Bab 11 : Kamu mau ikut denganku?

“Fro, ini untukmu.”

Ditya menyerahkan sebuah buket bunga. “Maaf, aku ke tidak sempat membeli sesuatu untukmu sewaktu di Jerman,” lanjutnya lagi.

“Tidak apa-apa. Ini juga cantik,” ucap Frolline masih mendekap hadiah rangkaian bunga itu di dadanya. Melihat pemandangan itu, jantung Ditya hampir copot. Gadisnya terlihat cantik dan sederhana. Kecantikan yang berbeda dibanding dengan wanita-wanita yang mengelilinginya selama ini.

Dari arah dalam, muncul mama Frolline membawa nampan berisi kopi panas dan cemilan. Meletakannya di atas meja dan mempersilahkan kepada tamu mereka.

“Silahkan,” ucapnya sopan. Beralih menatap putrinya.

Plakkk! Pukulan mendarat di lengan Frolline.

“Kamu dari mana saja?” gerutu mama Frolline.

“Kenapa pulang selarut ini!” omelnya lagi. Kesal dengan putrinya yang sudah berulang kali diingatkan untuk tidak pulang sore, malah Frolline pulang hampir petang.

“Aku jalan-jalan, makan, mencari buku,” sahut Frolline. Menyebutkan satu per satu apa saja yang dilakukannya seharian ini.

“First, kapan kamu datang?” tanyanya lagi. Beralih menatap ke arah menantunya yang berdiri berdekatan dengan putrinya.

“Baru saja, Ma.”

“Angell tidak ikut?” tanya Mama Frolline, celingak celinguk mencari keberadaan putri sulungnya.

“Tidak Ma, aku dari kantor langsung ke sini,” jelas Firstan.

Pandangannya tertuju pada Frolline. Sedetik pun tidak beralih dari kecantikan wajah kekasihnya yang semakin imut dengan setelan casualnya.

Mama Frolline terlihat berpikir. Sudah lama mereka tidak berkumpul dan menikmati makan malam bersama. Mungkin sebaiknya dia menyiapkan makan malam dan meminta Angella menyusul ke sini.

“First, minta Angell kemari. Mama akan menyiapkan makan malam. Sudah lama kita tidak berkumpul. Mumpung semuanya sudah disini,” pinta Mama Frolline.

Ditya yang ikut mendengar, langsung berdiri. “Maaf, saya pamit dulu,” ucapnya sopan. Cukuo sadar diri dengan situasi saat ini. Keluarga ini akan makan malam, rasanya tidak pantas dia mengganggu acara keluarga dengan statusnya yang hanya orang luar.

Gunawan yang sejak tadi memperhatikan gerak gerik tamunya, segera menahan. Dia bukanlah orang bodoh. Sejak pertama melihat Ditya yang mengakui telah membawa putrinya keluar selama pesta pernikahan Angella dan Firstan, lelaki tua itu sudah yakin ada sesuatu yang sedang diperjuangkan Ditya.

Meskipun dia tidak melihat interaksi keduanya, tapi sikap canggung Ditya cukup menjawab segalanya. Semuanya diperkuat dengan kedatangan Ditya yang tiba-tiba berkunjung di rumahnya. Tanpa tujuan, hanya sekedar mengobrol dengannya yang bukan siapa-siapa.

Dia sudah pernah mendengar berita tentang Ditya yang seorang putra konglomerat ternama di negri ini. Siapa yang tidak mengenal sepak terjang keluarga Halim Hadinata. Melihat kegigihan Ditya yang terus mendekat padanya, dia sudah bisa menebak kalau ada udang di balik batu.

Ditambah pandangan Ditya pada Frolline itu bukanlah pandangan biasa. Ada berjuta makna tersirat disana. Meski Ditya tidak pernah secara terbuka mendekati putrinya. Terlihat hanya sekedar dan basa basi saja.

“Kenapa buru-buru sekali, Ditya. Ikut makan malam saja. Lagipula ada Firstan juga disini,” ucapnya.

“Tidak apa-apa, Om.” jawab Ditya.

“Bergabung saja dengan kami. Kamu bukan orang lain juga,” pinta Gunawan, tidak memberi kesempatan pada Ditya untuk menolak lagi.

Ditya akhirnya mengangguk. Mau tidak mau harus menerima undangan makan malam dadakan, setelah tidak memiliki alasan menolak. Bukan hanya itu saja, melihat sorot mata Gunawan, sepertinya ada kesungguhan dari permintaan lelaki itu, bukan hanya di bibir saja.

“Fro, temani Ditya jalan-jalan ke taman belakang,” pinta Gunawan, setelah kesal melihat menantunya yang sejak tadi mendekati putri bungsunya.

Bukannya dia tidak tahu, selama ini diam-diam keduanya masih menjalin hubungan. Sebisa mungkin dia harus membuat keduanya berpisah. Walau bagaimanapun, Firstan berstatus suami Angella, terlepas cinta ataupun tidak.

Tidak ada alasan untuk Firstan dan Frolline bermain api di belakang pernikahan yang sudah disahkan di hadapan Tuhan dan hukum negara.

Firstan yang sedari tadi mencari kesempatan untuk berbincang dengan Frolline terpaksa mengalah. Ayah mertuanya meminta gadis yang masih berstatus kekasihnya itu untuk menemani tamu mereka.

“Ditya, Om tinggal dulu,” pamit Gunawan. Menenteng masuk kotak kayu berisi anggur yang dikemas di dalam botol kaca.

“Ditya, terimakasih untuk bingkisanmu,” ucapnya lagi. Meninggalkan ketiganya, Ditya, Firstan dan Frolline dalam keheningan.

Ditya tersenyum penuh kemenangan saat melihat ekspresi kekalahan yang ditujukan Firstan. Keponakannya itu tidak berkutik setelah papa mertuanya mematahkan semua perjuangannya sore ini.

***

Frolline masih memeluk rangkaian bunga yang dihadiahkan Ditya untuknya. Sesekali tersenyum memandang rumput hijau di taman belakang.

“Kapan kamu kembali dari Jerman?” tanya Frolline. Berusaha mencari topik pembicaraan, menghilangkan kecanggungan yang tercipta.

“Baru saja aku turun dari pesawat. Belum sempat pulang ke rumah,” sahut Ditya, berdiri di samping Frolline, memandang ke arah yang sama.

“Kamu dari mana saja?” tanya Ditya memasukan tangannya ke kantong celana.

Padahal dia sudah tahu gadisnya pergi kemana. Orang suruhannya selalu melaporkan setiap pergerakan Frolline, tidak ada yang terlewatkan. Mereka adalah orang-orang yang profesional.

“Aku menikmati hariku,” sahut Frolline dengan jawaban mengambang.

“By the way, ada urusan apa dengan papaku?” tanya Frolline tiba-tiba. Gadis polos itu tidak bisa membaca sorot mata Ditya yang selalu ditujukan padanya. Perhatian dan segala bentuk perlakuan Ditya padanya, tidak dianggap sama sekali.

Ditya tersenyum, sebelum menjawab. “Tidak ada. Hanya ingin berkunjung dan mengenal lebih dekat keluargamu saja.”

Terlihat Ditya menendang pelan rumput di bawahnya. Sesekali melirik ke samping, memandang Frolline yang sedang menatap lurus ke depan.

“Bahkan dia tidak memandangku sama sekali. Jarang terjadi, seorang Ditya tidak menjadi pusat perhatian. Hanya gadis ini saja, yang tidak memandang padaku,” batinnya.

“Fro ....”

“Hmmm ....”

“Apa pendapatmu tentangku?” tanya Ditya.

“Hah?!” Frolline bingung. Tidak mengerti tujuan dari Ditya bertanya.

“Aku ... Frolline belum sempat menjawab, mamanya sudah memanggil mereka masuk untuk menikmati makan malam.

