tidak memiliki alasan menolak. Bukan hanya itu saja, melihat sorot mata Gunawan, sepertinya ada kesungguhan dari permintaan lelaki itu, bukan hanya di bibir saja.
“Fro, temani Ditya jalan-jalan ke taman belakang,” pinta Gunawan, setelah kesal melihat menantunya yang sejak tadi mendekati putri bungsunya.
Bukannya dia tidak tahu, selama ini diam-diam keduanya masih menjalin hubungan. Sebisa mungkin dia harus membuat keduanya berpisah. Walau bagaimanapun, Firstan berstatus suami Angella, terlepas cinta ataupun tidak.
Tidak ada alasan untuk Firstan dan Frolline bermain api di belakang pernikahan yang sudah disahkan di hadapan Tuhan dan hukum negara.
Firstan yang sedari tadi mencari kesempatan untuk berbincang dengan Frolline terpaksa mengalah. Ayah mertuanya meminta gadis yang masih berstatus kekasihnya itu untuk menemani tamu mereka.
“Ditya, Om tinggal dulu,” pamit Gunawan. Menenteng masuk kotak kayu berisi anggur yang dikemas di dalam botol kaca.
“Ditya, terimakasih untuk bingkisanmu,” ucapnya lagi. Meninggalkan ketiganya, Ditya, Firstan dan Frolline dalam keheningan.
Ditya tersenyum penuh kemenangan saat melihat ekspresi kekalahan yang ditujukan Firstan. Keponakannya itu tidak berkutik setelah papa mertuanya mematahkan semua perjuangannya sore ini.
***
Frolline masih memeluk rangkaian bunga yang dihadiahkan Ditya untuknya. Sesekali tersenyum memandang rumput hijau di taman belakang.
“Kapan kamu kembali dari Jerman?” tanya Frolline. Berusaha mencari topik pembicaraan, menghilangkan kecanggungan yang tercipta.
“Baru saja aku turun dari pesawat. Belum sempat pulang ke rumah,” sahut Ditya, berdiri di samping Frolline, memandang ke arah yang sama.
“Kamu dari mana saja?” tanya Ditya memasukan tangannya ke kantong celana.
Padahal dia sudah tahu gadisnya pergi kemana. Orang suruhannya selalu melaporkan setiap pergerakan Frolline, tidak ada yang terlewatkan. Mereka adalah orang-orang yang profesional.
“Aku menikmati hariku,” sahut Frolline dengan jawaban mengambang.
“By the way, ada urusan apa dengan papaku?” tanya Frolline tiba-tiba. Gadis polos itu tidak bisa membaca sorot mata Ditya yang selalu ditujukan padanya. Perhatian dan segala bentuk perlakuan Ditya padanya, tidak dianggap sama sekali.
Ditya tersenyum, sebelum menjawab. “Tidak ada. Hanya ingin berkunjung dan mengenal lebih dekat keluargamu saja.”
Terlihat Ditya menendang pelan rumput di bawahnya. Sesekali melirik ke samping, memandang Frolline yang sedang menatap lurus ke depan.
“Bahkan dia tidak memandangku sama sekali. Jarang terjadi, seorang Ditya tidak menjadi pusat perhatian. Hanya gadis ini saja, yang tidak memandang padaku,” batinnya.
“Fro ....”
“Hmmm ....”
“Apa pendapatmu tentangku?” tanya Ditya.
“Hah?!” Frolline bingung. Tidak mengerti tujuan dari Ditya bertanya.
“Aku ... Frolline belum sempat menjawab, mamanya sudah memanggil mereka masuk untuk menikmati makan malam.
“Ayo, mamaku sepertinya sudah selesai menyiapkan makan malam,” ajak Frolline.
Gadis itu sudah bergegas masuk ke dalam rumah, saat Ditya menahan tangannya.
“Fro, ada yang mau aku bicarakan,” ucapnya.
“Ada apa?” Frolline heran.
“Emmm ... Fro, aku harus kembali ke Jerman dua minggu lagi. Kamu mau ikut denganku?” tanya Ditya.
Sebenarnya ragu, tetapi dia ingin mengenalkan Frolline pada mamanya. Dia sudah tidak muda lagi, serius ingin menikah dan berumah tangga. Bukan hanya menghabiskan waktu dengan pacaran dan bersenang-senang.
Frolline membeku di tempat. Memandang Ditya yang sedang berdiri tepat di hadapannya. Pertanyaan yang begitu tiba-tiba. Dan rasanya aneh, mengingat pertemuan mereka tidak lebih dari tiga kali, tetapi lelaki ini mengajaknya ke luar negri. Entah apa maksud dan tujuan Ditya.
“Memang kenapa?” tanya Frolline.
“Mamaku tinggal di Jerman. Kesehatannya menurun akhir-akhir ini. Dua minggu lagi aku akan mengunjunginya. Kamu mau ikut denganku?” tanya Ditya, serius.
Lama Frolline terdiam, tidak bisa menjawab. Pertanyaan yang begitu mendadak. Baru kali ini, ada seorang lelaki yang tanpa pendekatan terlebih dulu, langsung mengajak bertemu orang tuanya. Padahal mereka saja tidak saling mengenal. Hanya sebatas bertegur sapa. Bahkan nomor ponselnya pun, Frolline tidak menyimpannya.
“Untuk apa?” tanya Frolline dengan wajah datar.
“Aku mau mengenalkanmu pada mamaku. Kalau kamu setuju, aku akan berbicara langsung dan meminta izin pada kedua orang tuamu,” jelas Ditya, dengan penuh keyakinan.
Frolline tertawa. Jujur, dia bingung harus menjawab apa. Apa maksud lelaki aneh di depannya ini.
”Kita tidak saling mengenal, untuk apa aku bertemu dengan mamamu?” ucap Frolline.
“Karena aku serius ingin mengenalmu lebih jauh, makanya aku mau kamu juga mengenalku dan keluargaku,” jelas Ditya. Menembak langsung ke sasaran.
“Ayo kita masuk. Papaku sudah menunggumu,” ajak Frolline, menolak menjawab. Bergegas masuk ke dalam, meninggalkan Ditya.
***
Acara makan malam sederhana itu berlangsung santai. Ditya yang hanya orang luar, terlihat canggung dan lebih banyak diam. Beberapa kali, dia tertangkap basah Gunawan sedang menatap putri bungsunya.
Setelah makan malam dan berbincang sebentar, Ditya berpamitan. Sampai sejauh ini rasaya aneh makan malam bersama keluarga Frolline, tetapi dia bukan siapa-siapa. Hanya orang luar yang kebetulan dan tanpa sengaja diundang makan malam bersama.
Tampak Ditya berjalan menuju mobilnya setelah berpamitan dan mengucapkan terimakasih kepada tuan rumah. Matt yang sudah tertidur beberapa kali di dalam mobil segera keluar begitu mendengar pintu mobil terbuka.
Frolline yang diperintahkan papanya, terlihat mengekor di belakang, mengantar tamu mereka sampai ke depan rumah.
Terlihat Matt menyerahkan sebuah shopping bag berukuran mini kepada majikannya.
“Ini Bos!”
Ditya mengambil alih dari tangan Matt dan menyerahkannya kepada Frolline sembari tersenyum.
“Fro, ini untukmu,” sodor Ditya.
“Apa ini?” Frolline mengintip isi di dalam shopping bag dan terkejut. Melihat kotak dan fotonya, dia yakin isinya adalah sebuah ponsel merek ternama, seri terbaru seharga puluhan juta rupiah.
“Untuk apa memberiku ponsel mahal ini. Aku sudah punya ponsel sendiri,” lanjut Frolline.
“Supaya aku bisa menghubungimu. Selama ini aku tidak memiliki nomor ponselmu,” sahut Ditya.
“Oh ya, aku juga sudah mengisi nomor ponselku di dalam kontaknya. Kamu bisa menghubungiku setiap saat. Itu nomor pribadiku. Hanya kamu dan anggota keluargaku yang mengetahuinya,” jelas Ditya, tersenyum.
Sebelum melangkah masuk ke dalam mobil, kembali menatap Frolline. Gadis itu tertegun. Tidak tersenyum sama sekali. Ditya mengerti, bagi Frolline mungkin terasa begitu mendadak dan cepat.
“Selamat malam Fro, terimakasih untuk hari ini. Aku menunggu kabar baik darimu.”
***
Terima kasih.
Love You All
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
ria aja
mantap.keren
2023-01-06
1
Nur Lizza
byk kemajuan y om dit
2022-11-07
0
Nurmalina Gn
tepat sekali papa.....
2022-09-17
0