Setelah menempuh perjalanan sekitar empat puluh menit, akhirnya mereka telah tiba dibandara,tapi ternyata kedua orangtua Edo belum mendarat.
"Edo mereka gak marah aku tinggal dirumah kamu?"tanya Bertha ingin tahu, karena sesungguhnya dia sangat takut.
"Aku sudah bilang sama mereka, bahwa kamu tinggal sama aku, tapi ya tidak tahu kalau mereka berubah."
"Kamu tenanglah ada aku yang akan menolong kamu."
"Bagaimana aku tidak takut Do Sudah terlalu banyak penolakan yang aku terima, termasuk orang tuaku."
Melihat Bertha yang ketakutan membuat Edo ikut gelisah,tapi dia tetap membeti semangat kepada Bertha.
"Percayalah tidak akan ada yang akan menyakitimu."
Saat mereka sibuk dengan pemikirannya ternyata kedua orangtua Edo sudah sampai hanya karena melihat anaknya menghrungkan niat mereka untuk masuk.
"Hem... hem mendengar suara berdehem segera mereka mengalihkan pendapatnya."
"Papa dan mama apa kabar ucap Edo untuk menghilangkan groginya."
"Baik sayang ucap nyonya Jilda, "sambil memeluk putranya yang sudah turun dari mobil.
Tidak berjumpa dalam beberapa bulan membuat mereka sangat rindu.
Setelah melepaskan pelukannya nyonya jilda menghadap Bertha, ini gadis pencuri hatimu? pantaslah kamu tidak bisa meninggalkan walaupun hanya sementara, sangat cantik pujinya sambil memeluk Bertha dengan hangat.
Selesai memeluk mamanya Edo, Bertha mendekati papanya Edo dan mencium punggung tangannya."Apa kabar nak?"ujar pak Prima papa Edo.
"Baik om ucap Bertha lembut."
"Ayo masuk,"apa kita hanya berdiri disini sampai besok ucap nyonya jilda.
Akhirnya mereka masuk ke dalam mobil, dan segera pak Wo melajukan mobil dengan kecepatan sedang.
Didalam mobil mereka bercerita cukup banyak, dan terkadang Bertha yang menjadi topik, tetapi lebih banyak tentang bisnis.
Bertha yang mendapatkan perlakuan yang cukup baik, sudah tidak canggung lagi.
Perasaan takut yang dimilikinya tadi sudah pergi bersama lembutnya hati suami istri yang tidak mempermasalahkan keberadaan Bettha.
Edo orang yang tidak tertutup dan suka menyembunyikan keberadaan Bertha membuat mereka sudah mengetahui segala sisi kehidupan Bertha.
Tanpa terasa ternyata mereka telah sampai di rumah Edo ,Segera pak Wo membukakan pintu mobil agar majikannya bisa segara turun.
Setelah kedua orangtua Edo keluar, sengaja Edo menahan Bertha, apa kamu masih takut?
ucapnya pada Bertha, percayalah tidak akan ada yang mau menyakitimu di sini.
"Ayo turun kalau tidak mau nanti kita langsung nikah,"godanya pada Bertha.
"Kamu tuh ya, sejak aku terima cintamau, akhirnya kamu jadi mesum, Kemarin -kemarin tidak begitu, salah makan obat ya, ujar Bertha sambil berlalu."
Orang tua Edo yang melihat tingkah anaknya menjadi merasa tidak enak, ada rasa tidak aman akan keadaan mereka yang satu atap tanpa ada orang tua yang menemani.
"Hal seperti itu yang aku takutkan Pa ujarnya pada suaminya.Apa mereka kita nikahkan saja Pa? ucap mamanya Edo."
"Nanti kita bicarakan ma, sekarang kita lebih baik istirahat, agar memiliki tenaga."
Akhirnya pasangan suami istri itu langsung menuju ke kamar mereka tanpa menunggu Edo.
"Kamu tidak usah ke kafe ya,"kita temani calmer saja ucap Edo pada Bertha.
"Baiklah tapi tidak usah genit, jelek tahu kata Bertha sambil mengulurkan lidahnya kepada Edo."
Karena kedua orangtua Edo langsung istirahat akhirnya mereka juga memilih untuk tidur siang.
Saat Edo membaringkan tubuhnya muncul ide untuk menggoda Bertha. Lalu mengambil benda pipihnya lalu mengirim pesan.
"Sayang kangen."
...Edo...
Bertha yang membacanya merasa geli, lalu membalas pesan Edo
"Aku tidak tuh, "bagaimana .dong
...Bertha...?
"Yang benar.. nanti bohong."
....Edo...
"Ya benar lah,kali baru jumpa kangen, nampak boongnya ha....."
....Bertha...?
"Aku akan buktikan bahwa kamu kangen sama Ku."
...Edo...
"Silahkan tuan aku tunggu, sudah ah aku ngantuk."
....Bertha...?
Setelah membalas pesan terakhir, Berthapun sudah pergi jalan bersama mimpi yang sangat indah.
Edo juga mulai memejamkan matanya yang sudah tidak bisa ditahan.
Pagi hari
Setelah membersihkan diri, dan berpakaian rapi, Bertha turun untuk makan malam, dan ternyata disana sudah pada menunggu, Bertha menyapa dengan lembut.
"Selamat pagi om, tante ucapnya sambil menarik kursi disamping Edo."
Selesai sarapan kedua orangtua Edo, mengajak mereka keruang keluarga, karena ada yang mau dibicarakan.
Saat ini mereka sudah duduk diruang keluarga.
"Begini nak, sebagai orang tua, bukan kami menghalangi hubungan kalian, tapi sangat tidak baik, kalian tinggal satu atap.
Jadi menurut papa dan mama, mending kalian langsung menikah."
"Tapi Bertha belum siap om,"ucap Bertha jujur.
"Terus kalau kamu Edo"tanya papanya .
"Sama si papa, jawabnya agar Bertha tidak didesak orang tuanya."
"Berarti nak Bertha biar tinggal terpisah dari kamu Edo karena tidak baik kalian tinggal satu rumah, walaupun di sini banyak orang."
"Tapi beda halnya kalau kalian mau langsung menikah.Tapi sudah papa kasih waktu satu minggu untuk berpikir, satu minggu lagi baru kasih tahu keputusan."
"O iya, nanti papa dan mama mau pulang, jadi baik-baiklah disini,kalian ada kegiatan apa hari ini?"
"Rencana mau melihat pembangunan untuk toko Bertha pa, o iya Pa rencananya memang setelah gedung itu selesai, Bertha tinggal disana, jadi papa tidak usah terlalu resah akan kami, kami bisa jaga diri, sudah bertahun -tahun kami bersama tapi semua baik Pa."
"Papa sama mama percaya sama kalian, hanya sebagai orang tua kami pasti kwatir."
Setelah sarapan mereka menuju pembangunan gedung untuk Bertha, setelah melihat tempat yang strategis, papanya menambahkan beberapa hal,termasuk bentuk rumah untuk Bertha.
Setelah itu nampak papanya menelepon seseorang.
Lalu mendekati Edo dan Bertha, baiklah kalau kalian sudah ada rencana papa tidak akan memaksakan kehendak kami untuk kalian.
"Sekarang kita berangkat segera ke bandara."
Akhirnya mereka berangkat menuju ke Bandara, dan sekarang mereka sudah sampai, tanpa menunggu waktu yang lama kedua anak itu segera pulang atas permintaan kedua orangtuanya.
Diperjalan pulang, Edo minta pada supirnya untuk menuju taman yang ada di kota itu
Ketika sampai di taman, kedua makhluk yang sedang dimabuk cinta itu segera mengambil tempat duduk.
"Tha bagaimana menurutmu atas permintaan papa itu.Ucapan Edo membuat Bertha terkejut."
"Kenapa kok terkejut Tha?"kalau kamu belum siap aku tidak keberatan, tapi ya menurut aku ada baiknya juga ucapan papa.
"Kamu tenanglah, aku tidak akan membatasi kegiatan kamu, asal yang pasti masih wajar."
"Tapi kita masih sangat muda Do, kita belum melihat bagaimana keadaan diluar sana.
Bagaimana setelah kita menikah, baru kita menyadari perasaan kita sebenarnya."
"Kamu ngomong apa sih Tha,"kalau masalah itu yang menikah sesudah pacaran sepuluh tahun juga bisa bercerai, yang menikah muda banyak juga yang awet itu semua tergantung orangnya.
"Memang kalau menurut kamu bagaimana?"tanya Bertha.
"Kalau aku sih lebih setuju ucapnya papa jadi tidak menimbulkan dosa, untuk kita dan orang lain atas kedekatan kita. Kalaupun kamu belum siap untuk melakukan apa yang semestinya dilakukan suami istri aku tidak keberatan."
"Ya sudah terserah kamu lah tapi aku tetap kuliah dan kerjakan?"tanya Bertha .
"Untuk apa aku menunggu lama toh hanya dia yang peduli sama aku, orang tuaku juga tidak peduli. Gumam Bertha dalam hati."
"Kamu serius Tha, tanya Edo tidak percaya. Edo yang sangat mencintai Bertha tentu saja sangat senang mengingat banyak cowok yang mendekatinya, wajah yang cantik dan pandai membuat banyak pria tergila -gila."
Selama SMA Edo tidak pernah membiarkan Bertha sendiri, karena itu membuat pria itu tidak berani mengungkapkan perasaan mereka secara terang -terangan, tapi Edo bukan orang bodoh yang tidak tahu gelagat teman -teman pria yang lain.
"Aku percaya sama kamu Do,"jadi mau sekarang atau besok atau lima tahun lagi, aku rasa sama saja, ucap Bertha menyerah.
"Terimakasih Tha ucap Edo sambil menggenggam tangan Bertha sangat erat."
Setelah selesai menuangkan apa yang menjadi Isi pikiran mereka masing,mereka akhirnya pulang.
Dirumah
Setelah turun dari mobil, mereka langsung menuju kamar masing -masing, Bertha
bukan membersihkan diri malah berdiri dibalkon kamarnya.
Edo yang telah siap membersihkan diri, ingin mengajak Bertha makan siang mengetuk pintu kamar Bertha berkali -kali tetapi tidak mendapatkan jawaban.
Karena tidak mendapatkan jawaban akhirnya Edo masuk dan langsung memutar gagang pintu, melihat kamar kosong, Edo mencari kekamar mandi tapi ternyata kosong.
Kemana dia, tadi jelas dia masuknya kesini gumam Edo pada diri sendiri.
Melihat pintu balkon yang terbuka Edo melangkah kebalkon dan benar saja Edo berdiri tegak sambil memandang daerah perkotaan.
Edo memanggil Bertha dan bertanya,"ada apa sayang? kenapa kamu melamun? apa karena keputusan mu tadi? aku sudah bilang sama kamu, kalau memang belum siap jangan dipaksa,"ucapnya lembut .
Edo memutar tubuh Bertha sehingga mereka berhadapan bahkan dengan jarak yang sangat dekat.
Edo mengangkat dagu Bertha agar mata mereka bertemu. "Sekarang katakan apa yang membuat hati dan pikiran kamu gelisah?"
"Aku tidak memikirkan keputusan tadi, tapi apa orang tuaku mau datang."
"Sudah lah Tha buat apa kamu mikirin mereka yang tidak pernah menganggap kamu, jangan membuat masalah kamu sendiri."
Edo tahu apa yang dia katakan tidak akan mengurangi beban pikirannya, secara siapa yang tidak mau medapat kasih sayang dari orang tua, tapi apa daya semua sudah terjadi dan sangat sulit untuk merubah mereka untuk menerima Bertha,jangankan menerima bertanya kabar saja tidak pernah setelah Bertha keluar dari rumah itu.
"Dari pada kamu sedih kita karaokean yo,"ucapnya sambil menarik tangan Bertha, Edo tidak mengajak makan lagi, pasti Bertha tidak selera jadi mending mendinginkan pikirannya dulu.
Setelah capek karaokean barulah Edo mengajak Bertha untuk makan.
"Tha cacingku sudah bernyanyi mulai dari tadi, apa cacingmu tidak?"
"iya juga sih aku sudah lapar juga, ayo kita turun untuk makan."
Akhirnya mereka turun dan segera menyantap makanam yang memang sudah di hidangkan mulai dari tadi.
"Tha kita ke kafe yo, tapi tidak untuk bernyanyi ya, tapi temani aku ngecek pembukuan."
"Baiklah tuan yang terhormat,"ucapnya sambil tertawa.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments