"Jadi?" Tanya seorang gadis yang asyik melahap es krim vanilla strawberry di hadapannya.
Merasa diacuhkan oleh 2 orang yang yang sedang duel adu diam, gadis ini pun segera meraih 2 gelas besar es krim yang sejak tadi belum tersentuh oleh yang punya.
"Ya udah deh, diam aja terus, tapi ini buat Rista ya," kata Rista mengambil alih es krim pesanan dua orang dihadapannya. "Kasihan banget sih kalian, udah dingin manis cantik kayak gini tapi dianggurin," ucap Rista seolah mengajak berbicara 3 gelas es krim dihadapannya.
"Jadi kamu adiknya Dika?" tanya Rina pada Rista.
"Hu'um," jawab Rista dengan mulut penuh es krim.
Mendengar itu, Rina terduduk makin lesu dengan bersandar pada kursinya.
Flashback 30 menit yang lalu
"Rin, mau ke mana?" tanya Dika sambil menahan pergelangan tangan Rina.
"Thanks a lot, aku nggak mau ganggu kalian berdua," sinis Rina sambil berusaha melepaskan diri dari cekalan Dika.
"Kamu ngomong apa sih?" tanya Dika yang tak paham.
"Terserah!" Rina berlalu begitu saja meninggalkan Dika. Dika nampak panik, sedangkan Rista hanya menatap heran.
Rina kemudian berlari meninggalkan cafe. Dia berusaha menemukan taksi atau ojek atau apapun yang bisa dia segera pergi dari sini. Namun sialnya hingga ia merasa lelah untuk berlari, tak ada satu pun kendaraan yang bisa ditumpangi. Namun sebelum itu, Dika sudah berhasil kembali menahan nya.
"Rina, kamu kenapa sih?" tanya Dika yang membawa Rina ke dalam pelukannya dengan paksa.
"Lepasin nggak!" teriak Rina sambil memukul-mukul dada Dika. Namun Dika justru semakin mengeratkan pelukannya.
"Kalau kamu nggak mau lepasin, aku bakal teriak nih!" ancam Rina. "Tol..., embf."
Dika berhasil membungkam mulut Rina sebelum ia berteriak. Namun cara Dika ini bukan yang seperti dilakukan oleh orang lain pada umumnya. Jika biasanya seseorang dibungkam dengan tangan, Dika justru membungkam mulut Rina dengan mulutnya.
Awalnya Rina memberontak, namun karena Dika masih bisa melakukannya dengan lembut Rina pun akhirnya terhanyut dan ikut mengalir dalam rindu yang tiba-tiba menggebu.
Suit suiittt
Sebuah siulan berhasil menyadarkan dunia Rina dan Dika. Dika segera melepaskan tautan bibirnya, kala dia sadar di mana posisi mereka. Mereka kini tengah berada di pinggir jalan tak jauh dari kafe sunflower tempat mereka bertemu sebelumnya. Sejenak dia menatap lamat wajah Rina, dan kembali membawa ke dalam pelukannya.
"Maaf. Maafin aku. Nggak seharusnya..."
"Diem!" potong Rina cepat sebelum Dika menyelesaikan ucapannya.
"Kamu balik aja ke dalam, kasihan dia kalau sampai salah paham."
Dika mengernyit mendengar ucapan Rina. "Kamu ngomong apa sih?" tanya Dika kemudian.
"Jangan ninggalin dia lama-lama, cepet balik gih."
"Ya udah ayo," kata Dika sambil menggenggam tangan Rina untuk kembali memasuki cafe.
"Kamu nggak punya hati banget sih. Cewek itu bisa salah paham kalau kamu ngajak balik aku dengan gendengan kayak gini."
"Ya udah aku lepasin," ucap Dika sambil melepaskan tautan tangannya. "Yuk," ajaknya kemudian.
Melihat Rina tak kunjung berjalan, Dika segera berbalik dan memegang bahu Rina. "Rina ayo masuk ke dalam, kasihan adikku kalau kelamaan nungguin," ucap Dika dengan sabar.
"Adik?" beo Rina.
"Iya adik. Ayo ah." Akhirnya Dika menarik Rina begitu saja, namun kali ini Rina menurut dan tidak memberontak seperti sebelumnya.
Adik? Jadi cewek yang jalan sama Dika beberapa hari yang lalu itu adiknya? Kok aku baru tahu sih kalau Dika punya adik? Ya ampun. Jadi ini semua cuma salah paham. Astaga ya Tuhan. Batin Rina.
Sepanjang perjalanan kembali ke kafe, Rina terus saja menatap sosok tinggi yang tengah menggenggam tangannya ini. Kali ini mereka berjalan dengan santai, tak lagi berlari seperti tadi. Hingga tiba di depan pintu cafe, Dika segera membuka pintu tanpa melepaskan genggaman tangannya.
Kenapa genggaman ini terasa begitu nyaman, seolah aku ingin memilikinya lagi? Rina.
Flashback Off
"Kamu kelas berapa sih?" tanya Rina pada sosok gadis yang tinggi namun sedikit kurus di hadapannya.
Rista hanya mengacungkan angka satu.
"Kelas 1, SMA?" lanjut Rina lagi.