“Ayo, mamaku sepertinya sudah selesai menyiapkan makan malam,” ajak Frolline.

Gadis itu sudah bergegas masuk ke dalam rumah, saat Ditya menahan tangannya.

“Fro, ada yang mau aku bicarakan,” ucapnya.

“Ada apa?” Frolline heran.

“Emmm ... Fro, aku harus kembali ke Jerman dua minggu lagi. Kamu mau ikut denganku?” tanya Ditya.

Sebenarnya ragu, tetapi dia ingin mengenalkan Frolline pada mamanya. Dia sudah tidak muda lagi, serius ingin menikah dan berumah tangga. Bukan hanya menghabiskan waktu dengan pacaran dan bersenang-senang.

Frolline membeku di tempat. Memandang Ditya yang sedang berdiri tepat di hadapannya. Pertanyaan yang begitu tiba-tiba. Dan rasanya aneh, mengingat pertemuan mereka tidak lebih dari tiga kali, tetapi lelaki ini mengajaknya ke luar negri. Entah apa maksud dan tujuan Ditya.

“Memang kenapa?” tanya Frolline.

“Mamaku tinggal di Jerman. Kesehatannya menurun akhir-akhir ini. Dua minggu lagi aku akan mengunjunginya. Kamu mau ikut denganku?” tanya Ditya, serius.

Lama Frolline terdiam, tidak bisa menjawab. Pertanyaan yang begitu mendadak. Baru kali ini, ada seorang lelaki yang tanpa pendekatan terlebih dulu, langsung mengajak bertemu orang tuanya. Padahal mereka saja tidak saling mengenal. Hanya sebatas bertegur sapa. Bahkan nomor ponselnya pun, Frolline tidak menyimpannya.

“Untuk apa?” tanya Frolline dengan wajah datar.

“Aku mau mengenalkanmu pada mamaku. Kalau kamu setuju, aku akan berbicara langsung dan meminta izin pada kedua orang tuamu,” jelas Ditya, dengan penuh keyakinan.

Frolline tertawa. Jujur, dia bingung harus menjawab apa. Apa maksud lelaki aneh di depannya ini.

”Kita tidak saling mengenal, untuk apa aku bertemu dengan mamamu?” ucap Frolline.

“Karena aku serius ingin mengenalmu lebih jauh, makanya aku mau kamu juga mengenalku dan keluargaku,” jelas Ditya. Menembak langsung ke sasaran.

“Ayo kita masuk. Papaku sudah menunggumu,” ajak Frolline, menolak menjawab. Bergegas masuk ke dalam, meninggalkan Ditya.

***

Acara makan malam sederhana itu berlangsung santai. Ditya yang hanya orang luar, terlihat canggung dan lebih banyak diam. Beberapa kali, dia tertangkap basah Gunawan sedang menatap putri bungsunya.

Setelah makan malam dan berbincang sebentar, Ditya berpamitan. Sampai sejauh ini rasaya aneh makan malam bersama keluarga Frolline, tetapi dia bukan siapa-siapa. Hanya orang luar yang kebetulan dan tanpa sengaja diundang makan malam bersama.

Tampak Ditya berjalan menuju mobilnya setelah berpamitan dan mengucapkan terimakasih kepada tuan rumah. Matt yang sudah tertidur beberapa kali di dalam mobil segera keluar begitu mendengar pintu mobil terbuka.

Frolline yang diperintahkan papanya, terlihat mengekor di belakang, mengantar tamu mereka sampai ke depan rumah.

Terlihat Matt menyerahkan sebuah shopping bag berukuran mini kepada majikannya.

“Ini Bos!”

Ditya mengambil alih dari tangan Matt dan menyerahkannya kepada Frolline sembari tersenyum.

“Fro, ini untukmu,” sodor Ditya.

“Apa ini?” Frolline mengintip isi di dalam shopping bag dan terkejut. Melihat kotak dan fotonya, dia yakin isinya adalah sebuah ponsel merek ternama, seri terbaru seharga puluhan juta rupiah.

“Untuk apa memberiku ponsel mahal ini. Aku sudah punya ponsel sendiri,” lanjut Frolline.

“Supaya aku bisa menghubungimu. Selama ini aku tidak memiliki nomor ponselmu,” sahut Ditya.

“Oh ya, aku juga sudah mengisi nomor ponselku di dalam kontaknya. Kamu bisa menghubungiku setiap saat. Itu nomor pribadiku. Hanya kamu dan anggota keluargaku yang mengetahuinya,” jelas Ditya, tersenyum.

Sebelum melangkah masuk ke dalam mobil, kembali menatap Frolline. Gadis itu tertegun. Tidak tersenyum sama sekali. Ditya mengerti, bagi Frolline mungkin terasa begitu mendadak dan cepat.

“Selamat malam Fro, terimakasih untuk hari ini. Aku menunggu kabar baik darimu.”

***

Terima kasih.

Love You All

Terpopuler

Comments

ria aja

ria aja

mantap.keren

2023-01-06

1

Nur Lizza

Nur Lizza

byk kemajuan y om dit

2022-11-07

0

Nurmalina Gn

Nurmalina Gn

tepat sekali papa.....

2022-09-17

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Beautiful In White
2 Bab 2. Pengenalan Tokoh & Visual
3 Bab 3. Harusnya Aku
4 Bab 4. Terpaksa menikah
5 Bab 5. Tunggu Aku
6 Bab 6. Dipeluk Mantan Kekasih
7 Bab 7. Sekilas Kehidupan Ditya
8 Bab 8. Panggil dia Om
9 Bab 9. Pelukan pertama, berjuta rasanya
10 Bab 10. Selangkah Lebih Maju
11 Bab 11 : Kamu mau ikut denganku?
12 Bab 12 : Amarah Ditya
13 Bab 13 : Terlalu banyak menonton infotainment
14 Bab 14 : Selamat bergabung, Fro
15 Bab 15 : Asisten pribadi Ditya
16 Bab 16 : Memotong jalan
17 Bab 17 :Akhir Pekan
18 Bab 18 : Calon kakak ipar
19 Bab 19 : Pertengkaran berlanjut
20 Bab 20 : Aku tidak mau
21 Bab 21 : Kecelakaan
22 Bab 22 : Kita akan membawanya ke Singapura
23 Bab 23 : Rugi Besar
24 Bab 24 : Cukup hargai aku
25 Bab 25 : Menikahlah denganku
26 Bab 26 : Aku merindukanmu, Fro
27 Bab 27 : Ya
28 Bab 28 : Berita duka
29 Bab 29 : Aku turut berduka, First
30 Bab 30 : Nyonya Ditya Halim Hadinata
31 Bab 31 : Mengugat cerai
32 Bab 32 : Schatzi
33 Bab 33 : Mengurus perusahaan
34 Bab 34 : Kita tinggal bersama
35 Bab 35 : Ayo Kita Pulang
36 Bab 36 : Memiliki hak untuk menguasaiku
37 Bab 37 : Sudah melamar pada Gunawan
38 Bab 38 : Aku tidak mau hidup seperti ini
39 Bab 39. Sah
40 Bab 40. Ke Surabaya
41 Bab 41. Silakan mengambil hakmu
42 Bab 42. Penyatuan indah
43 Bab 43 : Istana Halim Hadinata
44 Bab 44 : Dia istrimu tetapi bukan menantuku
45 Bab 45 : Segeralah hamil
46 Bab 46 : Bersembunyilah dari Dunia
47 Bab 47 : Cukup mama saja
48 Bab 48 : Bertahanlah
49 Bab 49 : Dia belum pantas menjadi menantuku
50 Bab 50 : Sikap Nyonya Halim
51 Bab 51 : Tidak ada lagi yang tersisa
52 Bab 52 : Seburuk-buruknya, dia orang tuaku
53 Bab 53 : Aku butuh doa dan restunya
54 Bab 54 : Kita harus pulang malam ini
55 Bab 55 : Mungkin terlambat
56 Bab 56 : Wanita hebat
57 Bab 57 : Aku akan belajar
58 Bab 58 : Laki-laki seperti apa yang aku nikahi
59 Bab 59 : Membalaskan dendam
60 Bab 60 : Ran-Ran & Teo
61 Bab 61 : Bertemu dengan masa lalu
62 Bab 62 : Tetap bersamaku
63 Bab 63 : Perayaan ulang tahun perusahaan
64 Bab 64 : Honey Bunny
65 Bab 65 : Sisa-sisa produksi
66 Bab 66 : Bencana Nasional
67 Bab 67 : Visual
68 Bab 68 : Mengundurkan diri
69 Bab 69 : Koko dinyatakan pailit
70 Bab 70 : Kekacauan yang sama
71 Bab 71 : Tamparan
72 Bab 72 : Fro, kamu baik-baik saja?
73 Bab 73 : Tunggu aku, Ko
74 Bab 74 : Tinggal dengan Mami
75 Bab 75 : Kamu boleh pergi
76 Bab 76 : Anak Merpati vs Elang jantan
77 Bab 77 : Apa aku nikahi saja
78 Bab 78 : Menikah lagi, meringankan tugas istri
79 Bab 79 : Menyetujui pernikahan
80 Bab 80 : Siasat Ditya
81 Bab 81 : Perubahan aneh Ditya
82 Bab 82 : Aku tidak mau, Ko
83 Bab 83 : Kepercayaan
84 Bab 84 : Kembali jadi diri sendiri
85 Bab 85 : Like me
86 Bab 86 : Jangan percaya pada siapa pun
87 Bab 87 : Kekacauan di pagi hari
88 Bab 88 : Restu
89 Bab 89 : Hanya Daddy
90 Bab 90 : Belum kembali
91 Bab 91 : Pria tampan mengejutkan
92 Bab 92 : Ini memalukan!
93 Bab 93 : Kailla Riadi Dirgantara
94 Bab 94 : Skandal Masa Lalu
95 Bab 95 : Amarah Ditya
96 Bab 96 : Harus hamil!
97 Bab 97 : Ikut bersamaku, Fro
98 Bab 98 : Telat seminggu
99 Bab 99 : Kamu tidak mencintainya, kan?
100 Bab 100 : Ayo kita menghilang
101 Bab 101 : Ikut aku pulang
102 Bab 102 : Dua gadis cantik
103 Bab 103 : Ketika rasa bersalah menghantam
104 Bab 104 : Daddy sakit
105 Bab 105 : Menemui dokter kandungan
106 Bab 106 : Suka Ditya di tengah duka Halim
107 Bab 107 : Papa
108 Bab 108 : Hamil lima minggu jadi tanda tanya
109 Bab 109 : Buat janji bertemu dengan Pram
110 Bab 110 : Meminta restu kembali
111 Bab 111 : Membingungkan
112 Bab 112 : Sikap Halim
113 Bab 113 : Bermain bola dan boneka
114 Bab 114 : Menjodohkan Angella
115 Bab 115 : Sikap dingin Halim
116 Bab 116 : Impian Frolline
117 Bab 117 : Mengundurkan diri
118 Bab 118 : Lamborghini Aventador
119 Bab 119 : Finally
120 Bab 120. Musim semi di Netherlands
121 Bab 121. Bersiap ke Belgia
122 Bab 122 : Brussels
123 Bab 123 : Etretat Beach, Normandie, France
124 124 : Berlin
125 Bab 125 : Jadilah pria bertanggung jawab
126 Bab 126 : Paula
127 Bab 127 : Jaga kandunganmu
128 Bab 128 : London
129 Bab 129 : Kw super premium
130 Bab 130 : Perjuangan melahirkan 1
131 Bab 131 : Perjuangan melahirkan 2
132 Bab 132 : Dragon Hadinata Lim Jīn Lóng
133 Bab 133 : Tradisi satu bulan kelahiran
134 Bab 134 : Kembali ke Jakarta
135 Bab 135 : Aku masih mencintaimu
136 Bab 136 : The end
137 Extra part 1
138 Extra part 2
139 Extra part 3
140 Extra part 4
141 Extra part 5
142 Extra part 6
143 Extra part 7
144 Extra part 8
145 Extra part 9
146 The End
147 Pengumuman
148 My Beloved Bodyguard
Episodes

Updated 148 Episodes

1
Bab 1. Beautiful In White
2
Bab 2. Pengenalan Tokoh & Visual
3
Bab 3. Harusnya Aku
4
Bab 4. Terpaksa menikah
5
Bab 5. Tunggu Aku
6
Bab 6. Dipeluk Mantan Kekasih
7
Bab 7. Sekilas Kehidupan Ditya
8
Bab 8. Panggil dia Om
9
Bab 9. Pelukan pertama, berjuta rasanya
10
Bab 10. Selangkah Lebih Maju
11
Bab 11 : Kamu mau ikut denganku?
12
Bab 12 : Amarah Ditya
13
Bab 13 : Terlalu banyak menonton infotainment
14
Bab 14 : Selamat bergabung, Fro
15
Bab 15 : Asisten pribadi Ditya
16
Bab 16 : Memotong jalan
17
Bab 17 :Akhir Pekan
18
Bab 18 : Calon kakak ipar
19
Bab 19 : Pertengkaran berlanjut
20
Bab 20 : Aku tidak mau
21
Bab 21 : Kecelakaan
22
Bab 22 : Kita akan membawanya ke Singapura
23
Bab 23 : Rugi Besar
24
Bab 24 : Cukup hargai aku
25
Bab 25 : Menikahlah denganku
26
Bab 26 : Aku merindukanmu, Fro
27
Bab 27 : Ya
28
Bab 28 : Berita duka
29
Bab 29 : Aku turut berduka, First
30
Bab 30 : Nyonya Ditya Halim Hadinata
31
Bab 31 : Mengugat cerai
32
Bab 32 : Schatzi
33
Bab 33 : Mengurus perusahaan
34
Bab 34 : Kita tinggal bersama
35
Bab 35 : Ayo Kita Pulang
36
Bab 36 : Memiliki hak untuk menguasaiku
37
Bab 37 : Sudah melamar pada Gunawan
38
Bab 38 : Aku tidak mau hidup seperti ini
39
Bab 39. Sah
40
Bab 40. Ke Surabaya
41
Bab 41. Silakan mengambil hakmu
42
Bab 42. Penyatuan indah
43
Bab 43 : Istana Halim Hadinata
44
Bab 44 : Dia istrimu tetapi bukan menantuku
45
Bab 45 : Segeralah hamil
46
Bab 46 : Bersembunyilah dari Dunia
47
Bab 47 : Cukup mama saja
48
Bab 48 : Bertahanlah
49
Bab 49 : Dia belum pantas menjadi menantuku
50
Bab 50 : Sikap Nyonya Halim
51
Bab 51 : Tidak ada lagi yang tersisa
52
Bab 52 : Seburuk-buruknya, dia orang tuaku
53
Bab 53 : Aku butuh doa dan restunya
54
Bab 54 : Kita harus pulang malam ini
55
Bab 55 : Mungkin terlambat
56
Bab 56 : Wanita hebat
57
Bab 57 : Aku akan belajar
58
Bab 58 : Laki-laki seperti apa yang aku nikahi
59
Bab 59 : Membalaskan dendam
60
Bab 60 : Ran-Ran & Teo
61
Bab 61 : Bertemu dengan masa lalu
62
Bab 62 : Tetap bersamaku
63
Bab 63 : Perayaan ulang tahun perusahaan
64
Bab 64 : Honey Bunny
65
Bab 65 : Sisa-sisa produksi
66
Bab 66 : Bencana Nasional
67
Bab 67 : Visual
68
Bab 68 : Mengundurkan diri
69
Bab 69 : Koko dinyatakan pailit
70
Bab 70 : Kekacauan yang sama
71
Bab 71 : Tamparan
72
Bab 72 : Fro, kamu baik-baik saja?
73
Bab 73 : Tunggu aku, Ko
74
Bab 74 : Tinggal dengan Mami
75
Bab 75 : Kamu boleh pergi
76
Bab 76 : Anak Merpati vs Elang jantan
77
Bab 77 : Apa aku nikahi saja
78
Bab 78 : Menikah lagi, meringankan tugas istri
79
Bab 79 : Menyetujui pernikahan
80
Bab 80 : Siasat Ditya
81
Bab 81 : Perubahan aneh Ditya
82
Bab 82 : Aku tidak mau, Ko
83
Bab 83 : Kepercayaan
84
Bab 84 : Kembali jadi diri sendiri
85
Bab 85 : Like me
86
Bab 86 : Jangan percaya pada siapa pun
87
Bab 87 : Kekacauan di pagi hari
88
Bab 88 : Restu
89
Bab 89 : Hanya Daddy
90
Bab 90 : Belum kembali
91
Bab 91 : Pria tampan mengejutkan
92
Bab 92 : Ini memalukan!
93
Bab 93 : Kailla Riadi Dirgantara
94
Bab 94 : Skandal Masa Lalu
95
Bab 95 : Amarah Ditya
96
Bab 96 : Harus hamil!
97
Bab 97 : Ikut bersamaku, Fro
98
Bab 98 : Telat seminggu
99
Bab 99 : Kamu tidak mencintainya, kan?
100
Bab 100 : Ayo kita menghilang
101
Bab 101 : Ikut aku pulang
102
Bab 102 : Dua gadis cantik
103
Bab 103 : Ketika rasa bersalah menghantam
104
Bab 104 : Daddy sakit
105
Bab 105 : Menemui dokter kandungan
106
Bab 106 : Suka Ditya di tengah duka Halim
107
Bab 107 : Papa
108
Bab 108 : Hamil lima minggu jadi tanda tanya
109
Bab 109 : Buat janji bertemu dengan Pram
110
Bab 110 : Meminta restu kembali
111
Bab 111 : Membingungkan
112
Bab 112 : Sikap Halim
113
Bab 113 : Bermain bola dan boneka
114
Bab 114 : Menjodohkan Angella
115
Bab 115 : Sikap dingin Halim
116
Bab 116 : Impian Frolline
117
Bab 117 : Mengundurkan diri
118
Bab 118 : Lamborghini Aventador
119
Bab 119 : Finally
120
Bab 120. Musim semi di Netherlands
121
Bab 121. Bersiap ke Belgia
122
Bab 122 : Brussels
123
Bab 123 : Etretat Beach, Normandie, France
124
124 : Berlin
125
Bab 125 : Jadilah pria bertanggung jawab
126
Bab 126 : Paula
127
Bab 127 : Jaga kandunganmu
128
Bab 128 : London
129
Bab 129 : Kw super premium
130
Bab 130 : Perjuangan melahirkan 1
131
Bab 131 : Perjuangan melahirkan 2
132
Bab 132 : Dragon Hadinata Lim Jīn Lóng
133
Bab 133 : Tradisi satu bulan kelahiran
134
Bab 134 : Kembali ke Jakarta
135
Bab 135 : Aku masih mencintaimu
136
Bab 136 : The end
137
Extra part 1
138
Extra part 2
139
Extra part 3
140
Extra part 4
141
Extra part 5
142
Extra part 6
143
Extra part 7
144
Extra part 8
145
Extra part 9
146
The End
147
Pengumuman
148
My Beloved Bodyguard

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!