APA SALAHKU MAMA
Hari ini Bertha dan Edo sedang dalam perjalanan untuk membeli beberapa peralatan musik milik cafe Edo.
Setelah melalui perjalanan yang lumayan jauh, akhirnya mereka telah sampai di rumah kossan Bertha, ketika Bertha hendak turun tiba-tiba Edo menarik tangan Bertha.
"Tha kamu pindah dari sini ya,"ikut aku saja, lagian hanya ada aku dan beberapa asisten rumah tangga saja, ujarnya penuh harap.
"Maaf Edo, aku lebih suka disini saja."
"lagian,aku gak enak masa kita tinggal satu rumah."
"Disana bukan hanya kita, ada tiga asisten rumah tangga dan juga pengurus kebun serta anaknya dan jangan lupa ada pak wo juga, ya kan pak wo, tanya Edo pada supirnya untuk meyakinkan Bertha.
Aku harap kamu tidak menolaknya Tha. Ujar Edo penuh harap."
"Ya neng disini juga tempatnya Kecil dan kurang nyaman bagi seorang wanita, apalagi hidup sendiri."
Disekitar tempat Bertha tergolong rawan sering terjadi perampokan dan sampai pembunuhan, apalagi daerah itu termasuk areal kossan.
Sejak awal Bertha tinggal disana Edo tidak merasa tenang makanya setiap pergi dan pulang kerja selalu di antar oleh Edo.
"Benaran tidak apa -apa aku tinggal serumah dengan kamu Do?"
"Ya ampun Tha masih nanya lagi, mulai dari tadi aku bicara,"kamu masih ragu.
"Sudah ayo buruan aku bantu beresin barang kamu."
Sambil menarik tangan Bertha untuk masuk ke dalam kamar. Didalam kamar, Edo membereskan buku Bertha, sedang Bertha membereskan pakaiannya.
Saat membereskan buku Bertha, ia tertegun melihat pola pakaian anak-anak, remaja dan dewasa. Ia memperhatikan dengan baik. Cantik dan bagus semua.
Bertha yang melihat Edo bengong datang menghampiri Edo, ada apa? ujarnya sambil menatap yang di pegang oleh Edo.
"Ini kamu yang buat? tanya Edo hati -hati."
"Iya Edo,"jika ada waktu luang, dari pada ngerjain yang tidak jelas ucapnya asal.
"Bagus Tha, ya sudah kamu tidak usah kerja di rumah makan itu saja mending kembangin bakat kamu,"ujar Edo lembut, dia takut menyinggung perasaan Bertha.
"Belum cukup modal Do,"ujarnya karena memang dia berniat untuk membuka Butik sendiri.
"Baiklah aku mau bantu kamu,"dengan meminjamkan modal nanti kalau kamu sudah bisa, baru kamu bayar untuk sekarang kamu tidak perlu pikir itu dulu bagaimana?
"Benar Do?"ucapnya penuh semangat.
"Benaran Tha, masa aku bohong sama cewek cantik seperti kamu."
"Ai gombal kamu."Ujarnya malu.
"Ya sudah masalah itu biar besok kita pikirkan."
Semuanya barang -barang Bertha sudah di masukkan ke dalam mobil mereka segera menuju kediaman Edo yang megah bak istana itu.
Sesampai di rumah Edo, Bertha bertanya pada Edo,"rumah kamu besar amat hanya dihuni kamu ya? lagian kalau memang orang tua kamu tidak niat disini kenapa bangun rumah sebesar ini ucap Bertha panjang lebar."
"Kamu mau jawaban yang mana dulu,"soalnya pertanyaan kamu biasa panjang ucapnya seakan mengejek Bertha yang biasanya bertanya lebih dari satu.
"Ya terserah kamu yang penting semua dijawab ujarnya mengalah."
"Pertama ini warisan dari kakek aku, dan khusus untuk aku, aku lahir dan besar disini jadi aku malas untuk Ikut pindah Sama orang tuaku."
"Makanya seluruh aset kakek aku yang pegang,sedangkan kedua adikku juga sudah ada hanya masih dikelolah kedua orangtua kami, karena memang mereka masih kecil."
"Tapi kamu juga masih termasuk masih Kecil ketika ikut ambil alih usaha kakek kamu?"
"Ya akukan beda."ucapnya agak sombong, bedanya? tanya Bertha.
"Aku tampan dan pandai dan yang pasti aku itu mandiri,"ujarnya lagi.
Bertha yang mendapatkan jawaban Edo hanya tersenyum, malas rasanya untuk berdebat, ya memang kalau yang dibilang sama Edo benar adanya.
"Sudah ayo masuk,"barang kamu biar pak wo yang ngurus, ujar Edo lembut.
Setelah Bertha tinggal satu rumah dengan Edo dia semakin semangat, karena memiliki teman bicara dan teman untuk makan, tidak seperti sebelumnya semuanya hanya sendiri.
Disekolah juga tidak ada yang tau, karena memang sebelumnya mereka selalu datang dan pulang bersama jadi tidak membuat orang ribut.
Hari ini kebetulan hari minggu, Edo mengajak Bertha untuk melihat yang akan menjadi tempat usahanya.
Letak yang sangat strategis, dan memiliki lapangan yang lumayan luas.
"Kamu suka tempat ini?"tanya Edo.
"Suka sepertinya letaknya pas," ucap Bertha apa adanya.
Setelah menunjukkan letak lokasi pada Bertha setera dia menelepon pengacara pribadi mendiang kakeknya untuk segera mengurus surat izin.
Selesai dari lokasi mereka langsung menuju kafe milik keluarga Edo, mereka akan mengisi suara untuk bernyanyi karena yang bertugas izin untuk tidak bekerja, karena ibunya sakit.
Saat mereka sudah bersiap -siap(grup band)
Bertha mengajak Edo nyanyi bersama. Edopun tidak menolaknya.
lagu apa ujar Edo.
Suara, ujar Bertha) .
Ok ujar Edo.
Mulailah mereka bernyanyi.
Disini aku masih sendiri Merenungi hari -hari sepi Aku tanpa mu, masih tanpamu.(Bertha)
Bila esok hari datang lagi
kucoba hadapi semua ini
meski tanpamu oh meski tanpamu(Edo)
Bila aku dapat bintang yang berpijar
Mentari yang tenang
bersama ku disini
kudapat tertawa menangis merenung
Ditempat ini aku bertahan (Bertha)
Suara dengarkanlah aku
Apa kabarnya pujaan hatiku
aku disini menunggumu masih berharap didalam hatinya (bersama Edo dan Bertha)
kalau kumasih tetap disini
kulewati semua yang terjadi (Bertha)
aku menunggumu
oh aku menunggu (Edo) kembali ke reff.
Saat bernyanyi Bertha benar -benar meresapi lagu dari Hijau daun itu. Dengan penuh pengharapan kedua orangtuanya dapat menerima dia dengan kasih sayang.
Sedangkan Edo yang melihatnya tidak tega menyaksikan Bertha yang begitu, cinta yang dia miliki untuk gadis itu tidak mampu menutupi cinta yang hilang dari kedua orangtua Bertha.
Walaupun memang dia memiliki rasa yang lebih, tapi dia tahu kalau Bertha menangis bukan karena cinta antara dua pribadi.
Selesai bernyanyi Edo mengajak Bertha duduk sedangkan untuk mengisi waktu dilanjutkan dengan anggota band lainnya.
"Tha kita pulang saja ayo,"ucap Edo tanpa memberikan waktu tenang untuk pada Bertha.
Supir membawa mereka kesebuah taman seperti yang Edo katakan.
"Katanya pulang,"tapi kok kesini? ucap Bertha pada Edo.
"Ya tidak kenapa lagi pengen ujarnya lembut."
"Tha sudah enakan?"tanyanya sesudah mereka duduk lumayan lama.
"Sudah,"aku tidak apa -apa Do hanya terbawa perasaan saja ujarnya untuk meyakinkan Edo.
"Aku tahu, makanya aku ajak kamu kasini, tapi yakinlah Tha semua akan berlalu tanpa kita menghitung hari dengan jemari kita, demikian juga dengan kebahagiaan, akan menghampiri kita dengan sendirinya."
Bertha tersenyum mendengar ucapan Edo ,terimakasih ya buat kamu yang selalu ada untuk aku ucapnya sambil memeluk Edo dan Edo berada membalas pelukan Bertha.
"Ya tidak perlu berterimakasih terus,"nanti kupingku terbang loh ujarna sambil tersenyum.
Ucapan Edo dapat menyenangkan hati Bertha yang terluka, karena memang hanya dia yang selalu ada didalam kehidupannya.
Sesudah kakaknya pergi untuk belajar diluar negeri dia tidak punya siapapun, yang memberikan kekuatan secara langsung, walaupun kakaknya masih terus menghubunhinya melalui teleponnya.
Setelah beberapa saat mereka saling berbagi, Bertha yang merasa malu, mengalihkan pembicaraan dan pandangannya.
"Kenapa kamu harus malu?aku dudah tahu semua tentang kamu,tapi kenapa kamu mengalihkan pembicaraan dan pandanganmukan? ucap Edo membuat pipi Bertha semakin memerah."
"Tha aku senang jika bisa mengurangi bebanmu walaupun bahuku menjadi kaku akibat kau sandari, ujar Edo sambil terkekeh."
"Tha kalau kamu mau bersedia merubah status kita dari sahabat menjadi kekasih aku malah berterimakasih dan sangat bersyukur,"ucapnya dengan penuh harap.
"Apa tidak merusak hubungan kita nantinya?"tanya Bertha karena memang sejak tinggal bersama Edo perasaan sebatas sahabatnya mulai mengikis sehingga ingin untuk memiliki, bagaimana tidak Edo selalu menawarkan ketenangan dan kedamaian bersamanya.
"Nggak Tha,asalkan kita bisa saling menjaga hati kita, ujarnya sambil menatap Bertha penuh keyakinan."
"Tapi bagaimana,kitakan tinggal satu rumah? apa kata orang?"
"Kamu itu selalu memikirin orang, sedangkan orang lain tidak memikirkan kamu, mulai sekarang belajarlah memikirkan kebahagiaan diri kamu sendiri."
"Iya aku mau,"tapi setelah toko selesai aku akan tinggal di sana.
"Baiklah Tha, kamu tinggal samaku sampai tokomu selesai dan disana akan ada ruangan pribadimu, tapi sampai itu selesai kamu tetap dirumah."
"Atau kamu tinggal di apartemen milik papa? tapi lumayan jauh,makanya aku tidak pernah nawarin itu."
"Tidak suka terus kenapa bilang, ujar Bertha cemberut."
"Ia juga sih ya sudahlah yang pasti kamu disini dulu, tenang saja aku tidak akan merebut yang belum hakku ujar Edo menggoda tapi beda jika kamu setuju ya tidak apa."
"Enak saja, dasar mesum."
Hari ini sekolah belajar untuk mempersiapkan ujian akhir, banyak contoh soal ujian nasional yang diberikan gurunya untuk menguji kemampuan mereka.
Kalau Edo dan Bertha tidak usah ditanya dengan cepat mereka menyelesaikan semuanya.
"Udah siap Tha?"tanya Edo.
"Sudah, ujarnya singkat."
"Ayo kita kumpulkan biar pulang ujar Edo pelan."
"Memang mau ngejar apa cepat," tanya Bertha ingin tahu.
"Calon mertuamu mau singgah sebentar,ujarnya terkekeh."
Anak yang lain melihat mereka dengan tatapan iri, sudah cantik, ganteng, pintar lagi ujar mereka yang menyukai gosip.
Banyak teman mereka yang tidak mengetahui, keadaan Bertha yang sebenarnya, karena pada dasarnya Bertha anak yang periang dan ramah tapi dia sengaja tidak terlalu dekat dengan teman -temanya.
Akhirnya mereka berdua mengumpulkan tugas dan segera berlalu.
Diparkiran sudah ada Pak wo menunggu mereka.
"Ayo masuk ucap Edo sambil membuka pintu mobil untuk mereka berdua."
Bertha langsung masuk karena sudah biasa seperti itu, lalu Edo akan menyusul duduk disamping Bertha.
kita langsung kebandara ya Pak ucap Edo pada pak wo.
"Baiklah den ujar pak wo lembut."
Pak wo memang orang yang sangat tenang, pengertian, dan lembut.
Walaupun seorang laki-laki lembut tetapi tetap berwibawa ,tapi itu bagi orang yang yang patuh,beda dengan mereka yang mencoba mengusik ketenangan orang yang ada disekitarnya, apalagi kalau menyangkut tuan mudanya.
Leher yang tegak dengan cepat dipatahkannya dan yang pasti tanpa ampun, itulah yang membuat tuan mudanya aman sejak masih bayi.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments