Setelah mereka saling berkenalan, akhirnya mereka mencari tempat untuk bersantai. Sekarang mereka telah sampai di taman belakang ruko pak Aldo.
Setelah duduk dan mengunci kursi roda papanya, Bertha bertanya pada papanya.
"Pa tolong cerita apa yang telah terjadi, kenapa papa sampai seperti ini?dan dimana tante itu?"
pertanyaan Bertha panjang lebar.
"Sayang pertama papa minta maaf,"karena papa tidak bisa menempati janji untuk mengunjungi kamu, sampai kamu mengalami beratnya hidup, andai saja papa tidak menikah dengan wanita ular itu pasti kamu tidak sesakit itu nak.
"Berkali -kali papa mau jenguk kamu ,tapi selalu dihalangi dengan berbagai macam cara."
Akhirnya Aldo menceritakan semua yang terjadi, tanpa ada yang disembunyikan.
"Papa sekarang tidak boleh menolak,"papa harus berobat karena hanya papa yang aku punya, yang tulus sayang Bertha.
"Iya om, dengan terapi om pasti akan sembuh."
"Baiklah papa akan mulai terapi lagi nak, dan papa akan lebih semangat demi kamu dan adikmu,
papa sadar bahwa semua ini bukankah salahnya dan dia berhak mendapatkan kasih sayang."
"Ya... itu baru papa Bertha yang penuh semangat bukan yang mudah putus asa. Bertha kembali memeluk papanya."
"Pa tahu gak sih hari ini, ada kebahagiaan selain ulang tahunku."
"Apa itu nak?"papa tidak tahu.
"Ya papa tidak seru masak sih langsung nyerah,"ujar Bertha cemberut.
"Ya papa mana tahu sayang, sudah lama papa tidak keluar apa lagi tentang anak muda."
"ya maaf deh Pa, jangan sedih dong Bertha hanya bercanda. Aku itu tadi habis dengar pengumuman hasil kelulusan."
"Jadi bagaimana hasilnya sayang? yang pasti lulus dong pa, Edo juga. Ujarnya semangat."
"Baiklah nak, papa percaya sama kamu, bahwa kamu tidak akan menyerah dalam hidup ini."
"Tapi maafin Bertha ya Pa, karena Bertha sempat kecewa sama papa."
"Sudahlah nak semuanya telah terjadi,"yang penting sekarang kita sudah berkumpul.
"Kamu mau tinggal sama papa kan nak?"
"mau dong pa,"tapi kalau sudah Bertha kuliah papa tinggal sama Bertha ya? kalau dari sini terlalu jauh pa, ucap Bertha pada papanya.
"Baiklah nak,"lagian disana masih ada rumah mama kamu, yang dari nenek nak kita bisa tinggal disana.
"Benaran pa?"terimakasih banyak pa.
"Sama -sama sayang, kita akan memulai hidup baru dengan melupakan yang lama."
"Malam ini kalian nginap ya?" gimana Edo bisa?
bisalah om.
"Tapi besok kami harus pulang pagi, soalnya masih banyak pekerjaan pa, kebetulan asisten Edo lagi cuti, nanti kalau pekerjaan sudah beres aku janji nginap disini lebih lama."
Malam ini sesuai permintaan papanya ,mereka menginap ,sore hari mereka pulang ke rumah papanya.
Melihat keadaan rumah yang masih sama ketika mamanya hidup membuat Bertha menangis sejadi-jadinya.
"Sayang kamu kenapa?"tanya papanya bingung.
Siapa yang terus merawat rumah ini pa? bukannya dulu sudah diacak -acak tante itu?
"ya sayang,"setelah dia pergi papa memanggil bibi Tari.Papa tidak mau kenangan indah bersama mama hilang begitu saja.
"Aku merasa seolah mama adalagi, kata Bertha masih terisak. Sudah sayang jangan menangis biar mama tenang disana."
Edo hanya melihat semua yang terjadi, dia membiarkan Bertha memuaskan kerinduannya setelah sekian lama tidak berjumpa.
"Ya sudah kamu masuk ke kamar kamu dulu, semua masih papa jaga ucapnya dengan semangat."
"Aku antar papa dulu ya,"ucapnya sambil mendorong kursi roda papanya.
"Ya sudah ayo ucap Aldo,"ia tahu tidak ada gunanya membantah permata hatinya.
Kasih sayang tidak diukur dengan hubungan darah melainkan dengan cinta dan kasih sayang yang tulus.
Setelah mengantar papanya kekamar Bertha menuju ruang tamu karena Edo masih menunggu disana.
Ayo kita mandi sudah lengket "seperti lem kotoran dikulit cantikku."
"Apa kita satu kamar?"
Ngarap lo. Ujar Bertha sambil berlalu.
Melihat Bertha berlalu, Edopun segera mengejarnya.
Setelah mereka sejajar Edo menarik tangan Bertha, jangan marah dong sayang, aku hanya bercanda, agar kamu tidak sedih melulu eh malah ngambek lagi.
Siapa yang ngambek coba,""orang mau cepat mandi juga .
"O....begitu ya ok deh,"sekarang kamar aku dimana?
Bertha membuka pintu kamar tamu lalu mengajak Edo masuk, ini kamarnya maafkan tidak sebesar kamar kamu, ucap Bertha
dengan lirih.
"Kamu ngomong apa sih? aku tidak masalah yang penting aku sangat bahagia melihat kamu hari ini, walaupun banyak air mata tapi nampak kamu bahagia."
"Terimakasih ya karena kamu aku bisa jumpa papa."
"Ya sayang, makanya jangan menangis, aku sakit liatnya tahu."
"Iya deh aku akan berjuang untuk tidak menangis lagi."
Aku kekamar dulu ya, mau mandi eh jangan lupa cepat sana mandi bentar lagi mau makan malam.
Sesudah berkata pada Edo, Bertha pergi menuju kamarnya. Dia melihat seluruh isi kamarnya benar masih sama ketika dia masih tinggal di kamar itu.
Terimakasih pa, sudah tetap merawat kamar Bertha aku sayang papa, maaf aku sempat berpikir bahwa papa tidak sayang padaku lagi.
Trimakasih ya Tuhan karena Engkau masih memberikan orang yang sangat menyanyangiku.
Bertha yang merasa sangat bahagia cepat -cepat menuju kamar mandi, dia tidak mau membuat papanya menunggu.
Selesai berpakaian dan menyisir rambutnya, iapun hendak turun tiba-tiba Edo sudah berdiri di depan kamarnya.
Bertha membuka pintu kamarnya dan Edo langsung menyelonong masuk.
"Jadi ini kamarmu dulu, benar masih sangat bersih dan rapi, kamu sangat bersyukur bahwa papamu sangat menyayangimu,
jadi jangan pernah berpikir bahwa kamu tinggal sendiri, masih banyak yang mencintaimu dengan tulus dibalik orang yang tidak mencintaimu.
Edo memeluk Bertha untuk memberikan kekuatan, ia tahu perjuangan Bertha selama ini, diusia yang seharusnya mendapatkan kasih sayang dari keluarganya,
malah harus bekerja untuk memenuhi kebutuhannya sendiri.
Kita turun yo nanti kasihan om nunggu lama, ujar Edo sambil melepaskan pelukanya.
Saat mereka turun ternyata papanya sudah menunggu di meja makan.
Sini nak kita makan dulu, bibi sudah masak makanan yang paling kamu suka, ujar papanya menjelaskan.
Melihat makanan memang semua kesukaan Bertha ia menangis sambil berkata, trimakasih pa, aku saja sudah lupa bagaimana rasanya makanan yang dulu membuat aku tambah berkali -kali setiap mama membuatnya.
"Sekali lagi papa minta maaf sayang, karena papa kamu mengalami hidup yang berat."
"Itu juga alasan papa akhirnya tidak berani menjemput kamu setelah hidup papa hancur, perasaan bersalah papa atas hidupmu nak."
"Om sudah tidak usah merasa bersalah terus, Bertha juga kuat, dia hanya teringat saja om, ucap Edo menenangkan papa Bertha."
Kalau om tahu Bertha itu hampir dilecehkan orang mungkin om makin merasa bersalah, batin Edo.
"Kamu benar nak, seharusnya om harusnya bahagia karena bisa melewati semua."
Akhirnya mereka menyelesaikan makan malamnya dengan penuh nikmat.
Selesai makan malam bersama mereka melanjutkan nonton diruang keluarga.
Setelah melewati malam dengan penuh canda akhirnya mereka memutuskan untuk beristirahat.
Pagi hari
Pagi ini sesuai rencana mereka pulang dan pak Aldo juga ikut karena akan mengikuti terapi.
Pak Aldo untuk sementara tinggal di rumah Edo, karena belum tahu apa keputusan dokter.
"Papa tidak apa tinggal sendiri,"nanti pulang kerja kita langsung kerumah sakit.
"Tidak apa sayang,"papa akan tunggu kalian pulang, ujarnya semangat karena dia tidak mau membuat Bertha terbebani dengan keberadaannya.
Setelah bicara pada papanya Bertha mendekati adiknya. Hai cowok ganteng, jangan nakal ya, kamu tinggal sama papa dan nenek Ati.
"Nenek Ati itu sangat baik jadi tidak usah takut ok ganteng, ucapnya sambil memeluk adiknya."
Akhirnya mereka sampai diruangan Edo, banyak kertas yang harus diperiksa, ketika mereka sibuk Bertha bertanya.
"Do ini laporan berapa usaha sih banyak banget, kapan siapnya ucap Bertha karena memang sudah sangat ingin berjumpa papanya."
"Kamu bosan? atau mau bertemu papa?
Bertha mainkan bibirnya, itu kamu tahu, ucapnya datar."
"Sabar dong sayang, no masih jam sebelas loh kita kerumah sakit jam empat, berarti masih lama sayang ucapnya sambil melanjutkan pejerjaannya."
Ini laporan keempat pabrik dan juga perkebunan sayang, jadi pastinya banyak.
"Wah berarti selama ini asisten kamu capek juga ya, belum lagi hanya sendiri."
"Siapa bilang sendiri, aku juga bantu sejak papa pindah, ujarnya menjelaskan."
"kapan kamu bantu, bawaan pulang sekolah langsung jadi pengawalku deh,"ucap Bertha mengejek.
"Ya saat kamu kerjalah, aku periksa laporan tidak harus dengan menyentuh kertas, periksa laporan biasanya dari email."
"Iya juga ya, maaf lupa, soalnya aku sudah lupa cucuku saja sudah punya cucu ucapnya sambil tertawa."
"Berarti aku panggil nenek dong goda Edo sambil mengedipkan sebelah matanya."
"Nggak apa -apa kalau tidak malu punya pacar yang sudah tua."
Sudah ah lanjut lagi, biar cepat "selesai kalau terus ladeni kamu yang ada tidak jadi kerja."
"Benaran nich biar aku praktekkan, ucapnya sambil memeluk Bertha dengan erat, sekarang bilang yang mana yang mau kuganggu."
"Aduh kamu genit banget ya, buat aku merinding ucap Bertha kesal."
Nanti setelah kita menikah lebih dari merinding kamu aku buat ucap Edo menggoda Bertha.
Mendengar ucapan Edo Bertha malah terbawa puas, dasar mesum masih kecil sana cuci kaki dulu baru bobok goda Bertha.
"Benaran nich masih anggap aku anak kecil biar aku praktekkan ucapnya."
Bertha yang merasa ngeri,hanya nyengir.
"Sudah aku nyerah kamu itu pacarku yang paling baik, pengertian,"sabar dan paling hot deh ucap Bertha asal supaya tidak diganggu oleh Edo lagi.
"Ha....itu baru gadis pintar."
"Kamu ya nyebelin ucapnya cemberut."
Selesai bercanda bersama akhirnya mereka melanjutkan pekerjaan mereka.
Pekerjaan yang tadinya banyak,tidak membuat mereka jenuh.
Bertha yang masih belajar terkadang harus bertanya pada Edo.
"Edo ini cara ngitungnya gimana sih? bingung aku."
"Tapi pintar,ini saja tidak bisa,ejek Edo senang."
Huh...sebel...grutunya.
Tepat pukul dua belas mereka akhirnya meninggalkan ruangan untuk makan siang.
Bersambung
Mohon dukungannya ya, terimakasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments