NovelToon NovelToon

APA SALAHKU MAMA

Bab 1.Berlalu

Hari ini Bertha dan Edo sedang dalam perjalanan untuk membeli beberapa peralatan musik milik cafe Edo.

Setelah melalui perjalanan yang lumayan jauh, akhirnya mereka telah sampai di rumah kossan Bertha, ketika Bertha hendak turun tiba-tiba Edo menarik tangan Bertha.

"Tha kamu pindah dari sini ya,"ikut aku saja, lagian hanya ada aku dan beberapa asisten rumah tangga saja, ujarnya penuh harap.

"Maaf Edo, aku lebih suka disini saja."

"lagian,aku gak enak masa kita tinggal satu rumah."

"Disana bukan hanya kita, ada tiga asisten rumah tangga dan juga pengurus kebun serta anaknya dan jangan lupa ada pak wo juga, ya kan pak wo, tanya Edo pada supirnya untuk meyakinkan Bertha.

Aku harap kamu tidak menolaknya Tha. Ujar Edo penuh harap."

"Ya neng disini juga tempatnya Kecil dan kurang nyaman bagi seorang wanita, apalagi hidup sendiri."

Disekitar tempat Bertha tergolong rawan sering terjadi perampokan dan sampai pembunuhan, apalagi daerah itu termasuk areal kossan.

Sejak awal Bertha tinggal disana Edo tidak merasa tenang makanya setiap pergi dan pulang kerja selalu di antar oleh Edo.

"Benaran tidak apa -apa aku tinggal serumah dengan kamu Do?"

"Ya ampun Tha masih nanya lagi, mulai dari tadi aku bicara,"kamu masih ragu.

"Sudah ayo buruan aku bantu beresin barang kamu."

Sambil menarik tangan Bertha untuk masuk ke dalam kamar. Didalam kamar, Edo membereskan buku Bertha, sedang Bertha membereskan pakaiannya.

Saat membereskan buku Bertha, ia tertegun melihat pola pakaian anak-anak, remaja dan dewasa. Ia memperhatikan dengan baik. Cantik dan bagus semua.

Bertha yang melihat Edo bengong datang menghampiri Edo, ada apa? ujarnya sambil menatap yang di pegang oleh Edo.

"Ini kamu yang buat? tanya Edo hati -hati."

"Iya Edo,"jika ada waktu luang, dari pada ngerjain yang tidak jelas ucapnya asal.

"Bagus Tha, ya sudah kamu tidak usah kerja di rumah makan itu saja mending kembangin bakat kamu,"ujar Edo lembut, dia takut menyinggung perasaan Bertha.

"Belum cukup modal Do,"ujarnya karena memang dia berniat untuk membuka Butik sendiri.

"Baiklah aku mau bantu kamu,"dengan meminjamkan modal nanti kalau kamu sudah bisa, baru kamu bayar untuk sekarang kamu tidak perlu pikir itu dulu bagaimana?

"Benar Do?"ucapnya penuh semangat.

"Benaran Tha, masa aku bohong sama cewek cantik seperti kamu."

"Ai gombal kamu."Ujarnya malu.

"Ya sudah masalah itu biar besok kita pikirkan."

Semuanya barang -barang Bertha sudah di masukkan ke dalam mobil mereka segera menuju kediaman Edo yang megah bak istana itu.

Sesampai di rumah Edo, Bertha bertanya pada Edo,"rumah kamu besar amat hanya dihuni kamu ya? lagian kalau memang orang tua kamu tidak niat disini kenapa bangun rumah sebesar ini ucap Bertha panjang lebar."

"Kamu mau jawaban yang mana dulu,"soalnya pertanyaan kamu biasa panjang ucapnya seakan mengejek Bertha yang biasanya bertanya lebih dari satu.

"Ya terserah kamu yang penting semua dijawab ujarnya mengalah."

"Pertama ini warisan dari kakek aku, dan khusus untuk aku, aku lahir dan besar disini jadi aku malas untuk Ikut pindah Sama orang tuaku."

"Makanya seluruh aset kakek aku yang pegang,sedangkan kedua adikku juga sudah ada hanya masih dikelolah kedua orangtua kami, karena memang mereka masih kecil."

"Tapi kamu juga masih termasuk masih Kecil ketika ikut ambil alih usaha kakek kamu?"

"Ya akukan beda."ucapnya agak sombong, bedanya? tanya Bertha.

"Aku tampan dan pandai dan yang pasti aku itu mandiri,"ujarnya lagi.

Bertha yang mendapatkan jawaban Edo hanya tersenyum, malas rasanya untuk berdebat, ya memang kalau yang dibilang sama Edo benar adanya.

"Sudah ayo masuk,"barang kamu biar pak wo yang ngurus, ujar Edo lembut.

Setelah Bertha tinggal satu rumah dengan Edo dia semakin semangat, karena memiliki teman bicara dan teman untuk makan, tidak seperti sebelumnya semuanya hanya sendiri.

Disekolah juga tidak ada yang tau, karena memang sebelumnya mereka selalu datang dan pulang bersama jadi tidak membuat orang ribut.

Hari ini kebetulan hari minggu, Edo mengajak Bertha untuk melihat yang akan menjadi tempat usahanya.

Letak yang sangat strategis, dan memiliki lapangan yang lumayan luas.

"Kamu suka tempat ini?"tanya Edo.

"Suka sepertinya letaknya pas," ucap Bertha apa adanya.

Setelah menunjukkan letak lokasi pada Bertha setera dia menelepon pengacara pribadi mendiang kakeknya untuk segera mengurus surat izin.

Selesai dari lokasi mereka langsung menuju kafe milik keluarga Edo, mereka akan mengisi suara untuk bernyanyi karena yang bertugas izin untuk tidak bekerja, karena ibunya sakit.

Saat mereka sudah bersiap -siap(grup band)

Bertha mengajak Edo nyanyi bersama. Edopun tidak menolaknya.

lagu apa ujar Edo.

Suara, ujar Bertha) .

Ok ujar Edo.

Mulailah mereka bernyanyi.

Disini aku masih sendiri Merenungi hari -hari sepi Aku tanpa mu, masih tanpamu.(Bertha)

Bila esok hari datang lagi

kucoba hadapi semua ini

meski tanpamu oh meski tanpamu(Edo)

Bila aku dapat bintang yang berpijar

Mentari yang tenang

bersama ku disini

kudapat tertawa menangis merenung

Ditempat ini aku bertahan (Bertha)

Suara dengarkanlah aku

Apa kabarnya pujaan hatiku

aku disini menunggumu masih berharap didalam hatinya (bersama Edo dan Bertha)

kalau kumasih tetap disini

kulewati semua yang terjadi (Bertha)

aku menunggumu

oh aku menunggu (Edo) kembali ke reff.

Saat bernyanyi Bertha benar -benar meresapi lagu dari Hijau daun itu. Dengan penuh pengharapan kedua orangtuanya dapat menerima dia dengan kasih sayang.

Sedangkan Edo yang melihatnya tidak tega menyaksikan Bertha yang begitu, cinta yang dia miliki untuk gadis itu tidak mampu menutupi cinta yang hilang dari kedua orangtua Bertha.

Walaupun memang dia memiliki rasa yang lebih, tapi dia tahu kalau Bertha menangis bukan karena cinta antara dua pribadi.

Selesai bernyanyi Edo mengajak Bertha duduk sedangkan untuk mengisi waktu dilanjutkan dengan anggota band lainnya.

"Tha kita pulang saja ayo,"ucap Edo tanpa memberikan waktu tenang untuk pada Bertha.

Supir membawa mereka kesebuah taman seperti yang Edo katakan.

"Katanya pulang,"tapi kok kesini? ucap Bertha pada Edo.

"Ya tidak kenapa lagi pengen ujarnya lembut."

"Tha sudah enakan?"tanyanya sesudah mereka duduk lumayan lama.

"Sudah,"aku tidak apa -apa Do hanya terbawa perasaan saja ujarnya untuk meyakinkan Edo.

"Aku tahu, makanya aku ajak kamu kasini, tapi yakinlah Tha semua akan berlalu tanpa kita menghitung hari dengan jemari kita, demikian juga dengan kebahagiaan, akan menghampiri kita dengan sendirinya."

Bertha tersenyum mendengar ucapan Edo ,terimakasih ya buat kamu yang selalu ada untuk aku ucapnya sambil memeluk Edo dan Edo berada membalas pelukan Bertha.

"Ya tidak perlu berterimakasih terus,"nanti kupingku terbang loh ujarna sambil tersenyum.

Ucapan Edo dapat menyenangkan hati Bertha yang terluka, karena memang hanya dia yang selalu ada didalam kehidupannya.

Sesudah kakaknya pergi untuk belajar diluar negeri dia tidak punya siapapun, yang memberikan kekuatan secara langsung, walaupun kakaknya masih terus menghubunhinya melalui teleponnya.

Setelah beberapa saat mereka saling berbagi, Bertha yang merasa malu, mengalihkan pembicaraan dan pandangannya.

"Kenapa kamu harus malu?aku dudah tahu semua tentang kamu,tapi kenapa kamu mengalihkan pembicaraan dan pandanganmukan? ucap Edo membuat pipi Bertha semakin memerah."

"Tha aku senang jika bisa mengurangi bebanmu walaupun bahuku menjadi kaku akibat kau sandari, ujar Edo sambil terkekeh."

"Tha kalau kamu mau bersedia merubah status kita dari sahabat menjadi kekasih aku malah berterimakasih dan sangat bersyukur,"ucapnya dengan penuh harap.

"Apa tidak merusak hubungan kita nantinya?"tanya Bertha karena memang sejak tinggal bersama Edo perasaan sebatas sahabatnya mulai mengikis sehingga ingin untuk memiliki, bagaimana tidak Edo selalu menawarkan ketenangan dan kedamaian bersamanya.

"Nggak Tha,asalkan kita bisa saling menjaga hati kita, ujarnya sambil menatap Bertha penuh keyakinan."

"Tapi bagaimana,kitakan tinggal satu rumah? apa kata orang?"

"Kamu itu selalu memikirin orang, sedangkan orang lain tidak memikirkan kamu, mulai sekarang belajarlah memikirkan kebahagiaan diri kamu sendiri."

"Iya aku mau,"tapi setelah toko selesai aku akan tinggal di sana.

"Baiklah Tha, kamu tinggal samaku sampai tokomu selesai dan disana akan ada ruangan pribadimu, tapi sampai itu selesai kamu tetap dirumah."

"Atau kamu tinggal di apartemen milik papa? tapi lumayan jauh,makanya aku tidak pernah nawarin itu."

"Tidak suka terus kenapa bilang, ujar Bertha cemberut."

"Ia juga sih ya sudahlah yang pasti kamu disini dulu, tenang saja aku tidak akan merebut yang belum hakku ujar Edo menggoda tapi beda jika kamu setuju ya tidak apa."

"Enak saja, dasar mesum."

Hari ini sekolah belajar untuk mempersiapkan ujian akhir, banyak contoh soal ujian nasional yang diberikan gurunya untuk menguji kemampuan mereka.

Kalau Edo dan Bertha tidak usah ditanya dengan cepat mereka menyelesaikan semuanya.

"Udah siap Tha?"tanya Edo.

"Sudah, ujarnya singkat."

"Ayo kita kumpulkan biar pulang ujar Edo pelan."

"Memang mau ngejar apa cepat," tanya Bertha ingin tahu.

"Calon mertuamu mau singgah sebentar,ujarnya terkekeh."

Anak yang lain melihat mereka dengan tatapan iri, sudah cantik, ganteng, pintar lagi ujar mereka yang menyukai gosip.

Banyak teman mereka yang tidak mengetahui, keadaan Bertha yang sebenarnya, karena pada dasarnya Bertha anak yang periang dan ramah tapi dia sengaja tidak terlalu dekat dengan teman -temanya.

Akhirnya mereka berdua mengumpulkan tugas dan segera berlalu.

Diparkiran sudah ada Pak wo menunggu mereka.

"Ayo masuk ucap Edo sambil membuka pintu mobil untuk mereka berdua."

Bertha langsung masuk karena sudah biasa seperti itu, lalu Edo akan menyusul duduk disamping Bertha.

kita langsung kebandara ya Pak ucap Edo pada pak wo.

"Baiklah den ujar pak wo lembut."

Pak wo memang orang yang sangat tenang, pengertian, dan lembut.

Walaupun seorang laki-laki lembut tetapi tetap berwibawa ,tapi itu bagi orang yang yang patuh,beda dengan mereka yang mencoba mengusik ketenangan orang yang ada disekitarnya, apalagi kalau menyangkut tuan mudanya.

Leher yang tegak dengan cepat dipatahkannya dan yang pasti tanpa ampun, itulah yang membuat tuan mudanya aman sejak masih bayi.

Bersambung.

Bab 2.Bertemu

Setelah menempuh perjalanan sekitar empat puluh menit, akhirnya mereka telah tiba dibandara,tapi ternyata kedua orangtua Edo belum mendarat.

"Edo mereka gak marah aku tinggal dirumah kamu?"tanya Bertha ingin tahu, karena sesungguhnya dia sangat takut.

"Aku sudah bilang sama mereka, bahwa kamu tinggal sama aku, tapi ya tidak tahu kalau mereka berubah."

"Kamu tenanglah ada aku yang akan menolong kamu."

"Bagaimana aku tidak takut Do Sudah terlalu banyak penolakan yang aku terima, termasuk orang tuaku."

Melihat Bertha yang ketakutan membuat Edo ikut gelisah,tapi dia tetap membeti semangat kepada Bertha.

"Percayalah tidak akan ada yang akan menyakitimu."

Saat mereka sibuk dengan pemikirannya ternyata kedua orangtua Edo sudah sampai hanya karena melihat anaknya menghrungkan niat mereka untuk masuk.

"Hem... hem mendengar suara berdehem segera mereka mengalihkan pendapatnya."

"Papa dan mama apa kabar ucap Edo untuk menghilangkan groginya."

"Baik sayang ucap nyonya Jilda, "sambil memeluk putranya yang sudah turun dari mobil.

Tidak berjumpa dalam beberapa bulan membuat mereka sangat rindu.

