"Sayang, Rin, Rina," panggil Dika sambil menepuk pelan pipi Rina.
"Cewek lu napa Res?" tanya Tommy kakak kelas Dika yang merupakan rekan satu timnya.
"Tidur nih, kelamaan nunggu kayaknya," kata Dika.
"Lu tadi ke sekolah bawa apa?" tanya Tommy.
"Bawa si ninja gua," jawab Dika sambil memandangi Rina.
"Bawa aja nih mobil aku, motor kamu aku yang bawa," kata Tommy sambil menyerahkan kunci mobil pada Dika.
"Oke deh ntar sore aku balikin," kata Dika sambil menyerahkan kunci motornya. Akhirnya mereka keluar dari ruangan laboratorium dengan Dika menggendong Rina ala bridal style.
"Cewek lu sekolah di mana?" tanya Tommy.
"Di Karya Bangsa?" jawab Dika.
"Aku kayak familiar deh sama wajah nih anak," kata Tomi sambil sesekali menatap wajah Rina yang ada di gedongan Dika.
"Masa?"
"Iya, tapi aku lupa dimana."
Dika hanya tersenyum menanggapinya.
Di parkiran, Tommy membantu Dika untuk membuka pintu mobilnya.
"Thanks ya," kata Dika.
"Santai aja, kayak sama siapa."
Tommy kemudian menjauh dan menuju tempat dimana Dika memarkirkan motornya.
Dika POV
Ada yang heran mungkin kenapa Tommy tadi memanggil aku dengan sebutan Res? Jangan heran ya, karena memang nama lengkap ku adalah Restu Andika. Hanya keluarga dan orang sekitar rumahku yang memanggilku dengan sebutan Restu. Di luar itu termasuk teman-teman di sekolah biasanya memanggilku Dika atau Andika. Aku adalah sulung dari dua bersaudara. Aku punya seorang adik perempuan yang usianya terpaut 4 tahun lebih muda.
Tommy yang tadi meminjamkan mobilnya itu adalah tetanggaku. Rumahnya hanya berjarak sekitar 100 meter dari rumahku. Tak heran jika dia cukup akrab denganku.
Well, ada yang penasaran kah bagaimana awal pertemuan ku dengan Rina. Aku pertama kali bertemu dengan Rina ketika kami masih duduk di bangku SD. Kala itu kami tengah mengikuti sebuah olimpiade yang kebanyakan diikuti oleh anak kelas 6 karena bagi 5 peserta dengan nilai tertinggi akan langsung mendapatkan beasiswa masuk besok sekolah negeri terbaik di kota kami. Saat itu aku masih kelas 5 SD sedangkan Rina sudah kelas 6.
Flashback On
"Hai," sapa seorang gadis kecil kepadaku.
"Hai juga," jawab ku.
"Kamu dari sekolah mana?" tanya gadis kecil.
"Aku dari sekolah terpadu Cendekia," jawab ku.
"Kalau aku dari SD negeri 5,” jawabnya.
"Nama kamu siapa? Aku Rina" kata gadis itu.
"Aku Restu," jawabku sambil menjabat tangan gadis itu yang sebelumnya sudah terulur.
"Kamu kelas 6 juga kan?" tanyanya.
Aku menggeleng.
"Wah terus. Udah SMP jangan-jangan," tanya ke Rina kaget.
"Aku kelas 5," lirihku.
Jelas sekali aku lihat Rina menatap sambil tersenyum remeh.
"Kenapa emang?" tanya aku karena aku merasa tak ada hal lucu yang terjadi di sekitar kami.
"Ya pantes aja kamu masih kecil, emang kamu ternyata juga masih kelas 5," kata Rina.
"Nggak masalah kan? Toh meskipun aku masih kelas 5 enggak menutup kemungkinan nilai aku lebih tinggi dari kamu nanti," terangku.
"Iya iya, aku percaya kok. Lagian anak kelas 5 yang punya nyali ikut olimpiade kayak gini pasti masuk jajaran murid pintar. Ya kan?"
"Terus tadi apa yang kamu ketawain?" protes ku pada Rina.
"Ya ampun jangan marah adik. Ya aku tadi kok bisa-bisanya sempet mikir kalau kamu itu anak SMP, padahal tubuhmu aja masih sekecil ini dengan tinggi badan di bawahku juga," jawabnya dengan senyum manis itu.
"Suatu saat jangan pangling ya kalau aku nemuin kamu dengan tinggi badan yang sudah melampaui kamu," kataku.
"Oke oke, dah mulai tuh, good luck ya," kata Rina.
Dan kami pun memulai olimpiade dengan serius.
Flashback Off
"Sayang, bangun yuk udah sampai rumah nih," kataku sambil menepuk-nepuk pelan pipi Rina.
"Enngghhh..." Bukannya bangun Rina malah menyamankan tidurnya.
"Sayang kalau aku sekarang gendong kamu masuk rumah dengan kondisi lagi tidur kayak gini bisa-bisa langsung di kawinin nih nanti," kataku sambil mengelus pipinya.
"Iya nih melek melek nih," kata Rina sambil berusaha membuka matanya.
Aku mencubit gemas hidungnya.
"Aku haus, ada minum nggak?" tanya Rina dengan suara parau nya.
"Eh, kok di mobil sih!" ucap Rina tiba-tiba kala menyadari kami sekarang tengah berada di dalam mobil.
"Iya ini mobil Tommy," jawabku sambil menyerahkan sebuah botol minum yang baru saja ku ambil dari dalam tasku.
"Oh," jawab Rina sambil membuka tutup botol dan kemudian meminum isinya.
"Kok soda sih," protes Rina kala merasa tak nyaman dengan cairan soda yang menyentuh lidahnya.
"Memangnya kamu kira apa?"
"Air putih," jawabnya dengan bibir mengerucut.
Cup
"Dika!"
"Apa sayang," jawabku dengan senyum.
"Bisa nggak sih kamu nggak nyium-nyium seenaknya," gerutu Rina.
"Ngerti ku tuh enaknya nyium-nyium," jawab ku santai.
Rina semakin memanyunkan bibirnya, ditambah dengan muka masam habis bangun tidurnya.
"Masuk gih," lanjutku kemudian.
Rina segera melepaskan seat belt, kemudian memutar tubuhnya mengarah kepada ku.
"Kamu nggak mampir?" tanya Rina.
"Aku langsung aja ya?" tolak ku.
"Udah nyulik aku, terus pulangnya sesore ini, tanpa ngasih makan, terus mau langsung kabur gitu aja?"
Ya ampun kenapa Rina bisa semenggemaskan ini sih. "Iya deh iya aku masuk."
Kami pun keluar mobil bersama-sama. Tak ada adegan aku lari memutar dan membukakan pintu mobil untuknya. Meskipun itu romantis tapi menurut kami itu tak realistis.
"Assalamualaikum, sore Mama, Papa, Rina pulang!" teriak Rina saat baru saja masuk rumah.
"Waalaikumsalam. Ya ampun Rin, kurang-kurangin napa teriak-teriaknya, nggak malu apa ada Dika disini," kata Mama Rina yang ternyata tengah nonton TV.
"Nggak apa-apa Tante, Dika udah biasa diteriakin Rina," jawabku sopan.
"Kamu duduk gih, Rin bikin minum ya," kata Mama Rina.
"Enggak usah Tante, Dika mau langsung balik," kataku.
"Kok buru-buru banget sih," kata Mama Rina.
"Ya Tan soalnya mau buru-buru balikin mobil."
"Kenapa kok pakai pinjam mobil?" tanya Mama Rina.
Aku tersenyum dengan ekor mata menatap Rina yang nampak masih mengantuk dan menyandarkan kepalanya di kursi. Mama Rina paham dan segera melihat putrinya.
"Rina tadi kecapekan nunggu aku Tan, sampai ketiduran, dibangunin nggak bisa makanya aku dipinjemin mobil sama teman. Maaf ya Tan Rina sampai belum makan dari tadi," terangku pada Mama Rina.
"Kalau Rina belum makan berarti kamu juga belum dong?"
Aku hanya tersenyum, mau ngangguk malu, nggak geleng bohong dong.
"Nggak ada alasan, ayo kalian cepat belakang terus makan," interupsi Mama Rina kemudian menarikku dan Rina menuju ruang makan di rumah ini.
"Om belum pulang Tan?" tanya aku kala belum mendapati sosok Papa Rina sejak kami masuk tadi.
"Belum, Papa lagi dinas keluar kota selama 2 hari," terang mama Rina.
"Wah kok nggak pamit sama Rina sih!"protes Rina.
"Kamu cek deh hp kamu, Papa tadi berusaha nelpon kamu berkali-kali loh tapi nggak ada satupun panggilan yang kamu angkat."
Buru-buru Rina mengambil hp dari dalam tasnya. Menscrol dan mata membelalak setelahnya. "Yaahhh," Rina mendesah.
"Udah, sekarang makan, dua hari lagi papa juga pulang kok."
Kamipun makan dengan tenang. Hangat sekali memang keluarga Rina. Ingin rasanya aku segera masuk dan menjadi bagian di dalamnya.
TBC
Alhamdulillah, selesai juga part ini dear.
Makasih banyak ya, yang udah mau mampir.
Tinggalkan jejak ya sebagai dukungan buat author.
Thank you so much, love you all.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 500 Episodes
Comments
Ria Diana Santi
cemungut.
2021-03-15
2
Mey Yanti
yg umur lbh tua lom tentu pikiran dewasa loh.ntar nyesel loh rin...
2021-03-14
1
ARSY ALFAZZA
mantap 👍🏻
2021-03-07
1