"Dika, are you okay?"
Mendengar itu, Dika mendadak ragu. Dia menjauhkan ponsel pintarnya dari telinga dan menatap nama orang yang tengah diajaknya berbicara saat ini. Dika segera meletakkan ponsel di dadanya sebelum akhirnya dia memejamkan mata untuk mengumpulkan keyakinannya. Keyakinan untuk mengungkapkan atau keyakinan untuk tetap merahasiakan. Dika menarik nafas dalamnya sekali lagi, sebelum akhirnya dia menatap layar ponsel yang masih menunjukkan aktifnya sebuah panggilan. Saat Dika kembali mendekatkan ponselnya ke telinga, ternyata Rina di seberang sana masih sesekali memanggil namanya.
"Rina, apa aku masih boleh ketemu sama kamu?" tanya Dika ragu.
^^^"Sure, kenapa mesti nggak boleh?"^^^
"Apa boleh siang ini?" tanya Dika.
^^^"Emmm, habis ini aku mau nemenin mama ke rumah nenek, mungkin kita bisa ketemu di sana," jawab Rina.^^^
"Jangan di rumah Nenek kamu deh, aku takut baper kalau ketemu Tante," tolak Dika.
^^^"Halah, dasar bocah. Terus kamu maunya gimana?"^^^
"Di dekat sana ada tongkrongan enggak?" tanya Dika.
^^^"I'm not sure. Aku kabarin nanti deh ya. Kalau memungkinkan kamu bisa berangkat. Kalau nggak mungkin next time."^^^
"Oke see you."
^^^"See you," jawab Rina.^^^
Bip
Setelah mematikan sambungan teleponnya, Dika segera beranjak dari ranjangnya untuk melihat sang adik di kamar sebelah.
"Rista," ucap Dika ketika baru saja dia membuka kamar sang adik.
Rista yang ternyata sudah bangun segera mendongak dan tersenyum pada kakaknya.
"Kak, Rista nganggu Kakak nggak kalau Rista tinggal di sini," tanya Rista begitu Dika menghampirinya yang tengah duduk menghadap jendela.
"Dik, dulu Kakak ngebiarin kamu pergi sama Mama dan Om Rudi karena Kakak ngerasa belum mampu ngajaga kamu. Kalau sekarang, Kakak malah merasa senang kalau kamu memang mau tinggal sama Kakak," ucap Dika sambil mencium puncak kepala Sang Adik.
Mendengar itu semua, Rista segera memutar tubuhnya dan memeluk Sang Kakak yang berdiri disampingnya.
"Yuk sarapan, Bibi udah selesai nyiapinnya," kata Dika pada Sang Adik.
Rista pun segera bangkit dan berjalan beriringan dengan Dika menuju meja makan.
"Loh ada Non Rista juga ternyata?" tanya bibi kaget karena mendapati keberadaan Nonanya tiba-tiba.
"Iya Bi, Rista udah tinggikan sekarang," jawab Rista dengan senyum cerianya.
"Iya, Non lebih tinggi dari Bibi malah sekarang," kata Bibi sambil menuangkan air minum di gelas Rista.
"Bibi mau beberes di belakang ya," pamit Bibi membiarkan majikannya menikmati sarapan.
"Makasih Bi," ucap Dika.
"Sama-sama Den," jawab Bibi sambil berlalu.
"Makan yang banyak Dik."
Rista hanya mengangguk. Merekapun akhirnya sarapan dalam diam.
...***...
Drrttt ddrrttt ddrrrtt
Mendengar getaran dari ponsel yang ia letakkan di atas meja, Dika segera meraihnya dan mengalihkan sejenak pandangannya dari tumpukan buku yang kini sibuk dipelajarinya. "Halo, Rin," ucap Dika pada Rina yang kini tengah menelponnya.
^^^"Ini aku udah di rumah Nenek, nggak jauh dari rumah Nenek ada cafe sunflower, kita ketemu di situ ya."^^^
"Rumah nenek kamu daerah mana?" tanya Dika.
^^^"Aku share-loc ya, bentar," jawab Rina sejenak menjauhkan ponselnya dari telinga. "Udah," katanya lagi kemudian.^^^
Mendengar ucapan Rina, Dika segera menjauhkan ponsel itu dari telinganya dan melihat pesan yang baru saja diterimanya. "Oh, aku ngerti," jawab Dika setelah mengecek pesan yang baru saja dikirim Rina. "1 jam lagi aku nyampe sana," lanjut Dika.
Panggilan pun terputus, membiarkan keduanya bersiap untuk sebuah pertemuan dengan status yang berbeda.
"Ris, buruan siap-siap. Abis ini ikut Kakak ya," kata Dika saat baru saja menghampiri adiknya.
"Mau ke mana Kak?" tanya Rista.
Dika menghela nafas resah. Ingin sekali dia berkata jika akan mengajak Rista untuk bertemu dengan Rina kekasihnya, namun sayang itu hanya akan menjadi inginnya saat ini. "Ketemu temen Kakak," ucapkan Dika akhirnya.
"Cowok apa cewek?" tanya Rista lagi.
"Cewek."
"Pacar Kakak?" tanya Rista kian penasaran.
"Tck," Dika berdecak kesal. "Udah ayo jangan banyak tanya," lanjut Dika kemudian.
Dika kemudian pergi meninggalkan adiknya untuk bersiap-siap.
1 jam kemudian.
"Kak..." panggil Rista sambil bergelayut manja pada lengan kakaknya.
"Apa sih?" kesal Dika.
"Anterin ke toilet aku kebelet..." rengek Rista pada kakaknya.
"Ogah. Ke toilet sendiri sana, jangan manja deh."
"Yah Kak, nanti kalau aku diculik gimana? Kan aku masih anak-anak."
"Nggak bakal ada yang ngira kalau kamu masih kelas 1 SMP Dik. Teman kakak yang sekarang udah kelas 3 SMA aja badannya nggak segede kamu," jawab Dika sambil membayangkan Rina yang tubuhnya begitu mungil.
"Yahh Kakak," rengek Rista lagi.
"Udah, sekarang sana ke toilet sendiri ya, adiknya Kak Restu yang paling pintar. Nanti Kakak tunggu di dalam. Cafenya juga nggak gede-gede amat kok."
Rista kemudian berjalan dengan menghentak-hentakkan kakinya menuju toilet. Tak lupa mulutnya terus saja merutuki kakaknya yang yang ia rasa tak perhatian padanya.
Dika kemudian segera melangkah memasuki cafe. dia ingin mencari tempat terlebih dahulu sebelum menghubungi Rina. Namun baru saja ia mulai mengedarkan pandangan, netranya sudah terlebih dahulu menangkap sosok yang hendak ditemuinya hari ini. Sudut bibirnya terangkat membentuk sebuah lengkungan. Rasa rindu yang berusaha dikuburnya dalam akhir-akhir ini, bangkit begitu saja tanpa permisi. "Rina," gumam Dika dengan langkah yang begitu bersemangat segera menghampiri sang pemilik nama. "Sudah lama?" tanya Dika yang diam terpaku di samping Rina.
Rina yang terkejut dengan kedatangan Dika yang baginya begitu tiba-tiba. Ia sontak berdiri dan memeluknya erat. Namun hal itu tak berlangsung lama. Karena Rina baru saja sadar kalau status mereka kini telah berubah. Saat Rina hendak menjauhkan tubuhnya dari Dika, dengan sigapnya Dika menahan tubuh Rina dan membawanya ke dalam pelukannya.
"Dika."
"Please, bentar aja."
Mendengar kata-kata itu, Rina yang semula ingin mundur kini justru tubuhnya kian merapat.
Mereka tahu jika kini semua sudah berubah. Namun entah mengapa, rindu ini begitu menggebu hingga akhirnya mereka berupaya untuk menawarkan rindu. Sekian waktu mereka tetap bertahan berdiri merapat dalam sebuah pelukan hangat, hingga tiba-tiba sebuah suara mampu menciptakan jarak antara mereka berdua.
"Maaf Mbak Mas, udah siap pesan?" tanya seorang waiters yang sudah berdiri di samping mereka.
"Ehm," Dika berdeham untuk sekedar mengusir canggung dan menetralkan perasaan diri, sementara Rina segera duduk di kursi dan merapikan rambut yang sebenarnya tak bermasalah sedikitpun.
"Es krim coklat 1, vanilla strawberry 1, sama vanila coklat 1."
"Nambah apa lagi Mas?"
"Rin, makanannya kamu yang pesan ya," ucap Dika sambil menyodorkan menu kepada Rina.
"Kok tadi es krimnya 3?" tanya Rina sambil membolak-balikkan daftar menu di tangannya.
"Aku ngajak seseorang," jawab Dika sambil menyandarkan tubuhnya di kursi.
"Kak...!"
Degh!
Rina menoleh kearah suara itu. Matanya membulat seketika. Ada amarah yang tiba-tiba menyeruak dan membuat dadanya sesak. Itu kan gadis yang jangan sama Dika waktu itu. Batin Rina.
Seorang gadis menghampiri Dika dan memanggilnya. Dika pun bangkit dan mempersilakan gadis ini untuk duduk. Jadi ini maksud Dika ngajak ketemuan. Mau pamer kemesraan? Geram Dika dalam hati. Rina meletakkan menunya kasar di atas meja.
dia segera bangkit meninggalkan Dika disana begitu saja.
"Rin, mau ke mana?" tanya Dika sambil memegang erat pergelangan tangan Rina.
"Thanks a lot, aku nggak mau ganggu kalian berdua," sinis Rina sambil berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Dika.
"Kamu ngomong apa sih?"
"Terserah!" Rina berlalu begitu saja meninggalkan Dika. Dika nampak panik, sedangkan Rista hanya menatap heran.
TBC.
Alhamdulillah, selesai juga part ini dear.
Makasih ya yang udah bersedia mampir.
Semoga suka sama ceritanya.
Jangan lupa dukung author dengan meninggalkan jejak pada setiap kunjungan kalian.
Happy reading, love you all.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 500 Episodes
Comments
R_armylove ❤❤❤❤
salah paham km neng 😞
2021-04-09
2
Nia Kurniawati
lah Rina main marah aja.salah paham dia😁
2021-02-26
2
Boboiboy Glacier
aihh sabar donk
2021-02-24
1