Rista hanya menggeleng sambil menggerakkan tangannya menyilang berkali-kali. Kemudian dia mencoba memberi isyarat pada Rina untuk menunggunya menelan es krim yang masih membuat mulutnya sibuk. "Bentar ya Kak aku habisin dulu," kata Rista sambil mempercepat temponya memakan es krim.
Hingga tiba pada es krim ketiga, Dika segera menyerobot dari hadapan Rista dan melahapnya begitu saja.
"Yah Kakak, kirain udah enggak mau," ucap Rista kecewa.
"Kamu udah habis dua gelas loh, kamu nanti nggak bisa nambah tinggi kalau makanannya cuma es krim," ucap Dika sambil melirik Rina.
Rina merengut mendengarnya.
"Aku udah tinggi Kakak, bahkan lebih tinggi dari si Mbak ini," kata Rista.
Dika hanya mengacuhkannya, dan kini mulai bergulat dengan es krim di hadapannya.
"Oh iya, tadi Kakak tadi nanya apa?" tanya Rista begitu ingat tadi ada pertanyaan dari Rina yang belum sempat dia jawab.
"Kamu kelas 1 apa, SMA? Sekolahnya di mana?" tanya Rina bertubi-tubi.
"Hehehe, emang kau kelihatan segede itu ya Kak?" tanya Rista lengkap dengan cengiran nya.
"Iyaaaa, kamu kan emang lebih tinggi dari aku," ucap Rina lirih sambil memperhatikan postur tubuhnya. Jelas sekali dia memang nampak paling mungil saat berada diantara dua kakak beradik ini, walaupun sekarang posisinya sedang duduk.
"Aku masih kelas 1 SMP Kak, hehehe."
"Haaa!?" Rina membulatkan matanya tak percaya. Jangan lupa, mulutnya pun ikut menganga.
"Hmb," Rina kemudian menatap tajam pada Dika yang tiba-tiba memasukkan sesuatu ke dalam mulutnya tanpa permisi.
"Apa lo lihat-lihat! Iya tahu gua ganteng!" ketus Dika yang kembali asik dengan es krimnya.
Alih-alih marah, Rina justru mengulum senyum bahagia di bibirnya. Hingga datanglah sesendok es krim lagi yang berhenti tepat di depan mulutnya. Dia dengan sukarela membuka mulut dan melahapnya.
"Lah kok malah suap-suapan. Rista kan yang adiknya Kak Restu, kok malah Kakak ini sih yang disuapin!" protes Rista.
"Dia punya nama Ris, namanya Rina," kata Dika sambil kembali menyuapkan es krim ke mulut Rina.
Sejurus kemudian Rina memandang Rista dan tersenyum padanya. "Eh kok Restu?" ucap Rina tiba-tiba kala menyadari kalau Dika dipanggil dengan nama yang berbeda.
"Lah dia kan namanya Restu Kak."
Dika hanya mengangguk.
"Kamu jangan kebangetan deh Rin, 2 bulan pacaran masa nggak ngerti namaku," ucap Dika santai.
"Loh Kakak ini pacarnya Kakak? Kak Restu kok bohongin Rista, tadi katanya tapi ke sini mau ketemu temen."
"Iya awalnya dia pacarnya Kakak, tapi sekarang sudah enggak."
"Kok bisa enggak?" tanya Rista penasaran.
"Bocah diem aja deh, mau nambah es krim lagi?"
"Nggak! Aku cuma pengen tahu cerita Kak Restu sama kak Rina," ucap Rista dengan tampang penuh selidik.
"Rista Andini, Kakak ini namanya Rina Malinda. Sebelumnya, dia memang pacar Kakak kamu yang paling ganteng ini, tapi beberapa hari yang lalu kita putus. Nggak tahu sih alasannya Kakak tiba-tiba diputusin. Tapi meskipun udah putus, enggak dosa dong kalau kita temenan. Udah. Jelaskan?"
Rina tersenyum geli menatap interaksi kakak beradik ini. Maklum, dia adalah anak tunggal, jadi dia tidak tahu bagaimana rasanya punya saudara.
"Kenapa Kak Rina mutusin Kakaknya Rista, dia kurang ganteng? Atau jahat sama Kak Rina? Atau kalau cuma berantem balikan aja ya? Kayaknya Kak Rina baik deh," cerocos Rista dengan mata berbinar nya serta senyum ceria yang tak lepas dari wajahnya.
Glek
Rina menelan ludahnya dengan kasar.
Ini semua memang berawal dari salah paham, dan sepertinya Rina menyesalinya. Tapi apakah bisa?
"Udah Dik, Kak Rina juga udah punya cowok, jangan ngomong asal lagi ya."
TBC.
Alhamdulillah, selesai juga part ini dear.
Makasih ya yang udah bersedia mampir.
Semoga suka sama ceritanya.
Jangan lupa dukung author dengan meninggalkan jejak pada setiap kunjungan kalian.
Happy reading, love you all.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 500 Episodes
Comments
R_armylove ❤❤❤❤
mampir do k
2021-04-17
1
coni
5 like kak Senja
salam ANGKASA 🥰🥰
2021-04-08
0
Mey Yanti
makanya jangan suudzon dulu...
hah kesl q
2021-03-14
1