^^^Jangan lupa bagi jempolnya kawan.^^^
^^^Happy reading.^^^
Gadis yang biasanya ceria itu kini nampak murung. 2 hari pasca kejadian Rio memergoki dirinya bersama Dika, batin Rina masih begitu terluka.
"Sayang, makan dulu yuk," kata Mama Ririn pada putri kesayangannya.
Rina hanya menggeleng dan kembali menenggelamkan tubuhnya dalam selimut.
Tok tok tok
"Masuk Bi."
Cklek
"Maaf Nyah, di depan ada temannya Non Rina," ucap Bibi dari ambang pintu kamar Rina.
"Siapa Bi?" tanya Mama Ririn.
"Katanya namanya Rio Nyah," jawab Bibi.
Mendengar nama Rio disebut, Rina makin merapatkan selimutnya. Mama Ririn hanya mengelus tubuh putri kesayangannya dari balik selimut.
"Udah Bibi suruh masuk?" tanya Mama Ririn.
"Sudah Nyah," jawab Bibi.
Mama Ririn tak lagi menjawab, dia hanya mengangguk mempersilahkan bibi untuk kembali melanjutkan pekerjaannya.
Cklek
Dan pintu Rina pun kembali tertutup bersama hilangnya bibi di balik sana.
"Kamu mau ke bawah, apa Mama panggil dia ke sini?" tanya Mama Ririn lembut.
"Kalau Rina nggak pengen nemuin boleh nggak Ma?" ucap Rina dengan menyibak selimut untuk menampakan wajahnya.
"Emang dia siapa?"
Rina mendadak dilema. Jika sikapnya seperti ini, dia akan memberi kesan buruk untuk Rio. Sebenarnya tak masalah juga sih, karena Rina juga tak berminat untuk melanjutkan hubungan dengan Rio.
"Dia pacar baru kamu?" tanya Mama Ririn.
Rina hanya memandang sang Mama dengan tatapan ragu tanpa ada niat untuk menjawabnya.
"Sayang, kalau ada masalah diselesaikan baik-baik, jangan lari kayak gini," tutur sang mama.
"Tapi Rina takut ketemu sama dia Mah," ucap Rina akhirnya.
Raut berbeda tiba-tiba muncul di wajah mama, dan entah mengapa, Rina menyesal dengan ucapannya barusan.
"Rina, dengerin Mama. Apapun masalah kamu temuin dia sekarang, selesaikan saat ini juga. Dia nggak bakal berani macam-macam sama kamu, karena ini rumah kamu."
Glek
Rina menelan ludahnya susah payah.
Sepertinya kalaupun aku nggak putus sama Mas Rio, hubungan ku pun tak akan berjalan dengan mulus. Jadi nggak masalah rasanya kalau aku putus sebelum Mama tahu. Batin Rina.
"Oke deh Ma, Rina mau rapi-rapi bentar," ucap Rina sambil menyibak selimutnya dari tubuhnya dan berjalan menuju kamar mandi.
Setelah itu, dia beranjak keluar kamar. Saat menuruni tangga, Rio tampak duduk tenang dengan memainkan ponsel pintar di sebelah tangannya.
"Temannya Rina?" tanya Mama Ririn sambil menyuguhkan segelas sirup untuk Rio.
Rio segera memasukkan ponsel yang semula dipegangnya ke dalam saku dan bangkit untuk menyalami Mama Ririn.
"Saya Rio, pa..."
"Teman Rina Ma," potong Rina tiba-tiba sebelum Rio menyelesaikan ucapannya.
Rio sempat melirik Rina sebelum akhirnya kembali menatap Mama Ririn kala dirasa jabatannya tersambut.
"Oh, saya Ririn, Mamanya Rina," jawab Ririn dengan sesekali memandang putrinya dengan tatapan tak biasa. "Ya udah kalau gitu, saya tinggal dulu," lanjut Mama Ririn sambil beranjak meninggalkan Rina dan Rio di ruang tamu.
"Silahkan duduk Mas," kata Rina mempersilahkan Rio untuk kembali duduk. Sementara itu, dirinya mengambil posisi di kursi lain yang ada di ruang tamu.
Rio pun menggeser duduknya agar berada lebih dekat dengan Rina. "Kamu kenapa ngilang selama 2 hari. Masuk sekolah enggak, ditelpon nggak angkat, WA juga nggak ada respon," Rio menjeda ucapannya dan menatap Rina dalam. Diraihnya dagu gadis cantik di hadapannya itu untuk dibawa menoleh kearahnya. "Kamu masih marah?" tanya Rio kemudian.
Rina menggeleng dan kembali memalingkan wajah.
"Terus?" tanya Rio lagi.
Rina beberapa kali menghela nafas untuk mengusir ragu, sejurus kemudian dia memberanikan diri untuk membalas tatapan Rio. "Mas," panggilnya kemudian.
"Hmm?" dehem Rio sebagai jawaban.
"Kita putus aja ya?" ucap Rina ragu.
"Maksudnya apa?!" ucap Rio dengan suara meninggi.
"Mas," ucap Rina memelas dengan menatap was-was sekelilingnya.
Rio paham maksudnya. Rio kini berusaha keras meredam emosinya yang bisa meluap kapan saja. Setelah sebuah helaan nafas panjang, Rio meraih tangan Rina. "Aku khilaf kemaren Rin. Aku benar-benar emosi saat lihat kamu pelukan dengan mantan kamu," ucap Rio dengan sungguh-sungguh.
"Tapi Mas hampir ngerusak aku," balas Rina dengan suara mata berkaca-kaca.
"Rin, mungkin terlalu cepat, tapi aku benar-benar pengen milikin kamu selamanya. Aku benar-benar nggak rela kamu dekat dengan pria lain, apa lagi dia mantan kamu," ucap Rio dengan tatapan begitu dalam.
"Tapi mas, aku sama Dika beneran nggak ada hubungan lagi." Rina nampak menghela nafas lelah.
Rio terus menatap wajah murung gadis cantik di hadapannya itu. "Oke, kamu kasih aku penjelasan," jawab Rio yang kemudian meraih minuman di hadapannya.
Rina kembali menghela nafas, dan menceritakan semua kepada Rio dengan jujur, kecuali pada bagian dimana terjadi salah paham hingga tragedi kejar-kejaran yang berujung pada adegan ci**an dan pelukan di pinggir jalan antara dirinya dan Dika.
Rio mendengarkan dengan seksama, hingga saat Rina mengakhiri ceritanya, Rio meraih gelas di hadapannya dan menandaskan isinya dalam sekali teguk. "Rin, aku cinta sama kamu, dan aku nggak mau kamu dekat sama laki-laki lain dengan alasan apapun," ucap Rio dengan sorot tajamnya.
Rina memundurkan tubuhnya kala Rio kian mendekat.
Dukh!
Bahkan kini punggung Rina sudah merapat pada sandaran kursi. "Mas," lirih Rina dengan suara bergetar.
"Ehm!"
Suara berat itu berhasil menginterupsi Rina dan Rio. Rina kelabakan mendapati sosok Papanya yang berdiri diambang pintu.
Sementara Rio yang semula berada di depan tubuh Rina, dengan santainya bergeser dan duduk di kursi yang sama tepat disebelah Rina.
"Papa," ucap Rina yang bingung dan salah tingkah kala ditatap intens oleh papanya.
"Teman Rina?" tanya papa Reno dengan menatap Rio dan putrinya secara bergantian.
Merasa dibicarakan, Rio segera berdiri dan mengulurkan tangannya. "Saya Rio Om, pacarnya Rina," ucap Rio memperkenalkan diri dengan percaya diri.
Reno tak lantas menjawab. Dia melirik sekilas wajah putrinya yang terlihat murung. "Saya Reno, Papanya Rina," jawab Reno. Dia menatap tampilan Rio sekilas.
Nampaknya dia anak baik-baik. Tapi kenapa Rina sepertinya tak baik-baik saja. Ucap Reno dalam hati.
Tak mau terburu-buru untuk ikut campur, akhirnya Reno melepas jabatan tangannya.
"Ya udah, dilanjut ngobrolnya, saya ke belakang dulu."
Rio hanya mengangguk menanggapinya. Kemudian dia kembali duduk tepat di samping Rina.
Rina terus menatap sang papa. hingga akhirnya Ririn muncul dan mengambil alih tas serta jas yang Reno bawa. Saat itulah pandangan mereka bertemu, sorot mata layu dari Rina dan sorot mata penuh tanya dari kedua orang tuanya. Tak ingin membuat orang tuanya cemas, atau lebih buruknya mereka hilang kepercayaan padanya, Rina segera memutus kontak diantara mereka.
"Kok Mas bilang kalau Mas pacar Rina sih," protes Rina.
"Ya emang kita pacaran kan?" bela Rio.
"Iya, tapi kan..." Rina diam, tak berani dia melanjutkan ucapannya.
"Rin, kamu nurut aja sama aku. Jangan khawatir, aku cinta sama kamu, aku serius sama kamu," ucap Rio dengan nada serius.
"Tapi Mas..."
Rio meletakkan telunjuknya tepat di depan bibir Rina. "Kamu nurut, atau bakal ada orang lain yang tahu gimana mesranya kita saat bersama."
Rina membulatkan matanya tak percaya.
TBC.
Alhamdulillah, selesai juga part ini dear.
Makasih ya yang udah bersedia mampir.
Semoga suka sama ceritanya.
Jangan lupa dukung author dengan meninggalkan jejak pada setiap kunjungan kalian.
Happy reading, love you all.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 500 Episodes
Comments
atmaranii
s Rio mah posesif
2021-06-03
1
mrs collins ford
udah pny pcr yg sayang dan pengertian, malah milih yg posesif dan egois
2021-04-20
4
R_armylove ❤❤❤❤
kamu tu ya rio... kasar kali
2021-04-17
1