Pagi yang cerah sesuai janji pengacara kakeknya ,hari ini mereka akan datang menjumpai Bertha, maka Bertha sudah bersiap untuk menunggu kehadiran mereka.
Aldo yang tahu akan kecemasan anaknya, duduk disampingnya untuk menenangkannya.
"Kamu tenanglah sayang,"tidak akan terjadi sesuatu yang merugikan kamu, papa percaya mereka tidak akan menyakiti kamu.
"Iya Pa,"tapi aku masih tidak percaya akan semua ini, aku takut akan mengecewakan kakek sama nenek.
"Mereka percaya sama kamu nak,"makanya kakek memberikan tanggung jawab yang besar. kamu akan berhasil papa tahu itu.
"Trimakasih ya pa, papa selalu yang terbaik untuk aku."
"Ia sayang, pastinya papa akan selalu mendukungmu."
Pisah bertahun -tahun dengan putri kesayangannya papa, membuat hidup papa tidak berarti.
"Jadi mulai sekarang papa tidak akan pernah mengulang kejadian itu lagi."
"Aku sangat menyayangi papa," ucap gadis itu penuh ketulusan.
Saat mereka serius bicara suara bel terdengar ,bibi yang bekerja disana cepat -cepat membuka pintu rumahnya.
Didepan nampak berdiri dua orang yang berpakaian rapi.
"Silahkan masuk pak,"ucap bibi memberikan tempat pada sang tamu.
"Iya yang pasti bibi itu sudah kenal sama tamu itu,"karena sejak yang punya rumah masih hidup beliau sudah sering datang keruma ini.
Sang bibi dengan cepat menjumpai Bertha dan Aldo bahwa tamunya sudah datang.
Bertha dengan penuh kesabaran mendorong kursi roda papanya untuk menjumpai tamu tersebut.
Mereka menyapa tamu mereka dengan ramah.
"Om senang jumpa kamu nak," ujar salah satu pria itu.
"Bertha juga senang om,"ucap Bertha lembut.
"Baiklah kedatangan kami kesini untuk menyelesaikan wasiat dari pak Markus, dimana beliau sudah mewasiatkan tentang hak waris dari perusahaan Marli grup kepada nak Bertha."
Pengacara memberikan berkas yang telah lama disimpan itu untuk dibaca oleh Bertha.
Setelah siap membacanya Bertha meletakkan kembali kertasnya.
"Ini yang perlu kamu tanda tangani nak,"ucap pengacara itu.
"Tapi pak aku tidak tahu tentang perusahaan,"ucap Bertha jujur.
"Kamu tenanglah nak,"akan ada yang selalu menemani, sampai kamu benar paham tentang perusahaan.
"Baik om aku akan berjuang untuk cepat memahaminya,"anji Bertha pada orang yang ada di sana dan pada dirinya sendiri.
"Om juga minta maaf atas semua yang telah terjadi selama ini, baik dari kakek papanya om."
"Sudahlah bang tidak perlu di ungkit lagi,"semua membawa makna tersendiri dan dapat kita ambil makna dari setiap kejadian itu.
"Ya itu memang benar, tapi jika tidak mengatakan secara langsung, hati ini tidak akan tenang."
"Baiklah bang,"ujar Aldo yang merasa tidak enak pada abang iparnya itu.
"Terus nanti om tidak akan biarkan Bertha sendiri kan om,"pinta Bertha agar omnya tidak akan pernah meninggalkan sendiri dalam mengolah perusahaan.
"Selagi masih kamu butuhkan om,"maka om akan tetap bersama kamu, ucap omnya dengan semangat.
"Iya lelaki itu telah membuat tekat,untuk terus menemani Bertha sampai gadis itu benar -benar sudah mampu untuk dilepas."
Perasaan bersalah atas apa yang dilakukan oleh orang tuanya, hingga meninggalkan kesan tidak baik.
Terutama pada nasibnya yang sampai saat ini dalam pernikahan yang kedua tetap tidak memiliki keturunan.
Menurut dokter dia dan istrinya tidak ada yang bermasalah,hal itu juga Terjadi pada pernikahannya yang pertama.
Karena tidak memiliki anak akhirnya istri pertama minta pisah dan memang sekarang dia sudah memiliki dua anak.
Makanya mencoba untuk memperbaiki keadaan yang tidak baik itu, diapun sangat ikhlas mengembalikan apa yang menjadi milik Bertha sesuai wasiat dari omnya kakej Bertha.
Tanpa ada keinginan untuk merebut seperti yang selalu disarankan oleh mendiang papanya.
Sebagai seorang pria yang mengalami kegagalan dalam rumah tangga karena
tidak memiliki anak, maka dia paham betul apa yang dirasakan oleh Aldo ketika semua aset mertuanya diambil alih karena tidak memiliki anak.
Hanya rumah yang mereka tempati saat ini yang tersisa karena memang sejak awal sudah atas nama mamanya Bertha.
Aldo yang prustasi dengan penyakit istrinya tidak terlalu peduli akan harta mertuanya hingga mencari tempat aman dan pergi dari kota itu.
Memulai hidup baru dan memulai usaha baru dengan sisa uang tabungan mereka.Disana mereka merawat Bertha dengan penuh kasih sayang.
Aldo yang sama halnya tidak mendapatkan hak yang sama dengan kakaknya yaitu papa kandung Bertha membuatnya tidak terlalu peduli.
Baginya harta mewah tidak menjamin kebahagiaan, yang penting sekarang mereka masih dapat hidup kayak dan yang pasti istrinya tetap dapat berobat.
"Kamu masih punya papa, dulu dia juga yang ikut mengolah perusahaan kakekmu sebelum papanya om merebut perusahaan itu."
"Iya sayang nanti jika papa sudah sembuh, papa akan membantu kamu,"janji papanya tulus.
"Baik pa,Bertha percaya sama papa dan om."
Akhirnya Bertha menandatangani pengalihan nama atas perusahaan.
Untuk secepatnya om akan mengatur perkenalan pemilik perusahaan yang baru, tapi kamu harus persiapkan hati kamu lakukan om tulus.
"Untuk sekarang jangan dulu om biar papa lebih sehat,"sambung Bertha.
"Baiklah nak kapan kamu siap beritahu om,"ucapnya lagi.
Rasanya aku bahagia terlepas dari beban batin yang selama ini aku pendam ucap Beni dalam hati.
"Baik Aldo kami pamit dulu semoga kamu cepat sembuh," supaya bisa membimbing Bertha, aku tahu kamu lebih hebat dibanding aku, buktinya perusahaan jaya saat ada bersama kamu.
Tanpa menunggu lama mereka langsung berangkat pulang.
Aldo menatap putrinya dengan kening berkerut. Sebab mulai tadi nampak murung.
"Sayang apa yang kamu pikirkan?"papa perhatikan mulai tadi kamu murung terus.
"Tidak apa Pa,"Bertha hanya masih bingung atas hidup yang kita jalani, sepertinya kita dipermainkan oleh takdir.
Sebenar melayang dan kemudian terhempas jauh kedasar laut.
"Namanya hidup sayang, tidak ada yang tahu, semua terserah pada sang pencipta."
Tetapi kita tidak boleh lengah, jika kita sampai lengah dan terbuai oleh dunia ini maka sulit untuk bangkit kembali.
"Iya Pa aku tahu dan aku mohon agar papa tidak jenuh untuk membantu Bertha."
"Pastinya sayang,"papa tidak mau kamu mengalami apa yang papa alami.
"Iya Pa pangeran Kecil jam berapa pulang aku mau ikut menjemputnya,"kata Bertha yang memang ia berniat menjemput adeknya itu.
"Lah kamu terlambat sayang,"mungkin sebentar lagi mereka sampai.
'Ya sudah besok aja kamu yang jemput, ujar Aldo menghibur putrinya yang tampak kecewa."
"Oiya nak, apa kamu masih mau bekerja sama Edo?"
"Tidak tahu Pa," nanti aku tanya dulu sama orangnya tidak enak juga langsung berhenti pak, sementara selama ini dia yang membantu Bertha di setiap kebutuhanku.
"Memang lebih baik dibicarakan nak lagian papa rasa tidak ada ruginya juga karena kamu akan banyak belajar dari dia."
$Ia Pa Bertha paham,"papa tidak lelah? Bertha antar kekamar ya biar papa istirahat, sudah lama hanya duduk saja.
"Ya nak papa mau berbaring saja," ucapnya karena memang sudah terasa pegal pangkal pahanya yang terlalu lama duduk.
Bertha mengantar papanya kekamar dan membantu papanya untuk naik ke atas ranjang.
"Pa selamat istirahat ya," ucap Bertha sambil berlalu dari kamar papanya.
Bertha keluar dari kamar papanya dan menuju kamarnya.
Sampai di kamar dia, melihat hand phon miliknya,ternyata sudah ada beberapa kali panggilan dari Edo.
Bertha akhirnya memanggil balik Edo. Tanpa menunggu lama panggilan itu langsung mendapatkan jawaban.
"Halo sayang lagi sibuk banget nampaknya sampai mengabaikan aku mulai tadi."
"Maaf pangeranku sayang," tadi itu aku tinggal hand pohon di kamar ini baru balik makanya langsung hubungi kamu.
"Iya deh sayangnya aku,"oiya kamu masih mau kerja sama aku tidak? kalau ia biar aku jemput.
Aku mau dijemput tapi bukan untuk kerja, tutur Bertha memerintah.
"Baiklah tuan putri,"tunggu di sana aku segara datang.
Selesai bicara sama Edo dia langsung bersiap, saat ini dia sudah berada di ruang keluarga untuk menunggu Edo.
Pada saat bersamaan Kini bersama supir masuk, dengan hangat dia memeluk adiknya karena sudah sejak kemarin dia tidak jumpa adiknya itu.
"Hai pangeran ganteng, gimana sekolahny lancar? dapat nilai berapa tadi?"
"Tenang Kak sekolah aku baik dan tadi aku dapat nilai seratus."
"O.. ya bagus banget sayang."
"Ia dong aku akan jadi adik kakak yang baik dan yang pasti anak pintar, celoteh Joni dengan bangganya."
"Adik pintar," puji Bertha.
"O.. iya dek nanti bilang papa kakak pergi sama Kak Edo ya."
"Ok Kak,"ujar Joni sambil memberi hormat.
Edo sudah sampai ia menyaksikan kedekatan kedua orang tersebut.
"Ia sadar akan ketulusan hati wanita yang ada dihadapannya itu."
"Aku sangat bersyukur bisa dekat dengan kamu Tha hatimu sangat tulus batin Edo jujur."
Setelah Joni meninggalkan Bertha Edo datang mendekati Bertha.
"Hai cantik,"sapanya pada gadis itu.
"Hai juga kita langsung berangkat atau istirahat dulu?"tanya Bertha.
"Ada makanan apa? aku lapar jujur Edo."
"Ada nasi doang," jawab Bertha asal.
Ya kamu ngak asyik," ya sudah kita langsung berangkat saja ya, ajaknya sambil menarik tangan gadisnya.
Saat ini mereka sudah ada di dalam mobil, Edo bertanya tujuan mereka.
"Yang kita mau kemana sih?" katanya tidak mau kerja, Edo akhirnya buka suara karena Bertha tidak memberitahukan tujuan mereka.
"Aku mau kemakam mama dan kakek aku."
"Baik tuan putri hamba bersedia," membawa tuan putri sesuai permintaan tuan putri.
"Ai kamu lebai deh," sambung gadis itu karena merasa aneh ucapan Edo.
"Lebai apa suka nanti bilang lebai padahal suka," goda Edo.
"Ai kamu itu semakin lama semakin tidak jelas ya ucap Bertha."
"Apa yang tidak jelas sih sayang," goda Edo lagi. Semuanya masih jelas ni katanya lagi membuat Bertha semakin malu.
"Atau kamu mau bukti biar aku tunjukkan bahwa masih jelas?"dengan cepat Bertha menjawab tidak -tidak ngaur kamu .
Melihat Bertha kebingungan membuat Ego tertawa terbahak -bahak.
"Kamu lucu jika bingung,"goda Edo sambil menarik tangan gadisnya itu kemudian dan menciumnya lembut.
Bersambung
Mohon dukunganya ya dengan vote dan luka.
Terimakasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments