"Restu," seseorang memanggil Dika saat baru saja dia membuka pintu rumahnya.
Dika menoleh sejenak untuk melihat siapa yang baru saja memanggilnya. Setelah tahu siapa orang itu, Dika kembali meneruskan langkahnya.
"Restu Andika!"
Suara itu meninggi, dan Dika berhasil berhenti dibuatnya. "Apa sih Ma," jawab Dika tanpa mengalihkan pandangannya.
"Kamu kenapa baru pulang?" tanya mama Dika.
"Tadi ngumpul buat persiapan lomba Ma," jawab Dika.
"Bisa ijin dulu sama Mama kan Nak, jadi Mama nggak akan khawatir lagi kayak gini," terang mama Dika.
"Restu nggak tahu kalau Mama mau kesini," jawab Dika.
"Kamu udah makan? Tadi Mama masakin khusus buat kamu," kata Mama Dika sambil berjalan menghampiri putra sulungnya.
"Udah Ma, di rumah pacar Dika?" kata Dika.
"Kok di rumah pacar kamu? Katanya tadi abis ngumpul persiapan lomba?" tanya Mama Dika.
"Pas pulang sekolah tadi aku jemput dia di sekolahnya, terus aku bawa dia ke sekolah?" jawab Dika sambil melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda.
Dari belakang Santi, mama Dika mengikuti anaknya menaiki tangga menuju kamarnya. "Mama boleh masuk kan?" tanya Santi sesaat sebelum Dika menutup pintu kamarnya.
Dika pun membiarkan sang Mama masuk ke dalam kamarnya.
"Kamu sudah lama pacaran sama ..."
"Namanya Rina," kata Dika saat tahu maksud mamanya.
"Iya, sudah lama pacaran sama Rina?"
"Belum ada dua bulan Ma," jawab Dika sambil merebahkan tubuhnya di atas ranjang berukuran besarnya.
"Kok sudah kenal sama keluarganya, sampai makan siang di sana segala?" tanya Santi penasaran.
"Aku kenal sama keluarganya sebelum aku jadian sama dia," jelas Dika sambil memainkan ponsel pintarnya.
"Wah, anak Mama udah gede ya," kata Santi sambil mengacak rambut putranya.
"Ih Mama apaan sih," protes Dika.
"Dia cantik nggak?"
"Enggak?"
"Baik?"
"Enggak."
"Pinter?"
"Pinteran aku."
"Dia ngejar-ngejar kamu?"
"Enggak, aku ngedeketin dia lama sejak masuk semester 2 kelas X dulu."
"Terus kenapa dong kamu suka sama dia?"
"Tau ah Ma."
"Kok tau sih."
"Aku ngantuk Mama, capek juga, pengen istirahat, Mama pulang aja deh kalau bingung mau ngapain," kata Dika sambil menutup mukanya dengan bantal.
"Jadi Mama diusir nih ceritanya, padahal Mama kan lagi kangen," kata Santi dengan wajah sedih.
"Iya, biar Om Rudi nggak bingung nyariin," kata Dika.
"Ya udah, kalau capek kamu tidur aja, Mama keluar dulu ya," pamit Santi pada Dika sebelum keluar dari kamar anak sulungnya.
Saat dirasa sang Mama sudah meninggalkan kamarnya, Dika kemudian menyingkirkan bantal dari wajahnya. "Ma, Restu juga kangen sama Mama," lirih Dika sebelum akhirnya dia menumpahkan semua sesak di dadanya. Dia menangis dalam diam, menangis tanpa suara, menangis tanpa air mata. Hingga akhirnya dia benar-benar terlelap dalam pilunya.
Ddrrttt ddrrttt drrttt
Getaran dari ponsel itu berhasil mengusik Dika dari tidurnya. Dengan mata setengah terpejam, dia menggeser tombol hijau pada layar ponselnya. "Halo," Dika menjawab panggilan itu dengan suara parau.
"Kok suara kamu gitu?"
"Kenapa emang?"
"Bentar-bentar." Panggilan pun terjeda sebentar sebelum akhirnya si empunya suara menampakkan wajahnya di layar ponsel Dika. "Dika, kok kamar kamu gelap sih," tanya Rina.
"Aku baru bangun tidur Rin," jawab Dika.
"Ya ampun, ini jam 7 malem loh dan kamu baru bangun tidur!" pekik Rina.
"Apaan sih sayang, hobi banget teriak-teriak," jawab Dika.
"Nyalain lampunya sekarang, kalau nggak pengen aku teriakin lagi," kata Rina.
"Males, kamu ke sini ya nyalain lampunya," kata Dika di dalam gelap.
"Ogah banget," kata Rina.
"Kalau ogah ya biarin gelap gini aja, yang penting kan aku bisa lihat wajah kamu," kata Dika.
"Kamu ih, belum mandi juga pasti," tebak Rina.
"Nggak apa-apa, udah ganteng juga."
"Ih, PD banget sih kamu itu Dik," kata Rina dengan senyum jahilnya.
"Rin, bisa nggak sih manggilnya yang bener!" protes Dika.
"Lho, apanya yang salah. Aku manggilnya kan bener," kekeh Rina.
"Oke, oke, lihat aja besok."
"Apa yang dilihat sayang," kata Rina dengan nada menggoda.
"Restu, bangun dulu sayang."
"Itu suara siapa Dik?" tanya Rina kala mendengar ada suara wanita.
"Siapa? Nggak ada," kata Dika.
"Nyalain lampunya nggak? Napa sih susah banget, kamu nyembunyiin apa sih?!"
"Nggak ada sayang." Dika kemudian bangkit dan menyalakan lampu kamarnya. Sesaat Dika mengunci pintu kamarnya, karena kebetulan saklar lampu berada di dekat pintu. Jika tidak dikunci, Dika takut kalau Mamanya tiba-tiba masuk. Dika kemudian memutar ponsel pintarnya untuk memperlihatkan kondisi kamarnya kepada Rina. "Udah kelihatan semua kan?"
"Tadi aku yakin banget ada suara perempuan di dekat kamu," kata Rina.
"Tapi nyatanya nggak ada sayang, aku di rumah kan sendirian," kata Dika.
Cklek cklek
"Rin aku kebelet, udah dulu ya," buru-buru Dika memutuskan panggilan videonya.
Rina POV
"Eh, eh, Dika apaan sih."
"Sayang." Suara mama terdengar dari luar kamarku.
"Iya Ma," jawabku dari dalam kamar.
"Keluar dong, makan dulu yuk."
"Iya Ma," jawabku sambil bangkit dan berjalan keluar kamarku.
"Ma, Papa dinasnya kemana sih?"
"Ke Bali Nak," kata Mama sambil menaruh nasi di piringku.
"Sebel tau. Papa ih main pergi aja, nggak pamit dulu sama Rina," gerutu Rina.
"Sabar sayang, tadi kan Papa juga udah usaha hubungin kamu."
"Tadi pagi kan bisa."
"Papa dapet perintahnya juga udah siang sayang," jelas Mama.
Aku akhirnya makan malam berdua dengan Mama dalam keadaan mood yang hancur. Sebenarnya bukan kepergian Papa untuk dinas yang menjadi mood breaker ku, tapi Dika. Entah kenapa aku merasa ada hal yang kini tengah di sembunyikannya. Dan satu lagi, suara perempuan itu begitu jelas di telingaku. Siapa dia. Jangan-jangan Dika membawa wanita masuk ke dalam rumahnya. Ya ampun, Dika kan tinggal di rumah sendirian. Semua asisten di rumahnya pulang saat malam.
"Rin, kok makannya nggak dilanjutin sih?" kata mama tiba-tiba.
"Seret nih Ma, mau minum dulu," ucapku sambil meraih segelas air putih yang sebelumnya sudah aku siapkan.
"Mama kirain kamu mogok makan."
"Ya kali Ma. Emang kalau Rina mogok makan Papa bisa langsung pulang?"
"Ya nggak bisa lah sayang, kamu ini ada-ada aja."
Aku hanya nyengir menanggapinya. Maafin Rina ya Pa, Papa jadi kambing hitam atas hancurnya mood Rina sekarang. "Ma, Rina ke kamar dulu ya," pamitku pada mama.
"Dikit banget makannya," kata mama saat melihat masih banyak makanan yang tersisa di piringku.
"Abis Mama ngambilin nasinya banyak banget sih, Rina kan nggak berani banyak makan kalau malem," jawab ku.
"Kalau terlalu kurus nggak bagus juga sayang," kata mama sambil melanjutkan makannya.
"Ya udah deh, Rina ke kamar ya, mau ngerjain PR dulu."
"Tidurnya jangan terlalu malem ya sayang," kata mama.
"Siap Ma."
Aku pun berjalan menuju kamarku. Ku rebahkan tubuhku di atas kasur empuk ku kemudian. Dika, sedang apa kamu di sana? Kenapa perasaanku begitu tak nyaman saat memikirkan kamu.
TBC
Alhamdulillah, selesai dear.
Semoga yang udah mampir pada suka ya.
Jangan lupa tinggalkan jejak ya sebagai dukungan buat author.
Terimakasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 500 Episodes
Comments
Devia Ratna
bener nita sih kalo rina ini malah kaya bocah uuu...
halo kak, mampir yuk ke ceritaku 👋
2022-10-22
0
Mey Yanti
knp g jujr aja ke rina....ada apa denganmu restu...
2021-03-14
2
ARSY ALFAZZA
like + Rate bintang ⭐⭐⭐⭐⭐😇 saling mendukung ya Thor 👌
2021-03-07
1