Setelah melepaskan pelukannya nyonya jilda menghadap Bertha, ini gadis pencuri hatimu? pantaslah kamu tidak bisa meninggalkan walaupun hanya sementara, sangat cantik pujinya sambil memeluk Bertha dengan hangat.

Selesai memeluk mamanya Edo, Bertha mendekati papanya Edo dan mencium punggung tangannya."Apa kabar nak?"ujar pak Prima papa Edo.

"Baik om ucap Bertha lembut."

"Ayo masuk,"apa kita hanya berdiri disini sampai besok ucap nyonya jilda.

Akhirnya mereka masuk ke dalam mobil, dan segera pak Wo melajukan mobil dengan kecepatan sedang.

Didalam mobil mereka bercerita cukup banyak, dan terkadang Bertha yang menjadi topik, tetapi lebih banyak tentang bisnis.

Bertha yang mendapatkan perlakuan yang cukup baik, sudah tidak canggung lagi.

Perasaan takut yang dimilikinya tadi sudah pergi bersama lembutnya hati suami istri yang tidak mempermasalahkan keberadaan Bettha.

Edo orang yang tidak tertutup dan suka menyembunyikan keberadaan Bertha membuat mereka sudah mengetahui segala sisi kehidupan Bertha.

Tanpa terasa ternyata mereka telah sampai di rumah Edo ,Segera pak Wo membukakan pintu mobil agar majikannya bisa segara turun.

Setelah kedua orangtua Edo keluar, sengaja Edo menahan Bertha, apa kamu masih takut?

ucapnya pada Bertha, percayalah tidak akan ada yang mau menyakitimu di sini.

"Ayo turun kalau tidak mau nanti kita langsung nikah,"godanya pada Bertha.

"Kamu tuh ya, sejak aku terima cintamau, akhirnya kamu jadi mesum, Kemarin -kemarin tidak begitu, salah makan obat ya, ujar Bertha sambil berlalu."

Orang tua Edo yang melihat tingkah anaknya menjadi merasa tidak enak, ada rasa tidak aman akan keadaan mereka yang satu atap tanpa ada orang tua yang menemani.

"Hal seperti itu yang aku takutkan Pa ujarnya pada suaminya.Apa mereka kita nikahkan saja Pa? ucap mamanya Edo."

"Nanti kita bicarakan ma, sekarang kita lebih baik istirahat, agar memiliki tenaga."

Akhirnya pasangan suami istri itu langsung menuju ke kamar mereka tanpa menunggu Edo.

"Kamu tidak usah ke kafe ya,"kita temani calmer saja ucap Edo pada Bertha.

"Baiklah tapi tidak usah genit, jelek tahu kata Bertha sambil mengulurkan lidahnya kepada Edo."

Karena kedua orangtua Edo langsung istirahat akhirnya mereka juga memilih untuk tidur siang.

Saat Edo membaringkan tubuhnya muncul ide untuk menggoda Bertha. Lalu mengambil benda pipihnya lalu mengirim pesan.

"Sayang kangen."

...Edo...

Bertha yang membacanya merasa geli, lalu membalas pesan Edo

"Aku tidak tuh, "bagaimana .dong

...Bertha...?

"Yang benar.. nanti bohong."

....Edo...

"Ya benar lah,kali baru jumpa kangen, nampak boongnya ha....."

....Bertha...?

"Aku akan buktikan bahwa kamu kangen sama Ku."

...Edo...

"Silahkan tuan aku tunggu, sudah ah aku ngantuk."

....Bertha...?

Setelah membalas pesan terakhir, Berthapun sudah pergi jalan bersama mimpi yang sangat indah.

Edo juga mulai memejamkan matanya yang sudah tidak bisa ditahan.

Pagi hari

Setelah membersihkan diri, dan berpakaian rapi, Bertha turun untuk makan malam, dan ternyata disana sudah pada menunggu, Bertha menyapa dengan lembut.

"Selamat pagi om, tante ucapnya sambil menarik kursi disamping Edo."

Selesai sarapan kedua orangtua Edo, mengajak mereka keruang keluarga, karena ada yang mau dibicarakan.

Saat ini mereka sudah duduk diruang keluarga.

"Begini nak, sebagai orang tua, bukan kami menghalangi hubungan kalian, tapi sangat tidak baik, kalian tinggal satu atap.

Jadi menurut papa dan mama, mending kalian langsung menikah."

"Tapi Bertha belum siap om,"ucap Bertha jujur.

"Terus kalau kamu Edo"tanya papanya .

"Sama si papa, jawabnya agar Bertha tidak didesak orang tuanya."

"Berarti nak Bertha biar tinggal terpisah dari kamu Edo karena tidak baik kalian tinggal satu rumah, walaupun di sini banyak orang."

"Tapi beda halnya kalau kalian mau langsung menikah.Tapi sudah papa kasih waktu satu minggu untuk berpikir, satu minggu lagi baru kasih tahu keputusan."

"O iya, nanti papa dan mama mau pulang, jadi baik-baiklah disini,kalian ada kegiatan apa hari ini?"

"Rencana mau melihat pembangunan untuk toko Bertha pa, o iya Pa rencananya memang setelah gedung itu selesai, Bertha tinggal disana, jadi papa tidak usah terlalu resah akan kami, kami bisa jaga diri, sudah bertahun -tahun kami bersama tapi semua baik Pa."

"Papa sama mama percaya sama kalian, hanya sebagai orang tua kami pasti kwatir."

Setelah sarapan mereka menuju pembangunan gedung untuk Bertha, setelah melihat tempat yang strategis, papanya menambahkan beberapa hal,termasuk bentuk rumah untuk Bertha.

Setelah itu nampak papanya menelepon seseorang.

Lalu mendekati Edo dan Bertha, baiklah kalau kalian sudah ada rencana papa tidak akan memaksakan kehendak kami untuk kalian.

"Sekarang kita berangkat segera ke bandara."

Akhirnya mereka berangkat menuju ke Bandara, dan sekarang mereka sudah sampai, tanpa menunggu waktu yang lama kedua anak itu segera pulang atas permintaan kedua orangtuanya.

Diperjalan pulang, Edo minta pada supirnya untuk menuju taman yang ada di kota itu

Ketika sampai di taman, kedua makhluk yang sedang dimabuk cinta itu segera mengambil tempat duduk.

"Tha bagaimana menurutmu atas permintaan papa itu.Ucapan Edo membuat Bertha terkejut."

"Kenapa kok terkejut Tha?"kalau kamu belum siap aku tidak keberatan, tapi ya menurut aku ada baiknya juga ucapan papa.

"Kamu tenanglah, aku tidak akan membatasi kegiatan kamu, asal yang pasti masih wajar."

"Tapi kita masih sangat muda Do, kita belum melihat bagaimana keadaan diluar sana.

Bagaimana setelah kita menikah, baru kita menyadari perasaan kita sebenarnya."

"Kamu ngomong apa sih Tha,"kalau masalah itu yang menikah sesudah pacaran sepuluh tahun juga bisa bercerai, yang menikah muda banyak juga yang awet itu semua tergantung orangnya.

"Memang kalau menurut kamu bagaimana?"tanya Bertha.

"Kalau aku sih lebih setuju ucapnya papa jadi tidak menimbulkan dosa, untuk kita dan orang lain atas kedekatan kita. Kalaupun kamu belum siap untuk melakukan apa yang semestinya dilakukan suami istri aku tidak keberatan."

"Ya sudah terserah kamu lah tapi aku tetap kuliah dan kerjakan?"tanya Bertha .

"Untuk apa aku menunggu lama toh hanya dia yang peduli sama aku, orang tuaku juga tidak peduli. Gumam Bertha dalam hati."

"Kamu serius Tha, tanya Edo tidak percaya. Edo yang sangat mencintai Bertha tentu saja sangat senang mengingat banyak cowok yang mendekatinya, wajah yang cantik dan pandai membuat banyak pria tergila -gila."

Selama SMA Edo tidak pernah membiarkan Bertha sendiri, karena itu membuat pria itu tidak berani mengungkapkan perasaan mereka secara terang -terangan, tapi Edo bukan orang bodoh yang tidak tahu gelagat teman -teman pria yang lain.

"Aku percaya sama kamu Do,"jadi mau sekarang atau besok atau lima tahun lagi, aku rasa sama saja, ucap Bertha menyerah.

"Terimakasih Tha ucap Edo sambil menggenggam tangan Bertha sangat erat."

Setelah selesai menuangkan apa yang menjadi Isi pikiran mereka masing,mereka akhirnya pulang.

Dirumah

Setelah turun dari mobil, mereka langsung menuju kamar masing -masing, Bertha

bukan membersihkan diri malah berdiri dibalkon kamarnya.

Edo yang telah siap membersihkan diri, ingin mengajak Bertha makan siang mengetuk pintu kamar Bertha berkali -kali tetapi tidak mendapatkan jawaban.

Karena tidak mendapatkan jawaban akhirnya Edo masuk dan langsung memutar gagang pintu, melihat kamar kosong, Edo mencari kekamar mandi tapi ternyata kosong.

Kemana dia, tadi jelas dia masuknya kesini gumam Edo pada diri sendiri.

Melihat pintu balkon yang terbuka Edo melangkah kebalkon dan benar saja Edo berdiri tegak sambil memandang daerah perkotaan.

Edo memanggil Bertha dan bertanya,"ada apa sayang? kenapa kamu melamun? apa karena keputusan mu tadi? aku sudah bilang sama kamu, kalau memang belum siap jangan dipaksa,"ucapnya lembut .

Edo memutar tubuh Bertha sehingga mereka berhadapan bahkan dengan jarak yang sangat dekat.

Edo mengangkat dagu Bertha agar mata mereka bertemu. "Sekarang katakan apa yang membuat hati dan pikiran kamu gelisah?"

"Aku tidak memikirkan keputusan tadi, tapi apa orang tuaku mau datang."

"Sudah lah Tha buat apa kamu mikirin mereka yang tidak pernah menganggap kamu, jangan membuat masalah kamu sendiri."

Edo tahu apa yang dia katakan tidak akan mengurangi beban pikirannya, secara siapa yang tidak mau medapat kasih sayang dari orang tua, tapi apa daya semua sudah terjadi dan sangat sulit untuk merubah mereka untuk menerima Bertha,jangankan menerima bertanya kabar saja tidak pernah setelah Bertha keluar dari rumah itu.

"Dari pada kamu sedih kita karaokean yo,"ucapnya sambil menarik tangan Bertha, Edo tidak mengajak makan lagi, pasti Bertha tidak selera jadi mending mendinginkan pikirannya dulu.

Setelah capek karaokean barulah Edo mengajak Bertha untuk makan.

"Tha cacingku sudah bernyanyi mulai dari tadi, apa cacingmu tidak?"

"iya juga sih aku sudah lapar juga, ayo kita turun untuk makan."

Akhirnya mereka turun dan segera menyantap makanam yang memang sudah di hidangkan mulai dari tadi.

"Tha kita ke kafe yo, tapi tidak untuk bernyanyi ya, tapi temani aku ngecek pembukuan."

"Baiklah tuan yang terhormat,"ucapnya sambil tertawa.

Bersambung

Bab 3.Bahagia

Sesuai keinginan Edo mereka pergi ke cafe untuk mengecek keuangan, yang kebetulan sudah beberapa hari mereka tidak berkunjung kesana.

Cafe itu milik almarhum kakek Edo, dan juga tempatnya Bertha untuk mencari rejeki.

Tetapi sejak kedua orang tuanya Edo pindah kekota lain untuk mengurus bisnis milik papanya Edo akhirnya ditemani asisten kakeknya Edo yang mengurus semua bisnis almarhum kakeknya.

Sejak masuk SMP Bertha, sudah bekerja disana, waktu itu Bertha masih tinggalnya dirumah orang tuanya tapi dia tidak pernah diharapkan bahkan harus mengurus rumah besar sendiri diusia sepuluh tahun.

Sebelum berangkat sekolah Bertha harus membersihkan rumah dulu baru dia berangkat ke sekolah.

Saat Bertha masuk sekolah menengah pertama, dia hampir mengalami pelecehan terhada dirinya,

waktu itu Edo sedang berjalan dekat gedung kosong entah kenapa hatinya berkata ada sesuatu yang terjadi di gedung itu, iapun menuju arah gedung itu, dan benar saja ada suara seorang gadis yang menjerit minta tolong.

Melihat keadaan itu segera Eco menghubungi supirnya untuk datang kegedung itu, karena jarak rumah yang hanya lima puluh meter dengan cepat pak Wo datang.

Mereka segara menghajar kedua laki -laki yang hendak memperkosa ,Bertha.

Lagi pak Wo membereskan orang itu Edo membawa Bertha kerumahnya untuk menenangkan.

"Kenalkan namaku Edo dan nama kamu siapa?"

"Namaku Bertha,"ujar gadis itu degan suara yang gemetar, karena memang dia masih sangat ketakutan dan gemetar.

"Kenapa kamu bisa ada di gedung itu?"

"tadi pulang sekolah, aku sedang berjalan tiba -tiba mereka membawa aku keempat itu."

"Memang kamu pulang sekolah sama siapa?"

"aku sendiri jalan kaki."

"SMP dimana?"

SMP XX31 ujar gadis itu.

"Apa rumah kamu dekat sini?"aku tinggal di kompleks garuda, ucapnya lirih .

"Apa?"sejauh itu kamu jalan kaki?

"Iya aku tidak punya uang naik angkot."

"Tunggu bukanya tempat itu perumahan elit?terus kamu tinggal sama siapa?"

"aku tinggal bersama orang tuaku,"ujar gadis itu.

Mendengar ucapan Bertha membuat Edo semakin bingung, perumahan elit bersama orang tua, tapi tidak punya uang untuk hanya naik angkot.

Tapi Edo tidak bertanya lagi, segera ia mengajak Bertha kemeja makan untuk makan, rasanya Edo sangat tidak tega melihat gadis yang ada didepannya itu, badan kurus, seperti sangat tertekan.

Selesai makan Edo mengajak Bertha duduk di taman belakang rumahnya.

Tiba -tiba pak Wo datang,"sudah beres pak?"tanya Edo .

"Sudah den, aku sudah menyerahkan mereka ke pihak berwajib,"tutur pak Wo.

"Bagus pak mereka harus mendapat hukuman,"ujar Edo berapi -api.

"Tha apa kamu mau pulang sekarang?nanti kamu dicari sama orang tuamau, ucap Edo karena memang sudah sore, jadi sudah layak orang tua mencari anaknya jika belum pulang sekolah."

"Mereka tidak akan mencari aku ,mereka hanya mencari aku bila ada yang tidak beres, ujarnya lirih."

"Terus apa kamu mau bermalam disini?jika kamu mau tidak apa, atau kamu mau tinggal disini juga tidak apa."

"Tidak terimakasih, aku pulang saja."

"Iya ayo kami akan mengantarkanmu."

Mereka telah sampai di depan rumah Bertha, keheranan Edo semakin menjadi, tampak seorang wanita paruh baya yang membuka pintu, tak ada kehangatan, malah jeweran yang mendarat di telinga Bertha.

Akhirnya Edo meninggalkan tempat itu dengan perasaan kacau.

"Apa kita langsung pulang den?"tanyanya pak Wo.

"Iya pak, ucapnya lantang."

Sejak saat itulah Edo menjadi pindah kesekolah Bertha, keinginan untuk melindungi Bertha itu yang menjadi tujuan utamanya.

Sejak satu sekolah Bertha selalu dijemput dan diantar oleh Edo.

Disaat itu pula Bertha ingin mencari kerja, sehingga Edo yang tahu suara Bertha bagus menawarkan untuk bernyanyi dicafe miliknya .

Bertha yang mendengar itu sangat bahagia.

Edo memperlakukan dia sangat baik, bahkan jalur keluar masuk ke cafe, memakai jalur Edo, tidak seperti karyawan yang lain.

"Tha tolong periksa yang lembar ini apa sudah sesuai"ujar Edo, ternyata Bertha tidak mendengar, bahkan sudah dua kali diulang oleh Edo.

"Sayang kamu kenapa?"tanya Edo lembut. Merasa disentuh Bertha sadar dan bertanya, apa?

"ya ampun Sayang kamu melamun?"

"Aku hanya teringat ketika baru bertemu saat itu kamu sangat baik samaku."

"Bukannya sampai sekarang aku baik sama kamu, bahkan ketika orang tuaku ingin membawa aku pindah bersama mereka aku menolak, karena aku tidak mau jauh dari kamu."

Dan hal itu bukan hanya sampai sekarang tapi sampai kita tua, kamu mengerti ?

"Iya aku mengerti,"ucap gadis itu dengan perasaan yang sangat bahagia.

"Mana yang mau diperiksa? ini cocokkan dengan hasil dan pengeluaran, soalnya aku mau cek laporan dari Pabrik."

"Loh kenapa kamu yang periksa semua,"biasanya bukannya paman Joi?

"Iya tapi paman Joi lagi cuti sampai satu bulan ke depan,"

"kok lama banget,"ucap Bertha.

"Iya selama ini, paman Joi jarang cuti, kebetulan mereka ada acara keluarga dikampung jadi, ya gak apa -apalah."

"O... begitu,"baiklah.

"Makanya kamu yang bantuin aku sekalian kamu belajar buat laporan keuangan untuk usahamu nanti."

"Sepertinya seru tuh,"ujar gadis itu penuh semangat.

Saat Bertha hendak berdiri tiba -tiba Edo berbalik sehingga Bertha terjatuh tetapi dengan cepat Edo menangkapnya.

"Kamu mau main sinetron judul apa say? kok sampai jatuh,"goda Edo.

"Siapa juga yang main sinetron kamu tuh yang balik tiba -tiba kesal Bertha."

"Jangan marah dong sayang, aku tidak dengaja,maaf ya tutur Edo sambil membantu Bertha untuk berdiri."

Melihat Bertha masih dalam wajah kesal, tiba -tiba Edo bernyanyi lembut ditelinga Bertha.

"Ia dasar kamu ya, mesum amat masih kecil juga,kesal Bertha memukul dada bidang Edo."

"Hai nona siapa bilang umur delapan belas tahun masih kecil, diluar sana banyak ya seusia kita sudah punya cucu."

"Lagian aku hanya bernyanyi ya."

"Cucu dari hongkong, bau kencur punya cucu, punya anak saja belum layak tahu."

"Lagian tahu dari mana hal seperti itu?"

"kalau hanya seperti itu tidak harus ada guru sayang, kamu jadi gurunya soalnya karena kamu makanya kepikir begituan jelas Edo panjang lebar."

Enak saja ucap Bertha sambil mayun.

"O.. ya tadi mau kemana kok berdiri?"

"Toilet."Mau ikut ucap Bertha karena masih kesal.

"Boleh sepertinya seru tuh,"

"dasarrrrr kesal Bertha sambil berlalu."

Setelah dari kamar mandi Bertha melanjutkan kembali pekerjaannya. Setengah jam kemudian pekerjaan Berthapun selesai.

"Sudah Do apa masih ada?"

Bukan masih tapi banyak ucap Edo enteng.

"Ya sudah mana ujar Bertha.lalu Edo memberikan beberapa lembar laporan lagi.

"Sayang makan malam dulu yo, nanti lanjut lagi, kata Edo sambil menuju ruang makan khusus Edo."

Tanpa menunggu lama makanan telah tersaji di atas meja, menu kesukaan keduanya telah tertata rapi.

Selesai makan merekapun melanjutkan pekerjaan mereka hingga pukul sepuluh malam, barulah mereka beranjak untuk pulang.

Sampai di rumah mereka segera masuk ke kamar masing -masing, tapi belum sempat Bertha membuka pintu, Edo langsung menarik tangan Bertha, mimpikan aku ya sayang ucapnya sambil mencium kening Bertha lembut.

Aku masuk ya, Bertha segera membersihkan diri lalu berbaring, tanpa menunggu lama Bertha sudah terbang bersama mimpi indahnya.

Pagi hari

Pagi ini Bertha sudah bangun dan langsung bersiap untuk berangkat sekolah, karena hari ini pengumuman ketulusan mereka, setelah dia siap segara turun untuk sarapan,Bertha duduk sambil menunggu Edo tapi sudah sepuluh menit Edo belum juga muncul.

Akhirnya Bertha menyusul kekamar Edo tok tok tok Bertha mengetuk pintu tetap tidak ada jawaban.

"Bertha langsung memutar hendel pintu dan ternyata Edo belum bangun."

Edo bangun ucap Bertha sambil menguncang bahu Edo.

Edo yang merasa ada yang memanggil, mencoba membuka matanya. Apa sudah pagi? ucapnya sambil menguap.

"Ih kamu jorok tahu, ayo bangun kita harus kesekolah sekarang pengumuman kelulusan kita."

"Iya baiklah aku akan bangun, tapi sebelumnya cium aku dulu ucapnya menggoda Bertha."

Edo duduk dan hendak berjalan,tunggu aku kita sama turun, awas kalau kamu pergi dulu, aku akan cium kamu di sekolah.

Selama Edo mandi, tiba -tiba Kakaknya Pino menelepon Bertha.Dengan penuh semangat Bertha menjawab, halo kak apa kabar? baik dek "kamu apa kabar?"

"Aku baik juga kak,apa kakak tidak kuliah? tumben telepon aku jam segini,"tanya Bertha.

"Selamat ulang tahun ya dek semoga kamu sehat selalu dan semakin kuat, maaf hanya bisa ngucapin dari telepon saja."

"Terimakasih banyak kak,aku saja tidak ingat kalau hari ini ulang tahunnya aku."Kak kapan pulang?

Masih beberapa bulan lagi dek,ini masih mau nyusun "skripsi, doain bisa cepat selesai ya."

"Pasti Kak."

"Sudah ya dek kakak tutup dulu teleponnya, mau cari buku untuk referensi skripsi dek."

"Ok Kak da... "percakapan antara kakak beradik itupun terputus.

Terimakasih Kak masih ingat dengan aku, aku sudah rindu sama kakak, hampir tiga tahun kita tidak jumpa gumam Bertha.

Bertha ingat saat terakhir bersama kakaknya. Saat itu tanpa sengaja,Bertha menyenggol vas bunga kesayangan mamanya,

"Bertha apa yang kamu lakukan, kenapa selalu menyusahkan sih.

"Lihat pecahkan?"bentak mamanya, maaf ma aku tidak sengaja kata Bertha sambil bergetar menahan takut.

"Apa kamu pikir dengan minta maaf vas ini akan bagus kembali? dengar baik bagiku vas ini lebih berharga dari pada kamu.

Kamu itu anak pembawa sial,jadi tidak ada harganya."

Mendengar ucapan mamanya air mata Bertha mengalir deras melewati pipi mulusnya.

Sekarang dari pada semua hancur karena kamu mending kamu keluar dari rumah ini, ucap mamanya tanpa mempedulikan hati Bertha.

Pino yang mendengar ucapan mamanya seolah mendapatkan kekuatan entah dari mana.

"Cukup ma, apa yang mama lakukan hanya karena vas bunga ini mama mengusir anak kandung mama sendiri, Bertha itu sama seperti kami ma, tapi mama tidak pernah memperlakukan dia dengan baik."

"Apa semua yang terjadi kesalahan Bertha? bukan ma, itu kesalahan mama dan papa karena tidak bisa menahan diri dan tentang usaha papa yang hancur itu juga tidak ada hubungannya dengan Bertha,sadar ma, ucap Pino."

Bersambung

Mohon bantuannya untuk komentar dan vote.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!