Saat ini mereka sudah sampai dipemakaman keluarga mamanya.
Bertha berjongkok sambil menatap gundukan tanah itu dengan derai air mata.
"Mama terimakasih atas kasih sayang mama selama ini, hingga membuat aku kuat."
"Saat ini aku bahagia ma aku bisa berkumpul bersama papa kembali,"papa yang penuh kasih membuat aku merasa sangat rindu mama.
Air matanya menetes membasahi wajah putihnya.
"Ia berjalan melangkah menuju makam kakek dan neneknya."
"Terimakasih ya kek atas kepercayaan yang kakek berikan pada Bertha."
Bertha akan berusaha untuk menjalankan usaha yang kakek bangun dengan jerih payah.
"Terimakasih kek sudah membuat Bertha lebih berarti dari mereka yang tidak pernah menganggap aku."
Berbagai ungkapan yang diberikan oleh gadis terkadang ia berkata -kata dengan jelas tetapi terkadang hanya dalam hati.
Edo yang sudah sering menemaninya sudah paham akan hal itu, butuh waktu yang cukup banyak agar bisa meninggalkan tempat itu.
Saat Edo merasa sudah cukup waktu mereka berada di sana ,segera ia mengajak Bertha untuk pulang.
"Tha pulang yo sudah panas nih,"ucap Edo agar Bertha mau beranjak dari tempat pemakaman itu.
Beberapa kali Edo minta untuk pulang tapi tidak dihiraukan oleh Bertha.
Akhirnya Elo menyentuh bahu gadisnya itu,
"sayang pulang yo mereka pasti sedih bila melihat kamu seperti ini, jangan siksa dirimu seperti ini,kamu harus bersabar karena mereka pasti tidak akan suka jika kamu lemah."
Melihat Edo penuh keringat Bertha akhirnya bangkit dan berjalan menuju mobil yang masih menunggu dengan setia bersama sang supir siapa lagi kalau bukan pak Wo.
Didalam perjalanan Edo mengajak Bertha untuk membeli beberapa keperluan kuliahnya.
"Yang kamu sudah ada persiapan untuk kuliah besok?"
"Maksudnya persiapan apa?"
Ya keperluan untuk kuliah dong kalau segi mental aku tahu kamu pasti sudah siap, tapi yang lainnya itu maksudku.
"Belum sih,"kita belanja sekarang ya mumpung tidak lagi kekantor.
"Boleh aku juga mau beli beberapa pakain,"kamu jugakah tidak mungkin kan kamu pakai baju kantor atau baju manggung dulu.
"Ya nggaklah emang mau diejek satu kampus mereka pikir aku mau lenong lagi."
Atas instruksi Edo, supir membawa mereka keluar perbelanjaan di kota mereka.
Sampai di sana mereka memasuki tempat untuk pakaian pria.
Merasa cukup Edo mengajak untuk membeli perlengkapan Bertha.
Dengan berkeliling sambil melihat yang pas bagi Bertha akhirnya dapat juga beberapa pakaian sesuai selera Bertha.
"Udah cukup yang tanya Edo karena Bertha sudah datang menghampirinya."
"Sudah ya kita kekasir ajak Edo sambil membawa milik Bertha."
"Biar aku saja yang ucap Bertha namun dengan cepat di tolak oleh Edo."
Selesai dengan pembayaran mereka berjalan mencari pakaian untuk anak -anak.
"Kamu mau beli apa disini? "
tanya Edo lembut ia lupa kalau Bertha punya adik kecil.
"Mau beli perlengkapan anak kita kelak,"canda Bertha.
"Ha?"ucap Edo bingung.
"Kamu ya lama -lama seperti kakek pikun tahu nggak?"jelas Adek aku ada eh malah nanya lagi.
"Sory ,aku lupa,"jawab Edo tanpa merasa bersalah.
"Ya sudah ayo kita pilih yang cocok ajak Edo sambil menggandeng Bertha."
"Ini bagus lucu ucap Edo sambil menunjukkan sepasang baju bergambar superman."
"Ia aku suka ucap Bertha jujur."
Mereka sudah mendapatkan beberapa pasang pakaian yang mereka anggap bagus.
"Kita makan dulu yang sudah lapar bangat."
Bertha melihat jam yang melingkar manis di pergelangan tangannya.
"Ya ela pantas saja perut sudah meronta mulai tadi rupanya sudah jam tiga."
"Makanya itu aku ajak makan ucap Edo."
Mereka memilih tempat yang terasa aman untuk menikmati makanan yang tidak tahu itu makan siang atau sore
Yang jelas mereka baru akan mengisi perut yang sudah keroncongan.
Seakanan yang mereka pesanpun sudah datang tanpa menyia-nyiakan waktu
mereka segera menyantap hidangan yang cukup menggugah seleraapa lagi di saat lapar.
Selesai dengan mengisi perut mereka kembali mencari tas yang akan mereka perlukan untuk kuliah.
Tas yang bagus dan pastinya tidak perlu diragukan kualitasnya sudah ada ditangan sekarang saatnya untuk pulang.
Disalam perjalanan Edo mengajak Bertha singgah di cafe milik Edo tempat Bertha dulu mencari rezeki.
"Yang tidak apakan jika kita singgah ke kafe sebentar?"tanyanya pada Bertha.
"Iya tidak apa aku juga sudah kangen kesana jujur Bertha yang memang sejak dia tinggal bersama Edo,dia tidak boleh bekerja disana lagi."
"Boleh bernyanyi?"tanya Bertha.
"Nggak ah kita hanya sebentar saja,"hanya mau ngambil sesuatu yang tidak bisa diwakilkan.
"Ya kamu nggak asyik sungut Bertha."
Edo yang melihat Bertha cemberut membuat dia terkekeh yang menambah ketampanannya.
Bertha menikmati pandangan indah dan gratis itu dengan perasaan bersyukur atas hadiah Tuhan yang paling indah.
"Kenapa Tha natapnya begitu amat ada yang salah dengan wajah gantengku? ucapnya menggoda Bertha."
"Ia ada yang salah dengan wajahmu, ucap Bertha serius."
"Masak sih ucapnya sambil mencari barang berharganya apalagi kalau bukan hand pon miliknya untuk menjadikan sebagai kaca."
"Tidak ada ya,"ucapnya polos.
Melihat itu, Bertha tertawa terbahak -bahak.
"Yang salah itu rasa PD kamu yang mengarah ke sombong,"ucapan Bertha menyadarkan Edo bahwa Bertha mengerjainya.
"Kamu ya kata Edo tanpa memberikan waktu karena dia langsung mengglitiki Bertha."
"Ampun Yang ucap Bertha menyerah.Pak Wo yang menyaksikan kedua remaja itu hanya tersenyum."
Indahnya waktu pacaran ucapnya dalam hati.
Tanpa terasa mereka sudah sampai di parkiran khusus cafe.
"Den sudah sampai akhirnya supir mengingatkan karena mereka belum ada tanda mau turun."
"O.. iya pak kata Edo sambil menarik tangan Bertha lembut."
Seperti biasa mereka melewati pintu khusus.
Edo mengambil beberapa berkas yang ia butuhkan. Setelah memasukkan kedalam tas yang dibawa oleh Edo.
Merasa sudah mendapatkan apa yang dibutuhkan oleh Edo ia mengajak Bertha pulang.
Sambil berjalan Edo bertanya pada Bertha, sayang kapan kamu mulai masuk ke kantor?
Sebenarnya om mengajak sih untuk segara ikut aktif sambil belajar tapi nanti saja, aku belum siap.
Lagian om masih bersedia bekerja di sana sampai aku benar -benar sudah siap.
"O.. ya sudah siapkan dulu hati dan pikiran kamu karena di sana akan banyak hal yang sungguh membutuhkan ketegaran hati."
"Baik bos ucap Bertha antusias."
"Kamu ya buat aku gemas tahu."Ujar Edo sambil mengacak rambut Bertha.
Sampai diparkiran mereka langsung menaiki mobil milik Edo.
"Masih mau singgah atau langsung pulang den tanya pak Wo."
Langsung ngantar tuan putri saja deh pak.
Selesai menjawab pertanyaan dari supir mereka tidak ada pembicaraan lagi hening seketika hanya suara deru mesin mobil yang berpacu denda waktu .
"Besok aku jemput ya kata Edo dengan wajah serius,"ucapannya Edo bukannya bertanya melainkan suatu perintah.
"Mau langsung pulang atau singgah den?"pulang aja deh masih ada yang mau dibereskan dengan berkas tadi salam untuk om dan Joni ya.
"Da.. cantik ucap Edo sambil melambaikan tangannya."Bertha segera masuk dan hendak membersihkan diri karena sudah sangat gerah satu harian mutar -mutar.
Saat Bertha mau melangkahkan kakinya untuk menuju kamarnya ia melihat papanya dan Joni lagi bermain.
Ia pun menghampiri mereka, sore Pa dan adik gantengnya kakaknya sapanya.
"Sore sayang balas papannya dengan senyuman."
"Oia dek ini ada kakak bawa untukmu, semoga kamu suka ya ucapnya sambil memberikan pakaian yang mereka beli tadi."
"Aku suka kak bagus terimakasih ya kak ,"ucapnya sambil memeluk kakaknya.
"Syukurlah dek jika kamu suka kakak senang ni ambil semua ."
Joni sangat senang di tambah Bertha memberikan sebuah mainan mobilan yang cukup besar.
"Papa lihat deh mainannya bagus banget papa suka tidak? suka dong apalagi kalau kamu senang."
"Aku senang Pa ucapnya dengan gaya anak manja karena senang."
"Ya sudah deh kakak mandi dulu ya,"kasihan jika adek kakak yang ganteng ini mencium aroma yang tidak sedap.
"Ok kak,"Joni yang lagi senang atas mainannya segera bermain bersama papanya.
Bertha sampai kamar langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
Lima belas menit kemudian Bertha sudah siap dengan urusan membersihkan diri, dia terlihat segar.
Iapun turun untuk bermain bersama adiknya, ia memiliki kebahagiaan tersendiri jika bermain bersama adiknya mungkin karena sejak kecil dia tidak memiliki teman bermain.
"Wah asyik kali mainnya dek sapanya ketika dia sudah sampai dilantai bawah."
"Ia Kak ayo main sama aku kasihan papa sudah capek ujarnya polos."
"Ayo kita mulai,"ajak Bertha dengan mengambil remot dari tangan papanya.
Jadilah mereka bermain layaknya anak kecil,Dengan Bertha mengontrol lajunya sementara Joni sebagai supir.
Papanya yang menyaksikan kebahagiaan kedua anaknya ikut tersenyum bangga ia berdoa semoga kebahagiaan selalu menemani mereka.
"Sudah istirahat dulu, sebentar lagi kita makan malam."
Mereka segara memberhentikan bermainnya lalu duduk dekat papanya.
"Pa besok aku sudah mulai masuk kuliah ya."
"Baik nak mau diantar supir atau di jemput oleh nak Edo?"
"dia bilang mau jemput pa."
"Baik nak tetap jaga diri dengan baik ya papa percaya sama kalian tidak akan membuat hal yang tidak selayaknya, kamu mengerti maksud papa nak?"
"Iya Pa aku paham,"tidak usah kwatir kami bisa jaga kepercayaan papa.
"Ya sudah ayo makan,"biar cepat istirahat supaya cepat bangun.
Tidak bauk pertama masuk lsngsung terlambat .
Saat ini mereka sedang menyantap hidangan yang sudah disiapkan dengan nikmat.
"Aku antar papa kekamar ya pa tanya Bertha baiklah nak ayo ucapnya."
"Papa belum mau tidur kamu istirahat saja nanti papa panggil pak Ali untuk membantu papa."
"Ya sudah aku permisi ya pa,"jangan lama-lama begadangnya tidak bagus untuk kesegatan papa .
Setelah Bertha keluar dari kamar papanya diapun langsung menuju kamar Joni tetapi sudah di temani oleh nenek untuk beristirahat.
Iapun pergi kekamar sendiri, selesai membersihkan wajah dan menyikat gigi Bertha langsung merebahkan diri diranjang.
Tanpa menunggu lama ia sudah larut dalam mimpi hingga pagi menjelang.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments