Papa tidak perlu merasa bersalah seperti itu, sekarang papa istirahat ya nanti kita tidak terlambat untuk menjumpai dokter.
Bertha membantu papanya menuju ranjang, dan membantu merebahkan tubuh papanya itu.
Ia menarik selimut papanya dan kemudian berlalu untuk membiarkan papanya untuk istirahat.
Setelah dari kamar papanya ia bermaksud ketaman belakang untuk menyegarkan hati dan pikiran yang sempat terbawa emosi, akan sikap kedua orangtuanya.
Rasa sakit selalu muncul jika nengingat perkataan mamanya yang mengatakan bahwa lebih berharga sebuah vas bunga dari pada dirinya.
Bahkan selama dia pergi dari rumah neraka itu sekalipun mereka tidak pernah mencari untuk sekadar tanya kabar.
Saat ditaman ia menata hatinya untuk tidak bersedih dan menangis ,aku harus kuat tidak boleh cegeng aku harus sukses ,tidak untuk mereka menghina aku,Tuhan merencanakan yang indah untukku.
Mereka hanyalah kerikil kecil yang Tuhan kirimkan di dalam hidupku, aku akan tunjukkan bahwa aku kuat tanpa mereka.
Edo yang melihat Bertha dari balkon kamarnya turun untuk menyapa gadis pujaan hatinya, ia tidak mau melihat wajah wanita yang sangat dia cinta bersedih.
Saat ditaman ia segera menyapa Bertha, ya dia pikir Bertha bersedih karena perkataannya ketika berada di kantor.
"Tha kamu marah karena kataku tadi siang?"
Bertha yang terkejut segera menatap arah suara itu.
"Maksud kamu apa Do?"tanyanya karena memang ia tidak tahu akan maksud ucapan Edo.
"Ajakanku untuk menikah,"ucap Edo polos.
Bertha menggelengkan kepalanya,"bukan Do." Aku memang sedikit kesal sama kamu karena meragukan kesetiaanku degan angan -anganmu itu.
"Tapi aku tidak marah do,"aku hanya sedih melihat papa yang selalu menyalahkan dirinya atas semua yang pernah terjadi.
Bahkan dia menyalahkan dirinya atas kekeras hatian kakaknya.
"Apa maksud kamu papamu?"
"ya, jawab Bertha asal."
"Makanya aku minta maaf sama kamu,jika menolak untuk menikah sekarang aku mau sukses dulu baru kita menikah, biar mereka tidak selalu meremehkan aku ucap Bertha sedih."
Edo yang tidak tega melihat Bertha bersedih segara membawa Bertha dalam pelukannya.
"Maafkan aku Tha,"aku egois ha
nya memikirkan takut kehilanganmu saja tanpa mau tahu apa yang kamu inginkan,ucapnya tulus.
"Aku akan selalu membantu kamu untuk mewujudkan mimpi kamu, aku tidak akan biarkan seorangpun nenyakitimu."
"Aku berjanji Tha untuk itu."Maafkan aku atas perkataan yang tadi.
"Kamu tidak perlu minta maaf Do,"aku tahu kamu tulus sama aku, kamu telah membuktikan semuanya selama ini.
"Aku yang seharusnya minta maaf,karena hanya memikirkan mimpiku."
"Tapi kamu tahu Do jika aku sukses setelah menikah mereka akan lebih meremehkan aku ,karena berlindung dibawah kekuasaan kamu."
"Mohon biarkan aku dan papa tinggal dirumah kami ,kamu bebas datang kapan saja." Kata Bertha penuh permohonan."
"Baiklah Tha,"besok kalian boleh tinggal bersama dirumah kalian, tapi tolong jangan meninggalkan aku.
"Aku tidak mau meninggalkan kamu Do,"aku hanya mau hidup bersama papa dan adikku sebelum akhirnya kita menikah dan hidup bersama.
"Aku sangat mencintai kamu Tha,"aku tidak mau kehilangan kamu. Kata Edo sekali lagi berharap Bertha mau menunda keinginannya untuk pergi dari rumahnya.
"Kenapa kamu jadi cengeng Edo?"bukannya selama ini kita juga beda rumah, kita tinggal bersama hanya berapa bulan ini saja, ucap Bertha tidak percaya akan sikap Edo yang menurutnya tidak wajar.
"Iya aku tahu Tha,"hanya aku sudah terbiasa tinggal bersama kamu.
"Maafkan aku Do, tapi tolong mengerti aku, ucap Bertha memelas."
"Baiklah Tha, tapi sebelum masuk kuliah kamu masih bekerja sama akukan ?"
"Sepertinya tidak deh, bukannya asisten kamu sudah kembali ya? aku lebih baik balik bernyanyi deh, ucap Bertha untuk memancing emosi Edo."
"Tidak Tha, aku tidak mau kamu balik bernyanyi,"ucap Edo emosi.
"Kenapa sih lagian bukannya itu pekerjaan ku ya, ucapnya lagi."
"Bertha tahu saat ini Edo sangat emosi, karena pasti akan mengingatkan pada seorang pria yang ingin mengajak Bertha untuk bekerja sama berapapun bayarannya, bahkan jika ragu akan keselamatannya pria itu siap menikahi Bertha karena dia juga sangat mencintai Bertha."
Pria itu adalah pendengar setia Bertha jika sedang bernyanyi di cafe milik Edo.
Hampir setiap hari ia datang hanya untuk mendengar Bertha bernyanyi.
"Ha.... ha... Bertha tertawa melihat betapa lucunya ekspresi Edo saat ini."
"Kamu sengaja ya ngerjain aku ucap Edo sambil menghampiri Bertha, tapi ketika ia hendak menarik tangan gadisnya itu, malah berlari neninggalkannya."
Menyadari dirinya sedang dipermainkan Edopun mengejar Bertha, sehingga terjadilah kejar -kejaran seperti yang terjadi dalam film india.
"Wah romantisnya"ucap para pelayan rumah Edo. Aku senang melihat mereka sangat serasi, yang satu cantik dan rendah hati dan yang satu tampan dan baik, pasangan yang sangat serasi ucap bibi pengasuh Edo sedari kecil.
"Benar itu bi aku juga sepakat," ucap wanita satu lagi.
"Ya sudah ayo kita istirahat biarlah mereka memadu cinta,"dan kita memadu cinta dengan suami kita, ucap mereka sambil tertawa.
Sementara itu kedua insan yang sedang dimabuk asmara masih terus dengan kejar -kejaran sambil tertawa bebas, seolah mereka tidak memiliki beban hidup.
"Au... ujar Bertha ketika ia dapat ditangkap oleh Edo."
"Kenapa sakit ya,maaf ucap Edo memelas."
Bertha yang melihat Edo dengan mimik wajah memelasnya kembali berlari ke arah air mancur di taman belakang rumahnya Edo.
"Kali ini kamu tidak bisa lepas dari aku lihat saja ucap Edo sambil berlari mengejar Bertha."
Dengan sigap Edo memeluk Bertha dari belakang, dengan erat dia memeluknya.
"Kamu mulai nakal ya,"sekarang terima balasanku ucapnya sambil mencium kedua pipi Bertha bergantian tapi terus memeluknya.
Ampun.... ucap Bertha menyerah, karena akhirnya bukan hanya mencium kedua pipinya tetapi juga mengelitiki badan Bertha.
"Makanya jangan jahil ucap Edo sambil menarik tanganya."
Akhirnya Edo membawa Bertha duduk sambil menatap air yang terus memberikan kesejukan bagi setiap insan yang mampu merasakannya.
"Aduh capek keluh Bertha pada akhirnya."
"Mau diobati tidak?"ucap Edo menggoda.
"Caranya? tanya Bertha penasaran."
"Dicium ucap Edo sambil mengedipkan sebelah matanya."
"Dasar mesum kamu itu bukan ngobati namanya, malah buat tambah capek tahu,"ucap Bertha.
"Capek tapi nikmatkan? kata Edo."
Bertha yang mendengarkan itu merasa malu sehingga wajahnya berubah warna merana.
"Cie... mulutnya nolak tapi hatinya pengen goda Edo lagi."
"Mana ya ucap Bertha mencoba mengelak atas ucapan Edo."
"Kalau tidak kenapa wajah kamu berubah warna hemmm?" tanya Edo.
Bertha yang merasa malu akhirnya pergi meninggalkan Edo.
Melihat Bertha yang tersipu malu membuat Edo terkekeh.
Mengemaskan ucapnya dan kemudian ikut masuk ke dalam rumahnya dan menuju kamarnya.
Sesampai di kamar Bertha merebahkan dirinya untuk menenangkan detak jantungnya yang berdetak lebih cepat karena godaan Edo padanya.
Tidak beda jauh dengan Edo, dia masih tersenyum membayangkan kejadian ditaman rumahnya .
"Aku mau selalu seperti ini Tha, kamu selalu dalam pelukanku ,aku tidak mau sampai kamu pergi dariku ucapnya pada dirinya sendiri."
Perlahan matanya sudah terlelap bersama mimpi dan keinginan untuk selalu bersama Bertha wanita yang sangat dia cintai.
Jam menunjukkan pukul 15.10 penghuni rumah itu ternyata sudah bersiap untuk menuju rumah sakit
Kurang lima menit mereka telah sampai dirumah sakit, sedikit menunggu hingga akhirnya perawat memanggil nama Aldo.
Dokter yang menangani Aldo sangat
merasa senang atas perkembangan yang sangat cepat.
Hanya terhitung berapa kali saja, kaki Aldo sedikit -sedikit sudah bisa digerakkan sendiri.
"Bagus pak teruslah berlatih agar semakin cepat sembuh ucap dokter sambil tersenyum."
Ya cinta dapat mengubah semua sisi kehidupan seseorang, itulah yang dialami oleh Aldo setelah berjumpa pada gadis kecil yang sangat dia sayangi itu,semangatnya seolah penuh.
Selesai terapi dan menebus obatnya mereka segera berlalu dari rumah sakit, dan masuk ke mobil untuk segera pulang.
Didalam mobil Bertha mengutarakan rasa senangnya atas kemajuan kesehatan papanya.
"Pa aku senang deh sekarang papa sudah banyak perkembangan, sebentar lagi papa pasti sudah bisa jalan,kekeh Bertha karena senangnya."
"Ya itu berkat kalian nak yang selalu mendukung papa."
"Ya tapi tidak luput dari usaha papa jugakan?"gumam Bertha pada papanya.
Edo yang melihat kegembiraan mereka juga ikut tersenyum. Kita makan dulu ya om ujarnya kemudian.
Sampailah mereka di sebuah rumah makan yang sederhana tapi sangat asri, membuat mata terasa dimanjakan.
Akhirnya mereka memesan makanan yang mereka inginkan. Makanan telah tiba bahkan sudah ludes disantap oleh mereka.
Setelah makan mereka langsung pulang, dengan sesekali bercerita.
Dan tanpa terasa ternyata mereka telah sampai di depan rumah Edo.
Sampai di ruang keluarga Bertha mengajak papanya untuk bicara.
"Pa kita duduk dulu deh ada yang pengen Bertha omongin sama papa."
Aldo yang merasa ada yang serius duduk di sebelah anaknya."
"Ada apa nak?" sepertinya ada yang serius. Kata Aldo pada putri kesayangannya itu.
"Begini pa, kita besok pindah kerumah mama ya, kasihan juga Joni selalu bersama nenek terus."
"Ya.. papa tidak masalah nak,"hanya bagaimana dengan nak Edo?
"Edo tidak apa om, sudah biasa tinggal sendiri hanya dengan pengasuh dan karyawan yang ada di rumah ini."Kata Edo atas pertanyaan calon mertuanya.
Apa hakku menahan kalian om jika yang aku harapkan juga tidak menginginkanya.Batin Edo sambil menatap Bertha penuh arti.
Bertha yang ditatap merasa tidak enak hati, ia tahu atas tatapan Edo itu.
"Baiklah nak ,nanti papa suruh nenek datang, biar kita tidak perlu kesana."
Nenek yang dimaksud Bertha adalah pengasuh dia sewaktu kecil yang tetap bertahan sampai sekarang.
Wanita itu sangat senang bekerja dengan Edo, mereka diperlakukan seperti saudara bukan sebagai pembantu.
"Wah aku senang Pa jika nenek ikut serta kita ucap Bertha riang."
"Iya papa tahu itu nak makanya papa ingin nenek akan tinggal bersama kita."
Apa tidak dijemput saja om tutur Edo.
"Tidak usah nak biar nanti mereka kesini sekalian supir yang menjemput Joni kemarin, tambah Aldo."
"Baiklah nak sekarang papa mau istirahat,"sudah terasa pegal pinggang papa. Ucapan Aldo membuat anak muda itu tertawa bersama karena menurut mereka sangat lucu ekspresi Aldo saat itu.
Akhirnya Edo mengantar Aldo kekamarnya serta membantunya untuk berbaring.
Saya tinggal ya om selamat istirahat semoga mimpi indah.
Bersambung
Mohon maaf atas kesalahan dalam penulisan dukung terus dengan vote dan like.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments