"Hey Rina, hey Rina, dirimu sedang apa (pakai nada hey tayo ya, 🤭)," tanya Nita kepada Rina saat dia baru saja menghampiri di tempat duduknya.
Kepala yang sebelumnya menelungkup di atas meja pun diangkat oleh Rina. "Bisa nggak sih enggak usah berisik," desis Rina kemudian.
"Wow wow wow...., ada apa nih. Kecut bener tuh muka dari pagi."
Rina menggeleng dan kembali menelungkup kan kepalanya di atas meja. Nita kemudian melakukan hal yang sama dengan Rina. Kini wajah mereka berhadapan.
"Ada apa sih, coba deh cerita. Siapa tahu kita bisa cari jalan keluarnya bareng-bareng."
Rina segera menegakkan tubuhnya. Otomatis wajahnya pun terangkat.
"Kayaknya jadi jomblo bukan ide yang buruk deh."
Nita mengernyit heran. "Kamu sama Dika putus?" tanyanya.
Rina menggeleng.
"So next?"
"Aku ngerasa nggak cocok aja sama Dika."
Nita menghela nafas. "Oke, on what cases?"
Rina kemudian mengernyitkan dahinya. Dia nampak berpikir.
Melihat Rina yang diam dan sedang berfikir, Nita kembali bertanya, "kamu nggak tahu masalahnya apa?"
Rina mengangguk.
"Tapi pengen putus?"
Rina mengangguk lagi.
"Kamu naksir sama orang lain?"
Rina terdiam. "Aku emang pengen punya pacar yang lain, maksudku yang lain dari Dika..." Rina menggantung ucapannya. "Aku pengen punya pacar anak kuliahan deh seenggaknya," lanjutnya kemudian.
"Anak kuliahan? Siapa emang?" tanya Nita penasaran.
"Ya nggak tahu, cuma aku capek pacarannya sama brondong melulu."
Brak!
"Ya ampun!" teriak Nita sambil menggebrak meja. Sontak Rina segera menutup telinganya.
"Ckckckck," dia berbicara dengan kepala menggeleng-geleng.
"Apaan sih. Santai aja kali, nggak usah teriak-teriak. Aku nggak budeg kampret," desis Rina dengan geramnya.
"Emang masalahnya apa sama usia Dika. Selama ini dia bisa ngimbangin cara pikir kamu. Malah menurutku, kayaknya kamu yang lebih kekanak-kanakan daripada dia."
"Bela aja terus. Sekalian pacarin aja tuh bocah," ketus Rina.
"Ih apaan, aku kan lagi mesra-mesranya sama Niko."
"Nah kan, kalau dikasih berondong juga nggak mau kan," cibir Rina.
"Yaaa. Aku kan cintanya sama Niko, makanya aku jadian sama dia. Lagian ya, kalau nggak suka kenapa diterima. Yang nembak duluan tuh bocah kan bukan kamu."
Rina diam sambil meniup-niup poni di dahinya.
"Ya kan dulu aku suka," ucap Rina tak bersemangat.
"Terus sekarang nggak suka?"
Rina mengangguk lemah.
"Nggak suka sama apanya?" tanya Nita lagi.
"Aku nggak mau sama brondong."
"Ya ampun...." ucapan Ita menggantung saat bel pulang berbunyi dengan nyaring.
"Udah deh kayaknya kalau masalah ginian aku nggak bisa bantu. Aku balik dulu ya, Niko udah nungguin."
"Mau ke mana sih?" tanya Rina penasaran.
"Mau mojok..." ucap Nita sambil berlalu.
"Eh, Nit!" panggil Rina.
"Bye Rina..." ucap Nita sambil melambaikan tangannya.
"Yah ditinggalin deh," gumam Rina sambil merapikan alat sekolahnya.
Ddrrrrt ddrrtttt ddrrrtt
Rina melihat sekilas siapa yang kini menelponnya. Dia nampak ragu namun akhirnya nya dia pun menerima panggilan itu. "Halo."
"Halo sayang, udah pulang kan?" tanya seseorang di seberang sana.
"Eemmm, udah bel ini. Aku siap-siap mau pulang."
"Tunggu aku di gerbang ya, aku jemp..."
"Kalau repot enggak usah aku bisa pulang sendiri," potong Rina cepat saat Dika belum menyelesaikan ucapannya. Iya, yang sekarang menelpon Rina adalah Dika, adik kelas yang sekarang menjadi pacar Rina.
"Kamu ngomong apa sih, nih aku udah berhenti di gerbang sekolah kamu. Kamu cepet keluar ya, aku tunggu."
Bip
Dan panggilan pun berakhir. Rina memandang layar ponselnya tak percaya.
"What the...., aaarrgghhh!"
Rina kemudian menggendong ranselnya dan berjalan menuju gerbang sekolah dimana Dika menunggunya. Dia berjalan sambil ngedumel tak jelas.
"Awhhh!"
Rina nyaris saja jatuh ketika tanpa sengaja dia menginjak tali sepatunya yang terlepas. "Ya ampun apa-apaan sih ini." Rina kembali menggerutu sambil berjongkok dan mengaitkan tali sepatunya.
Nampak dua orang siswi berjalan dengan katawa-ketiwi dan menatap genit terhadap suatu objek."Eh lihat deh, tuh cowok cakep bener sih."
"Iya, ya ampun gemes deh."
"Tapi kayaknya bukan dari sekolah kita deh, lihat aja seragamnya."
Rina kemudian mendongak untuk melihat siapa yang tengah mereka. Dan ternyata benar firasatnya, yang dimaksud adalah Dika.
Maunya sih bodo amat, tapi panas juga kupingnya mendengar pacarnya dipuja seperti itu.
"Eh lihat deh, dia ngelihat ke arah kita, ya ampun!" pekik salah seorang gadis dengan rambut sebahunya.
"Ya ampun, dia melambaikan tangan."
Rina hanya mendengus sebal, kemudian dia berjalan melewati ketiga gadis itu. Dia sengaja berhenti tak jauh dari gerbang dan pura-pura mengecek ranselnya. Melihat Sang Kekasih berhenti, Dika pun berjalan menghampirinya.
"Ada apa Rin," tanya Dika saat melihat Rina mengaduk-aduk tasnya seakan tengah mencari sesuatu.
Dasar cewek centil, mampus kalian. Mau ganjen ternyata pacar orang. Rina kemudian menyunggingkan senyum kemenangan sambil melirik ke arah ketika gadis yang semula memuja kekasihnya. Nampak jelas mereka menunjukkan raut wajah kecewa melihat Rina adalah sosok yang tengah dinanti cowok tampan yang ternyata itu adalah Dika.
"Nyariin pujaan hati aku, eh ternyata bukan nya di dalam tas tapi malah udah berdiri di hadapan aku."
Dika cengo.
Ini beneran Rina kan? "Bisa ngegombal juga ya kamu," ucapnya sambil mencubit gemas hidung Rina.
Rina hanya mendongak pasrah sambil tersenyum memamerkan deretan giginya yang rapi.
"Udah yuk," ajak Dika sambil menggenggam tangan Rina.
Saat Rina sedang bersiap memasangkan helm, tiga gadis yang tadi memuja kekasihnya itupun berjalan melaluinya.
"Sayang," panggil Rina manja.
Dika pun menoleh karena merasa dipanggil.
Rina menunjukkan helmnya yang belum dikancing. Dika pun segera meraih kancing helm Rina dan mengaitkannya.
"Iiihhhhh, mau dong dipakein helm," ucap salah satu dari mereka.
Rina hanya memutar bola matanya.
Dika hanya tersenyum melihat tingkah kekanakan Rina. Bahkan hingga Rina sudah berada di atas motor, Dika tak kunjung menyalakan mesin motornya.
"Loh kok nggak nggak cepetan jalan sih," tanya Rina.
Dika kemudian menarik tangan Rina dan melingkarkan di perutnya. Dika kemudian menoleh dan menginterupsi Rina untuk sedikit memajukan kepalanya. "Tahu kan kalau cowok kamu itu keren?"
Rina sama sekali tak bereaksisi, Rina hanya memandang datar kekasihnya.
"Ngerti nggak?" tanya Dika lagi.
Rina pun mengangguk dengan malas.
"Nah, biar nggak di godain cewek lain, deketan dikit kalau aku boncengin," ucap Dika dengan senyum kemenangan.
"Ih nggak jelas," ketus Rina.
"Jelas kok, jelas banget aku keren."
"Ihhh," kesal Rina sambil berusaha menarik tangannya yang melingkar di perut Dika.
Namun sebelum itu terjadi, Dika segera melajukan motornya secara mendadak.
Hampir saja Rina terjengkang jika iya tak kembali mengeratkan pelukannya pada Dika.
Rina kemudian memukul bahu Dika secara brutal sambil menggerutu.
"Udah udah udah, pegangan yang benar, kita lagi dikejar waktu," pungkas Dika.
"Eh kok ke sini sih arahnya, harusnya tadi kan belok kanan kalau mau pulang."
"Emang belum pulang, ini ke sekolahku dulu ya, aku belum selesai meeting," terang Dika.
"Kalau belum selesai ngapain jemput aku segala sih."
"Aku nggak tenang ngebiarin kamu pulang sendirian."
"Tapi aku belum ijin sama..."
"Udah, aku tadi udah izin sama tante," potong Dika cepat.
"Udah sekarang pegangan yang benar," lanjut Dika.
Rina hanya menghela nafas kemudian melakukan apa yang diinstruksikan pacar berondongnya ini. Dika pun mulai menambah kecepatan motornya. Hingga motor pun melaju dengan kecepatan tinggi membelah padatnya jalanan kota.
TBC.
Alhamdulillah, done part ini.
Yang udah mampir semoga suka ya.
Jangan lupa tinggalkan jejak.
Terimakasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 500 Episodes
Comments
Echa zaaaa
Lnjutt seruuuu🔥
2021-12-10
0
atmaranii
brondongnya bgtu mah mau gpp cm bda staun
2021-06-03
1
Dwisya12Aurizra
berasa masih pake putih abu... 😅
2021-05-22
0