Di sebuah taman kecil, banyak terdapat burung merpati yang sepertinya memang sengaja dipelihara untuk menyemarakkan suasana.
Rista tiba-tiba muncul dan mengulurkan tangan di depan kakaknya. "Minta duit dong," kata Rista kemudian.
"Buat apa sih Ris?" tanya Dika.
"Beli jagung buat kasih makan burung, di sana itu tu," kata Rista dengan menunjuk seorang pedagang jagung.
Dika kemudian merogoh sakunya dan mengeluarkan selembar uang sepuluh ribuan.
"Kok cuma sepuluh ribu sih Kak."
"Itu udah dapet Dik kalau jagung aja."
"Jagung kan buat makan burung lah terus buat makan aku apa?" kata Rista dengan menampilkan wajah sendunya.
"Tadi di cafe udah makan kan?"
"Iya, tapi pengen jajan itu," kata Rista sambil menunjukkan deretan pedagang jajanan.
"Jangan jajan sembarangan Dik, nanti kalau sakit perut gimana. Kita sekarang cuma berdua lo," ucap Dika kepada adiknya dengan sabar.
"Nih buat jajan," tiba-tiba Rina menyodorkan uang limapuluh ribuan kepada Rista.
"Tapi Rin."
"Udah sana, keburu Kakak kamu berubah pikiran," ucap Rina kepada Rista.
"Yey, Mbak Rina emang the best," kata Rista sambil menjulurkan lidah pada kakaknya.
"Tenang aja Dik, pedagangnya itu kelihatan bersih kok," kata Rina untuk menenangkan Dika.
Setelah Rista pergi meninggalkan mereka, suasana jadi terasa begitu canggung.
"Oh ya, tadi kamu ngajak ketemu pengen ngomongin apa? Nggak mungkin kan ngajak aku balikan," canda Rina untuk mengusir canggung.
"Bisa sih itu jadi misi terselubung," jawab Dika sambil terkekeh.
"Tck," Rina berdecak sambil memalingkan muka, namun tak lama kemudian dia kembali menghadap Dika. "Serius dikit napa," ucapnya kemudian.
Dika diam sekian waktu. Hingga akhirnya ia menarik nafas dan menghembuskannya kasar, seolah beban yang dipikulnya kini begitu berat.
Rina mbawa tubuhnya menghadap Dika dan meraih kedua bahu tegap yang nampak rapuh itu. "Dika, look at me."
Dika tak bergeming, dia masih melayangkan tatapan menerawang dan mengacuhkan Rina yang kini berada di sampingnya.
"Hey, I will leave you right now if you don't say anything!"
Kembali Dika menghela nafas. "Rin, aku nggak punya siapa-siapa," ucap Dika dengan pandangan menerawang.
Rina mengernyit mendengarnya.
"2 tahun lalu, Papa aku ditipu rekan bisnisnya. Tapi harta kami selamat, perusahaan juga selamat, tapi Mama yang nggak selamat."
Dika, menjeda ucapannya.
"Mama kamu..." Rina tak berani melanjutkan ucapannya.
"Mama masih hidup Rin..."
Mendengar ucapan Dika, Rina nampak menghela nafas lega, karena sebelumnya dia berpikir kalau mama laki-laki yang ada di sampingnya kini sudah meninggal.
"Mama masih hidup dan saat itu, tapi dia memilih meninggalkan kami dan hidup bersama laki-laki lain."
Kembali Rina menatap wajah sayu Dika. Jujur dia kaget, karena selama 2 bulan berpacaran, jika tak pernah sekalipun menampakan wajah sendunya. Dika di matanya adalah seorang yang pintar dan ceria, namun ternyata beban hidupnya tak bisa dianggap biasa.
"Tak lama setelah perceraian Mama sama Papa, Papa meninggal dalam sebuah kecelakaan. Dan di hari pemakaman Papa, Mama dan suami barunya datang mengambil Rista." Dika menjeda ucapannya dan kembali menghela nafas. "Saat itu aku tak bisa berbuat apa-apa selain membiarkan Rista pergi bersama mereka. Tak ada pilihan lain karena aku juga merasa belum mampu menjaga Rista yang masih kelas 5 SD."
Dika menengadahkan kepalanya untuk menghalau sesuatu yang hampir saja jatuh dari sudut matanya.
"Butuh sebuah pelukan?" tawar Rina sambil merentangkan kedua tangannya.
Tak perlu menunggu lama, Dika segera merengkuh tubuh mungil itu dan menjatuhkan keningnya pada bahu Rina.
"Jangan ditahan, keluarin aja," bisik Rina.
Cukup lama Dika bertahan dalam posisi itu, hingga tanpa mereka sadari sepasang mata dengan kilatan amarah tengah menatap mereka. Terlebih ketika Rina nampak mengelus punggung rapuh dihadapannya itu.
Namun tiba-tiba punggung Dika ditarik paksa dan dijauhkan dari Rina.
Bugh bugh bugh!
Serangan bertubi-tubi menghujam pada Dika kemudian. Dika yang sama sekali tak siap harus jatuh tersungkur mengenaskan.
"Mas udah Mas udah," Rina berusaha menahan tubuh pria yang tiba-tiba menyerang Dika ini.
"Dasar murahan!"
Plak!
Sebuah tamparan mendarat di pipi Rini.
Rina meraba pipinya dan menatap Rio tak percaya.
"Tolong, tolong!" Teriak Rista yang datang dan segera menghampiri kakaknya.
"Kak, Kakak nggak apa-apa?"
Dika menggeleng.
Menyadari bahwa dirinya mulai jadi pusat perhatian, Rio segera menarik Rina dan membawanya pergi.
"Kak, Kak Rina!" teriak Rista hendak mengejar Rina yang dibawa pergi oleh seorang laki-laki.
Saat Rista bangkit dan hendak mengejar Rina, Dika segera menahannya. "Udah udah."
"Itu Kak, Kak Rina dibawa kabur," kata Rista panik.
"Enggak Dik."
"Ihh, Kak Restu kok biasa aja sih!" geram Rista.
"Itu tadi cowoknya Rina," ucap Dika kemudian.
"Haa?!" Rista melotot tak percaya.
"Kok bisa sih Kak?"
"Ya bisa lah," jawab Dika sambil merapikan bajunya.
"Kasihan banget Kak Rina," kata Rista dengan mata sendu.
"Maksudnya?"
"Itu, aku tadi lihat Kak Rina ditampar sebelum di tarik pergi."
Mendengar ucapan Rista, Dika mendadak geram.
Kamu pikir kamu siapa. Berani-beraninya kasar sama Rina. Batin Dika dengan kilatan amarah di matanya.
"Kak," panggil Rista yang tiba-tiba menyadari perubahan yang terjadi pada kakaknya.
"Rista, kita pulang ya," ajak Dika pada adiknya.
"Kakak nggak apa-apa?"
"Nggak, ayo."
Mereka pun segera menuju rumah mereka lagi.
Sementara itu Rina kini sedang berada di mobil Rio tengah berjalan entah kemana.
"Sayang, maafin Mas ya. Tadi Mas cuma emosi lihat kamu di peluk kayak gitu."
Rina hanya diam sambil menatap ke arah luar jendela.
Melihat Rina mengacuhkannya, Rio segera menepikan mobilnya. Di la menatap Rina, namun reaksinya masih sama. Rina tetap mengacuhkannya.
Klik
Rio melepas seat belt-nya dan menghadap penuh ke arah Rina kemudian.
"Mas Rio mau ngapain?"
Bukannya menjawab, Rio justru mendekatkan wajahnya pada Rina. Menyadari apa yang hendak dilakukan laki-laki yang berstatus pacarnya ini, Rina segera memalingkan wajahnya untuk menghindari Rio.
"Sayang kenapa?" tanya Rio dengan senyum miringnya.
"Mas Rio yang kenapa?!" bentak Rina.
"Emang salah ya kalau aku marah ngelihat cewek aku dipeluk laki-laki lain. Itu tadi kalau nggak salah mantan kamu kan?!" ucap Rio dengan mata berkilat penuh emosi.
Melihat Rina diam, Rio semakin memojokkan nya.
"Mas," lirih Rina kala Rio terus mendekat.
Rio sama sekali tak menghiraukannya, dia justru semakin mendekat dan kian mengikis jarak. Rio berhenti tepat di telinga Rina. "Kamu cuma boleh jadi milik aku, nggak ada laki-laki lain yang boleh milikin kamu?!"
Rina kini gemetar, dia ingin segera berlari dari sana. "Mas, jangan bikin Rina takut?" lirih Rina setelah berusaha mengumpulkan keberaniannya.
"Kenapa sayang, apa yang kamu takutkan?"
Jemari Rio perlahan menyusuri wajah Rina hingga akhirnya dia berhenti di dagu lancip yang begitu menawan.
"Mas," lirih Rina lagi kala Rio menatapnya lapar.
"Apa sayang, kayaknya kamu nggak perlu diajarin lagi deh." Mata Rio yang kian berkabut membuat Rina semakin takut. Mau mundur pun tak bisa, apa yang harus dia lakukan sekarang?
"Udah diapain aja kamu sama pacar-pacar kamu dulu."
Rina menggeleng, wajahnya pias. Namun tak juga membuat Rio mundur.
"Mas, jangan gini," lirih Rina dengan suara bergetar.
"Mas jangan Mas, jangaaaaaaannnn!!!!"
TBC.
Alhamdulillah, selesai juga part ini dear.
Makasih ya yang udah bersedia mampir.
Semoga suka sama ceritanya.
Jangan lupa dukung author dengan meninggalkan jejak pada setiap kunjungan kalian.
Happy reading, love you all.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 500 Episodes
Comments
Paemam Ja
mungkin rio anak mamanya dika za thor
2021-10-07
0
Lia
yah...salah c Rina , emang murahan. baru kenal aja sama c rio mau disosor padahal masih hubungan sama c dika.
2021-07-08
1
R_armylove ❤❤❤❤
sakit???
2021-04-17
1